Berdikari.co, Metro - Kondisi infrastruktur pertanian di Kecamatan Metro
Utara kian memprihatinkan. Kerusakan Jaringan Irigasi Sekunder (JIS) sepanjang
800 meter di titik KR3 dan KR4 telah menjadi penyebab utama gagal panen bagi
sekitar 60 hektar lahan persawahan di tiga Kelurahan.
Dampaknya dirasakan langsung oleh ratusan petani Banjarsari, Purwosari, dan
Purwoasri yang terus mengalami kerugian setiap musim gadu sejak tahun 2022.
Camat Metro Utara, Herry Hendarto, mengungkapkan bahwa masalah utama
terjadi pada talud sepanjang 400 meter di KR3 dan 400 meter di KR4.
Kerusakan ini menghambat aliran air dari irigasi sekunder ke lahan
persawahan. Saat para petani membutuhkan air untuk mengisi bulir padi, justru
pasokan air tidak sampai karena infrastruktur yang rusak.
"Dampak kerusakan ini sangat nyata. Air dari irigasi sekunder memang
ada, tapi tidak bisa mengalir ke sawah. Akibatnya, setiap musim gadu,
sawah-sawah di Banjarsari, Purwosari, dan Purwoasri gagal panen total,"
ungkap Herry kepada awak media, Selasa (14/1/2025).
Dari laporan yang dihimpun, kejadian gagal panen akibat kerusakan irigasi
ini telah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Tanpa perbaikan infrastruktur,
ketahanan pangan masyarakat Metro Utara terus terancam.
Menurut Herry, pihak Kecamatan telah berulang kali melaporkan kondisi ini
ke Dinas PUTR Kota Metro dan Balai Besar Pengairan. Proposal perbaikan telah
diajukan, bahkan aspirasi juga disampaikan melalui reses DPRD Provinsi Lampung.
Namun, hingga kini, tidak ada langkah konkret yang diambil untuk memperbaiki
jaringan irigasi tersebut.
"Masyarakat sudah dijanjikan bahwa di APBD Perubahan akan ada alokasi
anggaran untuk memperbaiki irigasi. Tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada
realisasi. Petani selalu bertanya kepada saya kapan perbaikan akan
dilakukan," kata Herry dengan nada kecewa.
Ia menambahkan bahwa pada tahun 2024, pemerintah daerah sempat memaparkan
rencana perbaikan irigasi dalam sebuah pertemuan yang juga dihadiri para
petani. Namun, hingga awal tahun 2025, rencana tersebut belum juga diwujudkan.
"Dengan kondisi yang semakin mendesak, masyarakat Metro Utara berharap
tahun 2025 menjadi momentum perubahan. Pemerintah harus segera bertindak untuk
memperbaiki jaringan irigasi agar bencana gagal panen tidak lagi
terulang," bebernya.
"Ketahanan pangan masyarakat kami tergantung pada pertanian. Jika
jaringan irigasi tidak segera diperbaiki, dampaknya akan sangat buruk. Petani
kami butuh kejelasan dan tindakan nyata dari pemerintah," pungkasnya.
Bagi petani di Metro Utara, kerusakan irigasi ini tidak hanya mengancam
hasil panen tetapi juga menggerus mata pencaharian mereka.
"Kami sudah lelah menunggu janji. Setiap musim gadu kami selalu rugi
karena padi tidak bisa tumbuh maksimal. Kami hanya ingin irigasi
diperbaiki," keluh Sumarno, petani dari Kelurahan Purwoasri.
Kegagalan panen selama tiga tahun terakhir telah memukul ekonomi petani.
Sebagian besar dari mereka kini merugi akibat biaya produksi yang terus
meningkat sementara hasil panen nihil.
Kini, nasib para petani Metro Utara bergantung pada seberapa cepat
pemerintah merealisasikan janji perbaikan irigasi. Jika masalah ini terus
diabaikan, masa depan pertanian di wilayah tersebut bisa terancam, meninggalkan
ratusan keluarga petani dalam ketidakpastian.
(*)