Berdikari.co, Bandar Lampung - Pengamat Sosial Universitas Lampung, Arif
Sugiono, menyebut meningkatnya jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) tidak
hanya terjadi di Provinsi Lampung, tetapi juga di berbagai daerah lain.
Menurutnya, perkembangan teknologi, arus informasi yang semakin deras, serta
meningkatnya tekanan hidup menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap
lonjakan jumlah orang dengan gangguan jiwa.
"Dalam beberapa tahun terakhir, banyak negara juga mengalami
peningkatan jumlah orang dengan gangguan mental. Hal ini disebabkan oleh beban
kerja yang semakin tinggi, tekanan ekonomi, serta lingkungan sosial yang kurang
mendukung kesehatan mental," kata Sugiono, Kamis (27/2/2025).
Ia mengungkapkan, budaya populer yang berkembang saat ini juga dapat
mempengaruhi pola pikir dan emosi seseorang, sehingga jika tidak diimbangi
dengan ketahanan mental yang baik, individu akan rentan mengalami gangguan
psikologis.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa untuk meminimalisir fenomena ini
diperlukan pendekatan holistik yang menggabungkan tiga aspek kecerdasan, yaitu
kecerdasan spiritual, emosional, dan intelektual.
“Ketiga kecerdasan ini harus dikembangkan secara seimbang, baik dalam
lingkungan keluarga maupun pendidikan,” katanya.
"Keluarga dan dunia pendidikan memiliki peran besar dalam membentuk
individu yang kuat secara mental. Jika seseorang tidak memiliki keseimbangan
dalam tiga aspek kecerdasan ini, maka mereka akan lebih mudah mengalami tekanan
mental dan rentan mengalami gangguan psikologis,” lanjutnya.
Oleh karena itu, lanjut dia, semua pihak harus menyiapkan individu dengan
kecerdasan yang baik agar mereka mampu menghadapi tekanan hidup dengan lebih
baik.
Menurutnya, jika seseorang tidak memiliki kemampuan untuk mengelola tekanan
hidup dengan baik, maka akan muncul kondisi yang disebut sebagai ‘kepribadian
robek’.
Dalam konteks psikologi, kondisi ini dapat membuat seseorang kehilangan
keseimbangan emosional dan intelektual, sehingga mereka lebih mudah mengalami
gangguan mental.
“Untuk mengatasi hal ini, diperlukan upaya dari berbagai pihak, termasuk
pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat. Dunia pendidikan diharapkan
dapat memberikan pelatihan dan program yang membantu siswa dalam mengembangkan
kecerdasan emosional dan spiritual, selain kecerdasan intelektual,” paparnya.
"Jika ada tekanan dari luar, maka seseorang tadi bisa mengelola dengan baik. Dengan melalui otak kanan dan kirinya, dimana proses itu butuh treatment di sekolah dan lingkungan," pungkasnya. (*)