Berdikari.co, Bandar Lampung - Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung pada Maret 2024
mencapai 941.230 orang. Angka ini mengalami penurunan sebesar 29.400 orang jika
dibandingkan dengan data pada Maret 2023.
“Persentase penduduk miskin pada Maret 2024 sebesar
10,69 persen, menurun 0,42 persen poin terhadap Maret 2023, dan menurun 0,75
persen poin terhadap September 2022,” kata Kepala BPS Provinsi Lampung, Atas
Parlindungan Lubis, melalui siaran live YouTube BPS Lampung, pada Senin
(1/7/2024).
Atas menyebut,
persentase penduduk miskin perkotaan pada Maret 2024 sebesar 8,18 persen,
dibandingkan Maret 2023 meningkat sebesar 0,16 persen atau 11.100 orang, dari
232.960 orang menjadi 244.040 orang.
Sementara, persentase
penduduk miskin perdesaan pada Maret 2024 sebesar 11,97 persen, menurun
dibandingkan Maret 2023 yang sebesar 0,68 persen atau 40.500 orang, dari
737.710 orang menjadi 697.190 orang. „
Menurutnya, garis
kemiskinan pada Maret 2024 tercatat sebesar Rp586.551/kapita/bulan dengan
komposisi garis kemiskinan makanan sebesar Rp438.079 (74,69 persen) dan garis
kemiskinan bukan makanan sebesar Rp148.472 (25,31 persen). „
Adapun komoditas
makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan, baik di perkotaan
maupun di pedesaan pada umumnya hampir sama.
Ia mengatakan, beras
masih memberi sumbangan terbesar yakni 22,32 persen di perkotaan dan 24,28
persen di pedesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua
terhadap garis kemiskinan sebesar 13,09 persen di perkotaan dan 11,72 persen di
pedesaan.
Komoditas lainnya
adalah telur ayam ras (4,61 persen di perkotaan dan 3,98 persen di pedesaan),
cabe rawit (2,40 persen di perkotaan dan 3,07 persen di pedesaan), roti (1,79
persen di perkotaan dan 2,40 persen di pedesaan), tempe (2,38 persen di
perkotaan dan 2,20 persen di perdesaan), dan seterusnya.
Sedangkan komoditas
bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada garis kemiskinan
perkotaan dan perdesaan adalah perumahan (7,63 persen di perkotaan dan 7,43
persen di perdesaan), bensin (3,81 persen di perkotaan dan 4,78 persen di
perdesaan), dan listrik (3,27 persen di perkotaan dan 2,36 persen di
perdesaan).
Urutan selanjutnya
adalah sumbangan dari pendidikan; perlengkapan mandi; perawatan kulit, muka,
kuku, dan rambut; sabun cuci; serta pakaian jadi perempuan dewasa.
“Pada Maret 2024,
rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi Lampung memiliki 4,61 orang anggota
rumah tangga. Dengan demikian, besarnya garis kemiskinan per rumah tangga secara
rata-rata adalah sebesar Rp2.704.000 per rumah tangga miskin per bulan,”
ungkapnya.
Atas membeberkan,
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan selama periode
Maret 2023-Maret 2024, antara lain adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT)
Februari 2024 sebesar 4,12 persen atau turun 0,06 poin jika dibandingkan TPT
Februari 2023 yang sebesar 4,18 persen.
Selanjutnya,
persentase perubahan nilai tukar petani pada Maret 2024 meningkat dibandingkan
Maret 2023 yaitu sebesar 15,42; pertumbuhan ekonomi provinsi lampung tahun 2024
meningkat dibanding tahun 2023 (YoY) sebesar 3,03 persen.
Lalu laju inflasi pada
periode Maret 2023–Maret 2024 (YoY) sebesar 3,45 persen; pertumbuhan konsumsi
rumah tangga tahun 2024 dibandingkan tahun 2023 (YoY) meningkat sebesar 4,67
persen; bantuan sosial tetap diupayakan untuk mengurangi beban pengeluaran
penduduk miskin. Sementara pemanfaatan bansos Program Keluarga Harapan (PKH)
Maret-April 2024 mencapai 98,82 persen.
Ia menjelaskan, untuk
mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur menurut garis kemiskinan.
“Sumber data utama
yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan Maret 2024 adalah data Susenas
Konsumsi dan Pengeluaran Maret 2024,” jelasnya.
Secara Nasional, BPS
mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 9,03% atau 25,22 juta
orang, turun 0,33% poin dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Plt Sekretaris Utama
BPS, Imam Machdi mengatakan jumlah penduduk miskin itu tersebar di berbagai
wilayah di Indonesia. Hanya saja memang mayoritas masih terkonsentrasi di pulau
Jawa dan Sumatera.
"Penurunan persentase kemiskinan terjadi di seluruh wilayah pulau.
Penurunan tingkat kemiskinan terbesar terjadi di Bali dan Nusa Tenggara yaitu
sebesar 0,57% poin dari 13,29% pada Maret 2023, menjadi 12,72% pada Maret
2024," kata Imam dalam konferensi pers, Senin (1/7/2024).
Jika dilihat lebih rinci lagi, penduduk miskin di pulau Jawa mencapai 13,24
juta orang atau 52,49% dan Sumatera mencapai 5,55 juta orang atau 22,01%.
Sisanya penduduk miskin
berada di Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah 2,02 juta orang, Sulawesi 1,96
juta orang, Maluku dan Papua 1,51 juta orang, serta Kalimantan 940 ribu orang.
Adapun 15 provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbanyak berdasarkan data
BPS, yaitu peringkat 1 Provinsi Jawa Timur dengan 3,98 juta penduduk miskin,
disusul Jawa Barat 3,85 juta penduduk miskin, Jawa Tengah 3,70 juta penduduk
miskin, Sumatera Utara 1,23 juta penduduk miskin, Nusa Tenggara Timur 1,13 juta
penduduk miskin, Sumatera Selatan 984.240 penduduk miskin dan Lampung peringkat
7 dengan 941.230 penduduk miskin.
Peringkat 8 Provinsi Aceh dengan
804.530 penduduk miskin, Banten 791.610 penduduk miskin, Sulawesi Selatan
736.480 penduduk miskin, Nusa Tenggara Barat 709.010 penduduk miskin, Riau
492.250 penduduk miskin, DKI Jakarta 464.930 penduduk miskin, Yogyakarta
445.550 penduduk miskin dan Sulawesi Tengah 379.760 penduduk miskin. (*)