Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 15 Januari 2025

Harga Cabai Besar di Pasar Kalianda Lampung Selatan Perlahan Mulai Turun

Oleh Handika

Berita
Pedagang cabai di Pasar Inpres Kalianda, Lampung Selatan. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Lampung Selatan - Paska libur Natal 2024 dan tahun baru 2025 (Nataru), harga cabe besar sempat melonjak hingga Rp80 ribu per kilogram. Terkini, harga cabe besar mulai turun.

Dari pantauan di Pasar Inpres Kalianda, Lampung Selatan, harga cabe besar mulai turun yakni Rp60 ribu per kilogram. Sementara, harga cabe caplak masih menyentuh angka Rp72 ribu per kilogram.

Kabid Perdagangan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan, Firdaus mengatakan, pihaknya rutin melakukan pengecekan harga sembako termasuk cabe.

"Pengawasan pengendalian inflasi daerah per tanggal 15 Januari 2025, cabe besar Rp60 ribu per kilogram, cabe cabe rawit Rp58 ribu per kilogram, dan cabe caplak Rp72 ribu per kilogram," kata Firdaus. Rabu (15/1/25).

Firdaus melanjutkan, harga bawang merah Rp33 ribu per kilogram, daging ayam Rp42 ribu per kilogram, telur ayam Rp29 ribu per kilogram, dan ikan kembung Rp35 ribu per kilogram.

Sementara, menurut pedagang bernama Burhan menyampaikan, dirinya hanya bisa pasrah menghadapi naik turun komoditas cabe di pasaran.

"Kalau sudah kelewatan harganya mau bilang apalagi gitu kan, paling volume dikurangi dari biasa beli 1 kilogram jadi 1/2 kilogram dari beli 1/2 kilogram ke 1/4 kilogram," ujarnya.

Menurut Burhan, akibat naik turun harga cabe maka yang paling merasakan dampaknya adalah usaha rumah makan yang ada di wilayah Kalianda.

"Jelas biaya operasionalnya jadi lebih tinggi, sementara mereka untuk menaikkan harga jual makanan tidak bisa," terusnya.

Burhan menambahkan, lonjakan harga cabe dipicu dari menurunnya pasokan cabe dari para petani ke pedagang yang diakibatkan oleh faktor cuaca.

"Pasokan berkurang kebutuhan tetap. Kenapa pasokan berkurang, karena efek kemarau panjang jadi petani gagal panen," tegasnya.

Sejurus, pedagang bernama Winda mengaku, terbebani dengan kenaikan harga cabe di pasaran. Meski ia merasa dilema karena berimbas pada pemasukan.

"Buat kami pedagang kecil beban, apalagi kalau kita dagang tidak bisa asal naik. Kalau naik nanti pelanggan pergi, mau nggak mau ya itu tadi kadang-kadang untung kadang malah tipis. Kadang upah capek tidak terganti," keluhnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas