Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Jumat, 21 Juni 2024

Awas, Tiga Daerah di Lampung Ini Masuk Kategori Rawan Bencana Alam Nasional

Oleh ADMIN

Berita
Salah satu peritiwa banjir yang menerpa Kecamatan Bandar Negeri Suoh Lampung Barat beberapa waktu yang lalu. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Lampung Barat - Ada tiga kabupaten di Provinsi Lampung masuk dalam 50 besar daerah rawan terjadi bencana alam secara nasional. Diantaranya, Kabupaten Pesisir Barat peringkat 18 daerah rawan bencana alam nasional, Lampung Timur peringkat 30 dan Lampung Barat peringkat 40.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lambar, Padang Priyo Utomo mengatakan, perangkingan daerah rawan terjadi bencana alam se-Indonesia itu berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI).

“Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2023, Kabupaten Pesisir Barat peringkat 18 (skor 189,70), Lampung Timur 30 (skor 183,20) dan Lampung Barat rangking 40 (skor 176,61) dari 500 lebih kabupaten/kota di Indonesia yang rawan terjadi bencana alam,” jelas Padang, pada Kamis (20/6/2024).

Menurutnya, banyak faktor yang menjadikan Kabupaten Lampung Barat rawan terjadi bencana alam secara nasional, salah satunya letak wilayah.

Padang menjelaskan, Lampung Barat dilewati oleh Sesar Sumatera atau Semangko. Sesar Sumatera merupakan patahan atau sesar terbesar dan terpopuler yang ada di wilayah Indonesia, sehingga hampir seluruh wilayah Lampung Barat beresiko tinggi terjadi bencana alam.

Padang mengatakan, pada periode Januari hingga pertengahan Juni 2024, di Lampung Barat sudah terjadi 24 kali bencana alam yang mengakibatkan dua korban meninggal dunia.

Padang mengungkapkan, bencana yang terjadi di Lampung Barat terdiri atas bencana alam dan bencana non alam. Rinciannya, 21 kasus bencana alam dan tiga kasus bencana non alam.

Ia melanjutkan, bencana alam yang kerap terjadi di Lampung Barat berupa tanah longsor, banjir hingga cuaca ekstrem.

"Bencana tanah longsor sudah terjadi tiga kali, banjir tujuh kali, cuaca ekstrem 10 kali, gempa bumi dan erupsi satu kali. Kemudian bencana alam yang terjadi sering dibarengi dengan pohon tumbang dan lainnya," terangnya.

Ia menjelaskan, cuaca ekstrem yang sering terjadi di Lampung Barat berdampak terhadap sejumlah fasilitas umum, diantaranya tanggul jebol, jembatan amblas hingga merusak beberapa rumah warga.

"Sedangkan bencana non alam yang terjadi biasanya adalah orang hilang dengan jumlah satu kali kejadian, dan orang hanyut dua kali. Kejadian orang hanyut itu terjadi di BNS dan Suoh, dua korban ditemukan meninggal," jelasnya.

Padang menerangkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya menindaklanjuti permasalahan bencana yang terjadi. Pihaknya sudah menyiagakan satgas Pusdalops di masing-masing kecamatan hingga desa mengantisipasi terjadinya bencana.

"S etelah menerima laporan bencana, Pusdalops PB segera berkoordinasi dengan satgas di wilayah terdekat, aparat pekon dan masyarakat. Lalu satgas melakukan penanganan bencana," imbuhnya.

Selain itu, pihaknya juga telah melakukan upaya mitigasi bencana yang menyasar masyarakat maupun pemerintah daerah. Ia mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran bahaya bencana.

"Karena kondisi kerawanan tinggi yang kita hadapi tentunya perlu upaya dan kolaborasi yang serius. Bagaimana kita melakukan upaya mitigasi dini, baik lingkungan, diri sendiri dan keluarga terkait dengan kewilayahan," imbuhnya.

Ia juga mengingatkan kepada masyarakat tidak membangun pemukiman di wilayah dekat tebing yang rawan longsor dan tidak membangun pemukiman di daerah aliran sungai (DAS) yang beresiko terkena luapan sungai jika terjadi banjir.

"Dalam membangun permukiman juga harus melakukan pertimbangan keamanan. Karena wilayah kita rawan terjadi gempa bumi dan memiliki resiko tinggi kerentanan terhadap terjadinya bencana alam," imbuhnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas