Berdikari.co, Lampung Timur - Pelaku usaha pembibitan sayuran di Desa Labuhanratu VII, Kecamatan Labuhanratu, mengalami penurunan penjualan hingga 50 persen akibat terjadi musim kemarau yang sudah berjalan sekitar 4 bulan.
Seperti yang dialami Tatik, salah satu pengusaha penjualan bibit sayuran, dia mengaku sebelum musim kemarau bibit yang terjual dalam satu bulan rata-rata Rp300 ribu bibit dari beberapa jenis, seperti cabai, terung, tomat dan sejenisnya.
"Sudah empat bulan musim kemarau, bibit yang terjual mengalami penurunan signifikan, biasanya sanggup Rp300 ribu bibit yang terjual, saat ini tidak sampai Rp150 bibit yang terjual dalam satu bulan," pengakuan Tatik, seperti dikutip dari kupastuntas.co, Jumat (1/11/2024).
Penurunan penjualan bibit sayuran dikarenakan banyak petani yang tidak melakukan penanaman dikarenakan kondisi ketersediaan air tidak mencukupi dan khawatir terjadi gagal panen.
Tatik mengungkapkan jika bertanam sayuran butuh perawatan ekstra terutama kecukupan suplai air, sementara saat ini musim kemarau dan irigasi persawahan tidak ada air, sehingga wajar banyak petani menggagalkan lahan sawahnya.
Seorang petani bernama Trubus, sudah sempat mengharap sawahnya untuk persiapan bertanam sayuran, seperti terong, parai dan cabai, setelah melihat kondisi cuaca diakhir Oktober tidak juga turun hujan sehingga Trubus menggagalkan penanaman tersebut.
Menurut pria paruh baya itu, jika dipaksakan dirinya yakin tidak akan panen karena tanaman akan kekurangan pasokan air, sementara modal bertanam sayuran tidak sedikit lebih mahal bila dibanding dengan tanaman palawija seperti singkong dan jagung.
"Lahan sudah saya garap awal, saya pikir akhir Oktober mulai hujan gak taunya sampai masuk November cuaca masih panas, bahkan semakin jadi, dari pada bangkrut mending gak jadi tanam," jelas Trubus. (*)