Berdikari.co, Bandar
Lampung - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung
mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan I tahun 2024 melambat
dibandingkan triwulan I tahun 2023.
Jika pada triwulan I
2023 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung mencapai 5,40 persen, pertumbuhan
ekonomi triwulan I 2024 turun menjadi 3,30 persen.
Ekonom senior Kantor Perwakilan BI Lampung, Fiskara Indawan
mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2024 melambat dibandingkan pada
triwulan I tahun sebelumnya.
“Secara umum,
perekonomian Lampung pada triwulan I 2024 sebesar 3,30 persen (yoy). Melambat
dibandingkan realisasi pada triwulan sebelumnya (triwulan I 2023) yang tercatat
tumbuh 5,40 persen (yoy),” kata Fiskara Indawan dalam acara Diseminasi Laporan
Perekonomian Provinsi (LPP) triwulan I 2024 yang digelar BI Provinsi Lampung di
Hotel Grand Mercure, Bandar Lampung, pada Kamis (20/6/2024).
Data tersebut
menunjukkan capaian kinerja ekonomi Provinsi Lampung rendah daripada realisasi
pertumbuhan ekonomi Sumatera dan nasional. Masing-masing tercatat tumbuh 4,28
persen (yoy) dan 5,11 persen (yoy).
“Secara nominal,
perekonomian Lampung pada triwulan I 2024 berdasarkan harga berlaku tercatat
sebesar Rp112,09 triliun. Kemudian berdasarkan harga konstan (2010) sebesar
Rp65,95 triliun,” jelasnya.
Fiskara Indawan
menerangkan, pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan I 2024 ditopang oleh
tetap kuatnya permintaan domestik. Terutama konsumsi rumah tangga dan pengeluaran
pemerintah.
Komponen konsumsi
rumah tangga tumbuh relatif stabil sebesar 4,67 persen (yoy). Sedikit lebih
tinggi dibandingkan 4,64 persen (yoy) pada triwulan I 2023.
“Perkembangan tersebut
terdukung oleh akselerasi permintaan domestik pada periode Imlek dan Ramadhan,”
tuturnya.
Ia menguraikan,
komponen konsumsi pemerintah tumbuh 15,67 persen (yoy), jauh lebih tinggi
dengan triwulan I 2023 yang tumbuh 3,36 persen (yoy).
“Penyebabnya terdorong
oleh meningkatnya belanja hibah dan barang jasa untuk mendukung penyelenggaraan
pemilu. Untuk komponen investasi tercatat tumbuh melambat sebesar 2,3 persen
(yoy),” terangnya.
“Jika perbandingannya
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,08 persen (yoy) disebabkan oleh
melambatnya kinerja investasi bangunan,” imbuhnya. (*)