Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Senin, 20 Januari 2025

Perjuangan Pelajar Kali Pasir, Seberangi Sungai dengan Perahu Kayu Demi Pendidikan

Oleh Redaksi

Berita
Pelajar di Desa Kali Pasir, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur, harus menyeberangi sungai memakai perahu kayu untuk bisa sampai ke sekolah mereka. Foto: Ist

Berdikari.co, Lampung Timur - Saat pagi masih berembun, pelajar dari Desa Kali Pasir, Kecamatan Way Bungur, Kabupaten Lampung Timur, sudah memulai perjalanan penuh tantangan. Mereka harus menyeberangi sungai menggunakan perahu kayu untuk mencapai sekolah di Desa Tanjung Tirto, yang berada di seberang sungai.

Sungai itu bukan sungai kecil. Dengan arus yang cukup deras dan kedalaman yang signifikan, risiko selalu menghantui. Satu-satunya penghubung adalah perahu kayu yang setiap harinya mengangkut puluhan pelajar beserta sepeda motor mereka.

Kisah perjuangan para pelajar di Desa Kali Pasir tersebut sempat terekam video dan menjadi viral di media sosial (medsos).

Dalam video itu tampak sejumlah pelajar SMA memakai seragam putih abu-abu dan pelajar SMK memakai baju praktek sedang duduk di atas motor mengantri menunggu perahu kayu datang untuk menyeberangi sekolah guna sampai ke sekolah masing-masing.

Begitu perahu kayu tiba, satu per satu pelajar menaikkan sepeda motornya ke atas perahu kayu untuk menyeberangi sungai. Sekali menyeberang, perahu kayu bisa mengangkut puluhan motor dan pelajar.  

Para pelajar tersebut bersekolah di desa yang berada di seberang sungai bernama Desa Tanjung Tirto, Kecamatan Way Bungur.

Camat Way Bungur, Lusi Aprina, mengatakan kegiatan para pelajar menyeberangi sungai itu sudah berlangsung selama puluhan tahun.

"Kegiatan seperti itu sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun. Para pelajar itu tinggal di Desa Kali Pasir akan berangkat sekolah yang berada di Desa Tanjung Tirto. Jadi berangkat dan pulang sekolah harus menyeberangi sungai,” kata Lusi, Jumat (17/1/2025).

Ia mengungkapkan, para pelajar itu pernah terlambat berangkat sekolah saat debit air sungai naik karena terjadi banjir pada awal tahun 2025.

"Kalau debit air sungai tidak tinggi, perahu bisa menyeberangi sungai dengan lancar. Tapi kalau debit air sungai naik maka para pelajar bisa terlambat berangkat sekolah, bahkan bisa sampai tidak sekolah, karena tidak bisa menyeberangi sungai,” ungkapnya.

Menurut Lusi, masyarakat dan pelajar untuk beraktivitas harus menyeberangi sungai sudah menjadi budaya. Namun, khusus para pelajar yang hendak menyebrangi sungai tidak dikenakan biaya alias gratis.

"Anak sekolah gratis, kalau untuk warga dan kendaraan dikenakan biaya Rp5 ribu sekali menyeberang. Tetapi ada batasannya untuk naik perahu," jelasnya.

Ia mengatakan, pemerintah sempat melakukan pembangunan jembatan di lokasi sekitar, namun telah lama berhenti dan kini terbengkalai.

"Sebelum saya jadi camat, itu (jembatan) sudah pernah dibangun. Saya jadi camat sudah 3 tahun, dan 2 tahun lalu pembangunan jembatan berhenti karena sering banjir," imbuhnya. (*)

Artikel ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Senin 20 Januari 2025, dengan judul "Perjuangan Pelajar Kali Pasir, Seberangi Sungai dengan Perahu Kayu Demi Pendidikan"

Editor Didik Tri Putra Jaya