Berdikari.co, Lampung Timur - Program pelestarian badak Sumatra yang dijalankan di Suaka Rhino Sumatera (SRS), yang berada di kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK), dinilai berhasil. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Balai TNWK, Mohamad Zaidi, pada Kamis (9/1/2024).
Sebagai langkah lanjutan, TNWK berencana membangun kandang ketiga seluas 100 hektare. Saat ini, terdapat dua kandang masing-masing seluas 100 hektare.
Penambahan ini bertujuan untuk mendukung upaya peningkatan populasi badak Sumatra sekaligus memperkuat konservasi spesies yang terancam punah tersebut.
Zaidi menyampaikan bahwa rencana pembangunan kandang baru (Ring 3) telah mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE).
Sosialisasi kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Timur, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam), dan masyarakat sekitar juga telah dilakukan.
“Sosialisasi ini penting untuk memastikan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak dalam pelestarian badak Sumatra yang merupakan spesies endemik dan langka,” kata Zaidi, seperti dikutip dari kupastuntas.co.
Pembangunan kandang baru tidak akan merusak ekosistem hutan. Struktur kandang hanya berupa pagar sederhana dari kawat dan tiang beton cor setinggi 1,5 meter.
Pagar tersebut akan dialiri listrik rendah untuk memberikan efek kejut ringan, tanpa membahayakan satwa atau lingkungan sekitar.
Saat ini, SRS TNWK menjadi rumah bagi 10 ekor badak Sumatra, terdiri dari empat jantan dan enam betina. Menurut Drh. Dedi S. Pahlawan, dokter hewan di SRS, tiga betina memiliki potensi hamil pada 2025, yang berarti kelahiran badak baru diperkirakan terjadi pada 2026.
“Kami optimistis kandang ketiga akan menjadi langkah strategis untuk mendukung populasi badak yang terus meningkat,” ujar Dedi.
Ia menambahkan bahwa kandang dengan kapasitas maksimal lima ekor badak perlu disesuaikan agar menghindari kepadatan, mengingat sifat soliter badak.
“Jika populasi melebihi 15 ekor, sebagian akan dilepasliarkan ke habitat alami di TNWK,” jelasnya.
Konservasi ini juga memberi dampak ekonomi positif bagi masyarakat sekitar. Sumadi, Manajer SRS, menyatakan bahwa warga setempat dilibatkan dalam penyediaan pakan untuk badak, seperti daun ara, sukun, dan nangka.
“Kami membeli pakan tambahan dari warga dengan harga Rp2.500 per kilogram. Saat ini, kebutuhan harian mencapai 400 kilogram. Jika populasi meningkat, kebutuhan pakan akan bertambah, sehingga peluang ekonomi bagi masyarakat juga meningkat,” ujar Sumadi.
Ia menegaskan bahwa warga yang bermitra wajib menggunakan pupuk organik demi menjaga kualitas pakan.
Selain itu, pemantauan berkala dilakukan untuk memastikan praktik pertanian yang ramah lingkungan.
Dengan pembangunan kandang ketiga, TNWK berharap pengelolaan konservasi badak Sumatra semakin optimal.
Selain melindungi spesies yang terancam punah, program ini juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Kami berkomitmen untuk mendukung pelestarian badak Sumatra melalui langkah-langkah strategis yang berkelanjutan,” pungkas Zaidi. (*)