Logo

berdikari Politik

Rabu, 03 Juli 2024

Pengamat Prediksi Peluang Duet Wahdi-Anna Morinda di Pilkada Metro 2024

Oleh Arby Pratama

Berita
Pengamat Politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Dharma Wacana Metro, Pindo Riski Saputra. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Metro - Setelah mendapatkan surat rekomendasi dari DPP Partai NasDem untuk pencalonan Wali Kota Metro, Wahdi, yang saat ini menjabat Wali Kota Metro, juga telah mengantongi surat tugas dari DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Pengamat menilai bahwa Partai NasDem berpotensi menggandeng Wahdi sebagai kader terbaiknya bersama kader terbaik PDIP Metro, Anna Morinda.

Pandangan ini diungkapkan oleh Pengamat Politik dari Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Politik (Stisipol) Dharma Wacana Metro, Pindo Riski Saputra. Ia memaparkan pengamatannya terkait isu politik menjelang Pilkada Metro.

Menurut Pindo, peluang koalisi dua partai peraih kursi legislatif di Metro tersebut sangat tinggi. Meskipun Wahdi dan Anna Morinda sempat menjadi rival pada Pilkada 2019 lalu, nuansa politik yang cair berpeluang terjadi dalam Pilkada 2024 ini.

"Berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan koalisi politik di Kota Metro tentu bisa saja terjadi, karena dalam dunia politik situasinya selalu akan banyak kemungkinan. Bergerak dari satu kemungkinan menuju kemungkinan lain, bahkan yang dianggap mustahil pun bisa menjadi kenyataan," kata Pindo, Rabu (3/7/2024).

"Tentunya, menanggapi faktor kemungkinan koalisi antara NasDem dan PDI Perjuangan untuk kontestasi Pilkada di Kota Metro, tentu bisa saja terjadi," tambahnya.

Pindo mengulik strategi pada 2019 lalu, di mana Wahdi dan Anna Morinda menjadi rival kuat dibandingkan pasangan calon lainnya. Ia menyebut, berdasarkan pengakuan DPP Partai NasDem, Wahdi merupakan kader NasDem yang berkontribusi besar dalam meningkatkan kursi legislatif NasDem di Kota Metro. Sementara itu, Anna Morinda merupakan tokoh perempuan yang namanya masih eksis di kalangan akar rumput.

"Hal itu bisa saja terjadi, karena dalam konsep politik jelas bahwa tidak ada kawan dan lawan abadi, yang ada itu kepentingan abadi. Pada tahun 2019 lalu, Wahdi dan Anna merupakan rival karena perbedaan kepentingan. Kemungkinan mereka menjadi pasangan calon bukanlah hal yang mustahil jika keduanya memiliki kepentingan yang sama pada kontestasi politik tahun ini," jelas Pindo.

Pindo menilai, terdapat dua hal yang perlu menjadi perhatian dalam Pilkada 2024 mendatang, khususnya dari sisi pemilihan sosok dan partai. Ketika Wahdi dan Anna Morinda bersatu, tentu akan ada nilai tambah atas keterwakilan gender.

"Ada dua hal penting yang perlu diamati, yaitu dari sisi partai dan sosok yang diusung. Mengingat bahwa NasDem dan PDIP di Kota Metro pada pemilu lalu mendapatkan perolehan suara yang besar. Sosok Wahdi sebagai petahana tentu menjadi kekuatan politik tersendiri bagi Partai NasDem," ujarnya.

"Sedangkan di PDIP Kota Metro, Anna masih menjadi satu-satunya kader yang dikenal oleh berbagai lapisan masyarakat. Apalagi, beliau adalah kader yang mewakili gender perempuan di Kota Metro. Tentunya, ini hal menarik, karena keterwakilan gender laki-laki dan perempuan dalam pengusungan kedua sosok tersebut sangat penting," tambahnya.

Pindo juga menyebut ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kedua partai tersebut untuk berkoalisi, mulai dari penguatan modal hingga jaringan kekuasaan.

"Faktor utamanya tentu adalah memperkuat modal politik, yang dimaksud adalah akumulasi sumber daya dan kekuasaan yang dibangun melalui hubungan, kepercayaan, niat baik, dan pengaruh antara politisi atau partai dan pemangku kepentingan," terangnya.

"Oleh sebab itu, pendekatan dan komunikasi politik sangat penting untuk dilakukan guna memperkuat modal politik masing-masing calon. Karena tujuan utama dari koalisi partai adalah untuk meningkatkan peluang meraih kekuasaan politik yang lebih besar dan mendapatkan dukungan yang lebih luas," tambahnya.

Pindo yang juga dosen ilmu politik menilai, jika NasDem dan PDIP mengusung Wahdi dan Anna Morinda, maka hal itu akan menjadi topik hangat yang diperbincangkan di tingkat kota hingga provinsi Lampung.

"Koalisi NasDem dan PDIP, terutama dalam pengusungan Wahdi dan Anna Morinda, tentu akan menjadi topik hangat bagi masyarakat. Parpol harus mampu memberikan dasar dan alasan kuat dalam pengusungan keduanya. Parpol harus mampu melakukan manajemen isu guna mencegah respon atau persepsi negatif yang mungkin akan berkembang di masyarakat," paparnya.

Ia juga menyoroti kemungkinan bahwa koalisi Wahdi-Anna bisa melawan kotak kosong dalam Pilkada 2024 di Metro. Namun, ia menekankan bahwa peran partai politik bukan hanya sekedar urusan strategi kemenangan saja.

"Dalam hal ini, sosok yang sudah banyak dikenal masyarakat adalah Tondi. Namun, hingga menjelang waktu penutupan pendaftaran, segala kemungkinan bisa saja terjadi, termasuk kemungkinan melawan kotak kosong jika koalisi NasDem dan PDIP terjadi," bebernya.

"Tapi, yang perlu digarisbawahi adalah melawan kotak kosong bukanlah hal yang dapat disepelekan. Baik partai pengusung maupun calon harus memiliki strategi untuk mendapatkan hati masyarakat," tandasnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas