Berdikari.co, Pesisir Barat - Jejak kebesaran Mahapatih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, turut dirasakan di Pesisir Barat. Makam tua yang terletak di Pekon (Desa) Kerbang Langgar, Kecamatan Pesisir Utara, dipercaya sebagai tempat peristirahatan sang Mahapatih.
Bahkan, terdapat tiga benda pusaka yang dipercaya milik Gajah Mada yakni bejana, senjata berbentuk meriam kecil, dan tempat sirih. Saat ketiga benda ini dikeluarkan bersamaan dari tempat penyimpanan, hujan akan turun.
Makam Gajah Mada berjarak sekitar 33 kilometer dari pusat Kota Krui. Pengunjung bisa menempuh perjalanan sekitar 43 menit menggunakan kendaraan roda dua dan 48 menit menggunakan kendaraan roda empat untuk menuju makam tersebut.
Selama perjalanan menuju makam Gajah Mada, pengunjung bisa menikmati pemandangan pantai yang sangat indah. Salah satunya adalah destinasi wisata Pantai Batu Tihang.
Di lokasi makam, pengunjung disuguhkan pemandangan suasana desa dan pantai yang mempesona. Karena posisi makam terletak di perbukitan.
Makam tua itu dikelilingi pagar batu bata yang sudah berusia tua dan dua pohon besar yang menyejukkan. Makam Gajah Mada dikelilingi batu-batu kali dan di tengahnya masih berupa tanah.
Tidak ada ritual khusus ketika akan masuk ke komplek makam. Hanya saja, pengunjung dilarang memakai alas kaki. Makam Gajah Mada hingga kini masih dijaga dan dirawat oleh Ahmad Saunan (76) bersama istrinya, Nikmah Hayati. Pasangan ini mempunyai enam orang anak yang sudah sukses menjadi hakim, pengacara, dosen, dan pengusaha.
Saunan mengaku, sudah puluhan tahun menjaga makam Gajah Mada itu.
Menurutnya, Gajah Mada masuk ke Pesisir Barat berawal dari kemunduran kerajaan Majapahit. Lalu Gajah Mada pergi dari Pulau Jawa dan singgah di Pulau Sumatera tepatnya di Sumatera Selatan.
"Kemudian Gajah Mada singgah di Kerajaan Sriwijaya, dan melanjutkan perjalanan menuju Lampung Barat tepatnya di Kecamatan Sukau untuk bermukim. Setelah itu Gajah Mada melanjutkan perjalanan dan sampai ke Pesisir Barat tepatnya di Penggawa Lima kemudian mendirikan pemukiman di Pekon Balak Marga Laay atas izin Raja Alam Pedada," kata Saunan saat ditemui di rumahnya yang tidak jauh dari Makam Gajah Mada, Sabtu (9/7) lalu.
Setelah mendirikan pemukiman dan menetap cukup lama di Pekon Penggawa Lima, Gajah Mada lalu pindah dan mendirikan pemukiman di Pekon Kerbang Langgar, Kecamatan Pesisir Utara hingga akhir hayatnya.
“Kami tidak bisa memastikan kapan Gajah Mada wafat, namun usia makam tersebut diperkirakan sudah ratusan tahun lebih,” ungkap Saunan.
Menurut Saunan, berdasarkan catatan sejarah Gajah Mada merupakan seorang muslim yang taat. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peninggalan dari Gajah Mada berupa bejana, senjata berbentuk meriam kecil, dan tempat sirih, serta berbagai peninggalan lainnya.
Dalam salah satu benda peninggalan tersebut terdapat lafadz ‘Lailahailallah’ sehingga diyakini bahwa Gajah Mada merupakan seorang muslim.
Ia mengatakan, sebenarnya benda peninggalan Gajah Mada cukup banyak namun yang masih terjaga dan terawat hanya tiga benda tersebut. Sedangkan yang lainnya lapuk termakan usia dan telah lama hilang.
“Ada yang menarik dari ketiga benda peninggalan Gajah Mada yaitu bejana, senjata berbentuk meriam kecil, dan tempat sirih tersebut. Bila ketiga benda itu dikeluarkan dari tempat penyimpanannya berupa kain bisa menurunkan hujan cukup deras,” ungkapnya.
Wartawan Kupas Tuntas yang berkunjung ke rumah Saunan ikut menyaksikan langsung hal tersebut. Saat benda-benda peninggalan Gajah Mada itu belum ditunjukkan saat itu kondisi langit di sekitar rumah Saunan tampak cerah.
Namun cuaca tiba-tiba berubah gelap dan turun hujan yang cukup deras saat Saunan menunjukkan ketiga benda tersebut dengan dikeluarkan dari tempat penyimpanannya.
"Percaya tidak percaya setiap ketiga benda ini dikeluarkan dari tempat penyimpanannya terjadi hujan yang cukup deras. Entah suatu kebetulan atau tidak Wallahualam tetapi inilah yang terjadi dan selalu terjadi ketika ketiga benda ini keluar dari penyimpanan," kata Saunan sembari menunjukkan ketiga benda itu.
Saunan mengungkapkan, banyak pengunjung yang datang ke makam Gajah Mada untuk berziarah dan ada juga untuk keperluan penelitian. Khususnya saat mendekati hari-hari besar Islam, ada puluhan hingga ratusan pengunjung datang untuk berziarah.
“Meskipun hingga kini masih menjadi perdebatan, namun masyarakat Pesisir Barat meyakini makam ini milik Patih Gajah Mada,” pungkasnya. (*)