Logo

berdikari Politik

Kamis, 31 Oktober 2024

Gaya Kampanye 2 Cagub Lampung, Pengamat: Hiburan Rakyat Lebih Menarik

Oleh Yudha Priyanda

Berita
pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Lampung (UML), Candrawansyah. Foto: Ist.

Berdikari.co, Bandar Lampung - 26 hari menjelang pemungutan suara pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2024, para calon telah aktif berkampanye dengan gaya yang berbeda.

Calon gubernur Lampung nomor urut 1, Arinal Djunaidi - Sutono (Ardjuno) lebih sering melakukan kampanye dengan hiburan rakyat, maupun berkegiatan serap aspirasi masyarakat dengan masyarakat nongkrong di angkringan-angkringan.

Sementara, calon gubernur Lampung nomor urut 2, Rahmat Mirzani Djausal (RMD) - Jihan Nurlela Chalim, kerap menggelar sholawat maupun mendangi para tokoh-tokoh masyarakat adat.

Menanggapi hal itu, pengamat politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Lampung (UML), Candrawansyah menilai, terdapat kelebihan dan kekurangan dari metode kampanye yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

"Kampanye hiburan rakyat kelebihannya dapat meningkatkan partisipasi publik, hiburan rakyat menarik lebih banyak orang, termasuk kalangan yang mungkin kurang tertarik pada acara politik formal," kata Candra, saat dimintai tanggapan, Kamis (31/10/2024).

Candra mengatakan, dengan adanya hiburan membuat masyarakat merasa lebih dekat dengan calon tanpa adanya jarak formal. Kemudian dapat membangun citra positif, melalui hiburan, calon dapat menampilkan diri secara santai dan menarik simpati pemilih.

"Terkait dengan kekurangan, pastinya potensi pemborosan dana. Kampanye hiburan memerlukan biaya besar untuk penyediaan hiburan, panggung, dan fasilitas lainnya, yang dapat dianggap pemborosan. Kampanye hiburan juga kurang fokus pada visi dan misi. Hiburan bisa mengalihkan fokus masyarakat dari hal-hal substansial terkait program kerja calon," katanya.

"Adanya potensi money politic. Kegiatan hiburan berpotensi disalahgunakan untuk bagi-bagi uang atau hadiah kepada peserta yang hadir, yang dapat dianggap sebagai money politics," tambahnya.

Kemudian, terkait dengan gaya kampanye mendatangi tokoh masyarakat, menurutnya terdapat kelebihan. Dapat membangun jaringan, bertemu dengan tokoh masyarakat membantu calon memperoleh dukungan dari mereka yang berpengaruh di komunitas lokal.

"Kelebihan lain adalah pendekatan yang Lebih personal, kunjungan langsung menunjukkan keseriusan calon dalam mendekatkan diri dengan masyarakat. Serta dapat memperluas jangkauan sosial, tokoh masyarakat seringkali memiliki jaringan luas, sehingga dukungan dari mereka bisa membantu memperkenalkan calon ke kalangan yang lebih luas," bebernya.

Namun, gaya kampanye ini terdapat kekurangan. Diantaranya, ketergantungan pada tokoh tertentu, dukungan dari tokoh tertentu bisa membuat calon dianggap hanya mengutamakan kelompok atau golongan tertentu saja.

"Ada potensi konflik kepentingan, dukungan dari tokoh masyarakat terkadang dianggap sebagai balas budi politik yang bisa menjadi beban ketika calon terpilih. Kemudian juga sulit menjangkau pemilih muda. Cara ini kurang efektif menjangkau pemilih muda yang mungkin lebih tertarik pada pendekatan modern dan digital," bebernya.

Mantan Ketua Bawaslu Kota Bandar Lampung itu menambahkan, kombinasi kedua metode ini bisa jadi efektif, tergantung pada konteks dan karakteristik pemilih di daerah tersebut.

"Bisa jadi di daerah seperti perkotaan Bandar Lampung, Metro, atau pusat ibu kota kabupaten cocok untuk kampanye dengan hiburan, akan tetapi untuk daerah seperti Tubaba, Pesisir Barat dan daerah kental kedaerahan sangat cocok untuk mendatangi tokoh-tokoh terkemuka, baik tokoh adat, agama, masyarakat, politik, dan termasuk tokoh muda," tutupnya. (*)

Editor Didik Tri Putra Jaya