Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Jumat, 31 Januari 2025

Membangun Destinasi Wisata Lampung Butuh Konsep dan Komitmen

Oleh ADMIN

Berita
Ketua Umum DPD Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia Lampung M. Irwan Nasution dan Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia Lampung Adi Susanto menjadi narasumber dalam Kupas Podcast bertajuk 'Pengembangan Sektor Pariwisata di Provinsi Lampung' dipandu moderator Candra Murti Ayuningtyas di Kantor Kupas Tuntas Group, Bandar Lampung, Kamis (30/1/2025). Foto: Kupastuntas.co

Berdikari.co, Bandar Lampung - Sektor pariwisata di Provinsi Lampung terus berkembang dengan pesat. Namun, di balik tren positif tersebut, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dalam upaya meningkatkan daya tarik wisata di daerah ini.

Hal itu terungkap dalam Kupas Podcast bertajuk 'Pengembangan Sektor Pariwisata di Provinsi Lampung', yang menghadirkan Ketua Umum Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (DPD Putri) Lampung, M. Irwan Nasution, serta Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Lampung, Adi Susanto. Acara ini dipandu oleh moderator Candra Murti Ayuningtyas dan berlangsung di Kantor Kupas Tuntas Group, Bandar Lampung, pada Kamis (30/1/2025).

M. Irwan Nasution mengatakan, ada pertumbuhan jumlah wisatawan di Provinsi Lampung diperkirakan mencapai sekitar 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Irwan mengungkapkan, untuk meningkatkan kunjungan jumlah wisatawan secara signifikan, diperlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah dan pelaku usaha pariwisata. 

"Peran pemerintah dalam menarik investor sangat penting. Kita tidak boleh jenuh untuk terus mempromosikan pariwisata dan menggelar berbagai acara untuk menarik wisatawan. Tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri, harus bersama-sama," kata Irwan.

Menurut Irwan, pemerintah harus memiliki konsep pengembangan pariwisata yang kuat dan konsisten. Salah satu cara yang efektif adalah dengan menciptakan karakter wisata baru agar destinasi semakin menarik.

Ia berharap, pemerintah terus memberikan pembinaan kepada para pelaku usaha pariwisata serta memfasilitasi kegiatan yang bisa digelar di destinasi wisata. 

“Banyak kegiatan yang lagi trend untuk digelar, seperti pentas musik dan lainnya. Bukan hanya wisatawan lokal tapi dari luar negeri seperti Malaysia dan lainnya datang untuk melihat ke Lampung,” ujarnya.

"Membangun destinasi wisata itu butuh komitmen dan perubahan kedepan. Banyak even yang sedang tren, seperti pentas musik, olahraga, dan lainnya, yang bisa menarik wisatawan, baik lokal maupun dari luar negeri, seperti Malaysia," sambungnya. 

Irwan mengungkapkan, pertumbuhan sektor pariwisata berbanding lurus dengan perkembangan UMKM di berbagai daerah di Lampung.

Menurutnya, perkembangan wisata secara langsung meningkatkan jumlah usaha kecil, terutama di sektor kuliner dan oleh-oleh. 

"Dampak pariwisata terhadap pertumbuhan UMKM sangat positif. Kita bisa lihat di daerah seperti Lampung Selatan, Lampung Barat, dan Lampung Timur, banyak warung makan dan usaha kecil yang bermunculan seiring meningkatnya jumlah wisatawan. Bahkan, saat musim durian seperti sekarang, banyak spot wisata baru yang muncul," ujar Irwan. 

Irwan menyarankan, pemerintah perlu lebih aktif dalam membina UMKM, khususnya dalam penyajian produk kuliner dan pelayanan kepada wisatawan.

Selain itu, ia menilai sistem tiket masuk ke tempat wisata perlu diperbaiki agar lebih ramah bagi wisatawan. 

"Kalau mau lihat gajah di Lampung atau masuk taman burung, cukup satu kali bayar tiket masuk. Jangan sampai wisatawan harus membayar beberapa kali hanya untuk menikmati fasilitas di dalamnya. Hal-hal seperti ini perlu diperhatikan agar wisatawan merasa nyaman dan tidak terbebani," imbuhnya.

