Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Selasa, 14 Januari 2025

Jaringan Irigasi di Metro Utara Rusak, Puluhan Hektar Sawah Gagal Panen

Oleh Arby Pratama

Berita
Camat Metro Utara, Herry Hendarto (baju hitam) saat inspeksi irigasi yang rusak. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Metro - Kondisi infrastruktur pertanian di Kecamatan Metro Utara kian memprihatinkan. Kerusakan Jaringan Irigasi Sekunder (JIS) sepanjang 800 meter di titik KR3 dan KR4 telah menjadi penyebab utama gagal panen bagi sekitar 60 hektar lahan persawahan di tiga Kelurahan.

Dampaknya dirasakan langsung oleh ratusan petani Banjarsari, Purwosari, dan Purwoasri yang terus mengalami kerugian setiap musim gadu sejak tahun 2022.

Camat Metro Utara, Herry Hendarto, mengungkapkan bahwa masalah utama terjadi pada talud sepanjang 400 meter di KR3 dan 400 meter di KR4.

Kerusakan ini menghambat aliran air dari irigasi sekunder ke lahan persawahan. Saat para petani membutuhkan air untuk mengisi bulir padi, justru pasokan air tidak sampai karena infrastruktur yang rusak. 

"Dampak kerusakan ini sangat nyata. Air dari irigasi sekunder memang ada, tapi tidak bisa mengalir ke sawah. Akibatnya, setiap musim gadu, sawah-sawah di Banjarsari, Purwosari, dan Purwoasri gagal panen total," ungkap Herry kepada awak media, Selasa (14/1/2025).

Dari laporan yang dihimpun, kejadian gagal panen akibat kerusakan irigasi ini telah berlangsung selama tiga tahun berturut-turut. Tanpa perbaikan infrastruktur, ketahanan pangan masyarakat Metro Utara terus terancam. 

Menurut Herry, pihak Kecamatan telah berulang kali melaporkan kondisi ini ke Dinas PUTR Kota Metro dan Balai Besar Pengairan. Proposal perbaikan telah diajukan, bahkan aspirasi juga disampaikan melalui reses DPRD Provinsi Lampung. Namun, hingga kini, tidak ada langkah konkret yang diambil untuk memperbaiki jaringan irigasi tersebut. 

"Masyarakat sudah dijanjikan bahwa di APBD Perubahan akan ada alokasi anggaran untuk memperbaiki irigasi. Tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada realisasi. Petani selalu bertanya kepada saya kapan perbaikan akan dilakukan," kata Herry dengan nada kecewa. 

Ia menambahkan bahwa pada tahun 2024, pemerintah daerah sempat memaparkan rencana perbaikan irigasi dalam sebuah pertemuan yang juga dihadiri para petani. Namun, hingga awal tahun 2025, rencana tersebut belum juga diwujudkan.

"Dengan kondisi yang semakin mendesak, masyarakat Metro Utara berharap tahun 2025 menjadi momentum perubahan. Pemerintah harus segera bertindak untuk memperbaiki jaringan irigasi agar bencana gagal panen tidak lagi terulang," bebernya.

"Ketahanan pangan masyarakat kami tergantung pada pertanian. Jika jaringan irigasi tidak segera diperbaiki, dampaknya akan sangat buruk. Petani kami butuh kejelasan dan tindakan nyata dari pemerintah," pungkasnya.

Bagi petani di Metro Utara, kerusakan irigasi ini tidak hanya mengancam hasil panen tetapi juga menggerus mata pencaharian mereka.

"Kami sudah lelah menunggu janji. Setiap musim gadu kami selalu rugi karena padi tidak bisa tumbuh maksimal. Kami hanya ingin irigasi diperbaiki," keluh Sumarno, petani dari Kelurahan Purwoasri. 

Kegagalan panen selama tiga tahun terakhir telah memukul ekonomi petani. Sebagian besar dari mereka kini merugi akibat biaya produksi yang terus meningkat sementara hasil panen nihil. 

Kini, nasib para petani Metro Utara bergantung pada seberapa cepat pemerintah merealisasikan janji perbaikan irigasi. Jika masalah ini terus diabaikan, masa depan pertanian di wilayah tersebut bisa terancam, meninggalkan ratusan keluarga petani dalam ketidakpastian.  (*)

Editor Sigit Pamungkas