Berdikari.co, Lampung Timur – Sejumlah petani di Lampung Timur mulai
khawatir dengan nasib hasil panennya setelah beberapa hari pabrik tapioka dan
lapak singkong di daerah tersebut tutup. Mereka takut singkong yang belum
terjual akan membusuk dan menyebabkan kerugian besar.
Ahmad, seorang petani singkong asal Kecamatan Purbolinggo, berharap agar pabrik tapioka di Desa Muara Jaya, Kecamatan Purbolinggo, memberikan kebijakan untuk tetap membeli singkong guna menghindari kerugian lebih lanjut.
"Kalau singkong tidak terjual, akhirnya busuk. Kalau sudah busuk, harus dibuang, dan ruginya semakin besar. Sementara itu, singkong memang sudah saatnya dipanen agar bisa diganti dengan tanaman lain," kata Ahmad, Jumat (31/1/2025).
Ahmad mengandalkan hasil penjualan singkong untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya sekolah anak dan pembelian bahan makanan. Sebagai petani kecil, ia tidak memiliki sumber penghasilan lain.
Menurut Ahmad, pabrik tapioka di Desa Muara Jaya enggan membeli singkong karena masih menunggu pembahasan terkait harga. Padahal, singkong milik Ahmad dan petani lainnya sudah siap dijual.
"Ada sekitar 20 truk yang menunggu keputusan perusahaan. Kami tidak masalah dengan harga lama, asalkan singkong bisa terjual dan tidak terbuang percuma," jelasnya.
Bokir, seorang penjual singkong dari Lampung Tengah, juga berharap pihak pabrik dapat segera mengambil keputusan dan menerima singkong meskipun dengan harga Rp1.225 per kilogram dan potongan 29 persen.
"Daripada rugi besar, saya rela menjual singkong dengan harga Rp1.225 per kilogram. Soalnya singkong sudah dicabut karena lahan akan digunakan untuk tanaman lain. Mudah-mudahan ke depan ada kenaikan harga," harap Bokir.
Petani dan pedagang singkong kini menunggu kepastian dari perusahaan dan pemerintah terkait harga jual yang layak agar mereka tidak mengalami kerugian lebih besar. (*)