Menurutnya, dengan potensi wisata yang ada, Lampung seharusnya bisa menjadi salah satu destinasi unggulan di Indonesia. 

"Untuk mencapai hal itu, diperlukan langkah-langkah strategis yang lebih terarah. Pemerintah perlu lebih aktif dalam mendatangkan investor, membangun infrastruktur yang mendukung, serta menciptakan regulasi yang mempermudah pelaku usaha wisata dalam mengembangkan bisnisnya,” papar Irwan. 

Selain itu, Irwan menekankan pentingnya menertibkan pungutan liar (pungli) yang sering ditemukan di berbagai destinasi wisata. Menurutnya, pungli yang dilakukan oleh oknum tertentu dapat merusak citra pariwisata Lampung dan membuat wisatawan enggan berkunjung. 

“Jika semua pihak dapat bekerja sama dalam mengembangkan wisata budaya dan sejarah Lampung, bukan tidak mungkin provinsi ini akan menjadi salah satu destinasi unggulan di Indonesia,” tegas Irwan.

Sementara Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Lampung, Adi Susanto, menyoroti angka kunjungan wisatawan di Lampung sebanyak 14,7 juta orang yang dirilis oleh Dinas Pariwisata Provinsi Lampung.

Menurutnya, perlu ada transparansi dalam metode perhitungan angka tersebut agar benar-benar mencerminkan jumlah wisatawan yang benar-benar berkunjung dan menghabiskan waktu di Lampung. 

"Metode penghitungan 14,7 juta wisatawan itu dari mana? Kalau kami di Astindo melihat angka ini tidak terlalu signifikan. Contohnya, wisatawan dari Pulau Jawa yang masuk ke Lampung melalui Pelabuhan Bakauheni, apakah mereka benar-benar stay di Lampung atau hanya transit ke Palembang? Hal ini harus diperjelas," kata Adi. 

Adi mengungkapkan, destinasi wisata di Lampung mengalami pergeseran tren. Jika sebelumnya Pulau Pahawang menjadi primadona, kini wisatawan lebih banyak memilih destinasi di Lampung Selatan. Wisatawan yang datang pun masih didominasi oleh masyarakat dari Palembang dan sekitarnya. 

Adi juga menekankan pentingnya penyelenggaraan event berskala nasional untuk menarik lebih banyak wisatawan dari luar daerah lampung.

Menurutnya, acara yang digelar di Lampung selama ini cenderung bersifat lokal, sehingga hanya menarik minat masyarakat setempat. 

"Semakin banyak event yang digelar, semakin banyak juga wisatawan yang datang. Namun, jangan hanya event lokal. Jika hanya event lokal, maka yang datang hanya masyarakat lokal juga," jelasnya. 

Selain masalah promosi dan event, lanjut Adi, tantangan besar lainnya adalah implementasi kebijakan yang masih dianggap kurang optimal.

Adi menyebut, banyak diskusi dan pertemuan yang dilakukan terkait pengembangan sektor pariwisata, namun hasil implementasinya belum maksimal.   "Kami sering diundang dalam diskusi, tetapi hasilnya tidak selalu bisa diharapkan," tegasnya. 

Sependapat dengan Irwan Nasution, Adi mengatakan pertumbuhan pariwisata di Lampung berjalan seiring dengan perkembangan UMKM.

Adi mengatakan, UMKM merupakan bagian tak terpisahkan dari sektor pariwisata, karena banyak wisatawan yang datang juga ingin menikmati kuliner khas dan membawa oleh-oleh. 

"UMKM dan pariwisata itu saling berkaitan. Contohnya, keripik pisang di Gang PU ini, pembelinya sebagian besar berasal dari luar daerah. Travel agent pun bekerja sama dengan UMKM dengan membawa wisatawan langsung ke pusat oleh-oleh agar mereka bisa melihat dan mencicipi langsung," kata Adi. 

Menurutnya, UMKM di Lampung perlu terus diperbarui dan diperbanyak variasinya agar lebih menarik. Saat ini, jumlah produk oleh-oleh khas Lampung masih bisa dikembangkan agar lebih beragam dan memiliki daya tarik lebih bagi wisatawan. 

"UMKM harus diperbanyak dan diperbarui produknya. Jangan hanya mengandalkan produk yang sudah ada, tapi juga harus ada inovasi agar wisatawan punya lebih banyak pilihan buah tangan," jelasnya. 

Adi menilai, peran pemerintah dalam mendukung sektor ini masih belum optimal. Ia menyoroti perlunya kebijakan yang lebih konsisten dan berkelanjutan dalam membantu UMKM serta agen perjalanan wisata. 

"Sejauh ini, peran pemerintah belum terlalu terasa. Kita harus objektif dalam menilai. Memang ada dukungan, tapi masih perlu ditingkatkan secara lebih konsisten. Pemerintah harus lebih aktif membantu masyarakat, termasuk travel agent yang berperan dalam membawa wisatawan," katanya. 

Ia menerangkan, salah satu kendala yang juga dihadapi oleh pelaku usaha pariwisata adalah regulasi yang dinilai membatasi kebebasan pemandu wisata (tour guide).

"Misalnya ada wisatawan dari Palembang yang membawa pemandu sendiri, mereka tetap harus berkoordinasi dengan pemandu wisata lokal. Hal ini seharusnya lebih fleksibel agar tidak menghambat wisatawan yang ingin berkunjung ke Lampung," imbuhnya.

Adi melanjutkan, untuk wisata budaya di Provinsi Lampung masih belum mendapatkan perhatian yang cukup, meskipun daerah ini memiliki kekayaan budaya yang bisa menjadi daya tarik wisatawan.

Menurut Adi, pentingnya pengembangan wisata budaya di Lampung agar tidak kalah dengan daerah lain seperti Bandung yang memiliki Saung Angklung Udjo.

"Selama ini, wisata di Lampung lebih banyak dikenal karena keindahan alamnya, seperti pantai dan pulau. Padahal,  budaya kita juga sangat kaya dan menarik. Jika di Bandung ada Angklung Udjo, kenapa di Lampung kita tidak membuat pusat wisata budaya serupa? Wisatawan tidak hanya ingin menikmati pemandangan alam, tapi juga ingin mengenal budaya, bahasa, dan tradisi daerah yang mereka kunjungi," ujar Adi. 

Adi juga menekankan pentingnya promosi budaya Lampung, baik di hotel-hotel maupun di agen perjalanan wisata.

“Budaya khas seperti Begawi (tradisi adat masyarakat Lampung) harus terus dilestarikan dan dikemas dengan baik agar menarik bagi wisatawan. Selain itu, elemen budaya Lampung seperti bahasa dan musik daerah juga sebaiknya diperkenalkan di berbagai aspek perjalanan wisata,” sarannya. 

"Misalnya di bus pariwisata kita putarkan lagu-lagu Lampung. Ini akan memancing wisatawan untuk bertanya dan mengenal budaya kita lebih dalam sebelum tiba di lokasi wisata," lanjutnya. 

Selain wisata budaya, wisata sejarah di Lampung juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Adi mencontohkan bagaimana letusan Gunung Krakatau bisa dikemas dengan storytelling yang menarik agar wisatawan mendapatkan pengalaman yang lebih mendalam. 

"Saat saya ke Palembang, ada destinasi wisata yang menawarkan Al Quran terbesar, dan disana pemandu wisata dengan baik menjelaskan sejarah dan maknanya. Hal seperti ini harus kita terapkan di Lampung. Misalnya, wisatawan datang ke tempat sejarah Gunung Krakatau, maka kita ceritakan kapan letusannya, dampaknya, serta bagaimana kondisi masyarakat saat itu. Hal ini akan meningkatkan minat wisatawan," jelasnya. 

Menurutnya, pemandu wisata yang memiliki keterampilan bercerita dan mampu berbicara dalam bahasa daerah akan menjadi nilai tambah bagi pengalaman wisatawan. (*)

Editor Sigit Pamungkas