Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 19 Juni 2024

Ratusan Hewan Kurban di Metro Lampung Terjangkit Penyakit , Ini Dampak Jika Dikonsumsi

Oleh Arby Pratama

Berita
Ketua Tim Pemeriksa Hewan Kurban DKP3 Kota Metro, drh. Ruri Astuti saat dikonfirmasi awak media. Foto: Arby

Berdikari.co, Metro - Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Metro merilis hasil pemeriksaan terhadap ribuan hewan kurban selama Hari Raya Idul Adha 1445 di Kota setempat. Hasilnya, sebanyak 221 hewan kurban yang disembelih ditemukan terjangkit penyakit.

Tim Pemeriksa Hewan Kurban Kota Metro menganjurkan agar masyarakat tidak mengkonsumsi organ hewan yang berpenyakit. Dampaknya dapat menimbulkan gangguan pencernaan bagi manusia yang mengkonsumsinya.

Dari data yang dihimpun, hingga hari kedua Idul Adha 2024 atau tepatnya tanggal 18 Juni 2024 ditemukan 221 hewan kurban berpenyakit dari total 3.243 hewan yang diperiksa petugas.

Petugas melakukan pemeriksaan terhadap 1.662 ekor kambing yang dikurbankan, 218 ekor domba, 1.361 ekor sapi dan 2 ekor kerbau. Dari jumlah itu, sebanyak 2.808 hewan kurban dinyatakan sehat dan 221 ekor lainnya berpenyakit.

Ratusan hewan kurban berpenyakit tersebut ditemukan di Lima Kecamatan se Kota Metro. Yang mana di Kecamatan Metro Timur terdapat 72 ternak berpenyakit, Metro Barat 60 ekor ternak, Metro Utara 36 ekor, Metro Selatan 29 ekor dan Metro Pusat sebanyak 24 ekor.

Ketua Tim Pemeriksa Hewan Kurban DKP3 Kota Metro, drh. Ruri Astuti menjelaskan bahwa pihaknya telah menerjunkan 110 petugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap ribuan hewan kurban.

"Tim DKP3 Kota Metro menerjunkan kurang lebih 110 orang anggota tim pemeriksa hewan kurban. Kita memeriksa hewan kurban di lima kecamatan dengan jumlah per tanggal 18 Juni 2024 adalah 3.243 ekor hewan kurban," kata dia saat dikonfirmasi, Rabu (19/6/2024).

Dari ribuan ternak yang dikurbankan itu, pihaknya menemukan ratusan hewan terjangkit sejumlah penyakit.

"Itu yang terdiri dari sapi, kerbau, kambing dan domba, ditemukan penyakit sebanyak 221 kasus. Antara lain penyakit yang ditemukan adalah fasiolasis, atau orang lebih mengenalnya dengan cacing hati. Kemudian ada pneumonia atau radang paru," ujarnya.

"Adalagi juga hepatitis atau radang pada hari dan ada serosis hati serta hedroperikardium atau gangguan pada jantung," imbuhnya.

Ia juga menerangkan bahwa penyakit pada hewan kurban yang ditemukan bukan merupakan penyakit menular. Namun pihaknya tidak menganjurkan masyarakat mengkonsumsi organ hewan kurban yang berpenyakit.

"Adapun temuan-temuan itu semua bukan merupakan penyakit zoonosis, jadi bukan penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Namun demikian dengan ditemukan beberapa kasus tersebut kita lakukan afkir dari organ hewan yang menderita sakit," jelasnya.

"Kalau kemarin hasil temuan kita yang mana organnya terdampak itu kita minta untuk dibuang, tidak untuk dikonsumsi. Kalau misalnya terkonsumsi seperti cacing hati, harus direbus matang," sambungnya.

Meskipun begitu, ia juga mengungkapkan bahwa manusia yang mengkonsumsi organ hewan kurban berpenyakit dapat menimbulkan gangguan pencernaan.

"Tapi kalau misalnya di setengah mateng, bisa jadi larva cacingnya akan masuk ke tubuh kita, ke pencernaan kita. Dampaknya tentu saja tidak bagus terhadap kesehatan. Intinya yang harus dimakan manusia itu berasal dari hewan yang sehat dan dari organ yang sehat untuk kesehatan manusia," paparnya.

"Jika tidak sengaja terkonsumsi maka penyakit yang ditimbulkan di tubuh manusia utamanya adalah penyakit gangguan pencernaan. Kalau misalnya ada beberapa bakteri yang masuk ke tubuh karena kan ada beberapa bakteri yang tidak mati saat direbus dan toksinnya itu tetap ada," tambahnya.

Tak hanya itu, dirinya juga tidak menganjurkan masyarakat mengkonsumsi organ hewan kurban yang telah diolah dengan cara dibakar. Hal itu juga akan menimbulkan gangguan pencernaan pada tubuh manusia.

"Kalau pembakaran yang sempurna aku rasa itu tidak mungkin ya, tapi kalau perebusan yang matang itu bisa jadi ada beberapa jenis bakteri yang mungkin mati tetapi tetap mengeluarkan toksin," bebernya.

"Karena toksin itu tidak bakal hilang walau dilakukan perebusan. Kami tidak menganjurkan organ hewan kurban yang ditemukan berpenyakit dikonsumsi oleh manusia. Semua harus dilakukan afkir," tandasnya. (*)

Editor Didik Tri Putra Jaya