Berdikari.co, Bandar Lampung - Pengamat Kebijakan Publik Universitas
Lampung (Unila), Dedi Hermawan, menilai stagnasi pada sektor pendidikan menjadi
penyebab utama Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung rendah.
“Jika kita lihat data BPS 2024, komponen kesehatan dan ekonomi menunjukkan
tren peningkatan yang cukup baik, namun komponen pendidikan masih sangat lambat
bahkan cenderung stagnan. Ini yang menjadi hambatan utama dalam upaya menaikkan
IPM Lampung,” kata Dedi, pada Selasa (1/7/2025).
Dedi mengatakan, peningkatan IPM tidak bisa dicapai tanpa perbaikan serius
di sektor pendidikan. Menurutnya, perlu ada kolaborasi antara pemerintah
provinsi dan seluruh kabupaten/kota di Lampung untuk mendorong percepatan
perbaikan kualitas pendidikan.
Dedi menyarankan, beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan untuk
mempercepat peningkatan sektor pendidikan adalah pemanfaatan program nasional
Sekolah Rakyat.
Provinsi Lampung telah mengusulkan dua lokasi untuk program ini sebagai
solusi alternatif pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
Selain itu, lanjut dia, perlu digencarkan gerakan “Zero Putus Sekolah”
dengan mengatasi berbagai penyebab anak-anak yang berhenti sekolah, seperti
faktor ekonomi, pengaruh lingkungan, hingga budaya.
“Bantuan pendidikan sudah tersedia lewat dana BOS, tapi masih banyak
kebutuhan lain seperti transportasi, seragam, dan perlengkapan sekolah yang
belum terpenuhi,” jelas Dedi.
Ia mengungkapkan, untuk anak-anak yang putus sekolah karena alasan
kemalasan atau pengaruh lingkungan, perlu dilakukan konseling dan pendampingan
kepada siswa maupun orang tua agar mereka kembali termotivasi melanjutkan
pendidikan.
“Masalah lainnya adalah banyak warga dewasa di Lampung yang tidak memiliki
ijazah karena tidak menyelesaikan sekolah formal. Untuk itu, penguatan program
Kejar Paket A, B, dan C, yang bisa diikuti oleh perangkat desa, pengurus
kelembagaan masyarakat, karyawan hingga buruh dengan pembiayaan dari dana desa,
dana tanggung jawab sosial perusahaan maupun APBD,” paparnya.
Ia menjelaskan, selama ini banyak warga yang sebenarnya punya pengetahuan
dan keterampilan secara otodidak. Mereka bisa didorong untuk menyetarakan
pendidikan melalui akademi komunitas atau kerja sama dengan perguruan tinggi,
dalam bentuk program diploma yang bisa ditempuh secara bertahap.
Dedi melanjutkan, sektor pendidikan di Lampung juga dihadapkan pada
keterbatasan tenaga pengajar. Ia menyarankan agar lulusan sarjana baru
dilibatkan sebagai relawan pengajar di desa dengan bantuan biaya hidup dan
transportasi.
Langkah tersebut bisa memberi pengalaman kepada lulusan sekaligus
menyumbangkan tenaga di daerah yang masih kekurangan guru.
“Untuk akses pendidikan di daerah terpencil dan penyediaan transportasi
menjadi hal penting. Pemerintah daerah bisa memanfaatkan kendaraan dinas tidak
terpakai, truk BPBD, ambulans desa, bahkan perahu untuk wilayah kepulauan guna
membantu siswa berangkat ke sekolah,” ungkapnya.
Sebagai alternatif sistem pembelajaran, Dedi juga mendorong pengembangan
model sekolah terbuka yang tidak berbasis kelas.
Ia mengatakan, dahulu pernah diterapkan melalui siaran radio, kini bisa
dikembangkan melalui platform daring untuk menjangkau lebih banyak pelajar.
“Sekolah jarak jauh ini bisa menjadi solusi terutama di daerah dengan
keterbatasan fasilitas. Teknologi harus dimanfaatkan untuk menjangkau mereka
yang kesulitan mengakses pendidikan konvensional,” tegasnya.
Dedi berharap, dengan berbagai langkah strategis tersebut, Pemprov Lampung
dapat mempercepat peningkatan kualitas pendidikan sehingga mampu memperbaiki
posisi IPM di tingkat regional dan nasional.
“Perbaikan pendidikan adalah kunci. Jika ini dibenahi, maka kesehatan dan ekonomi akan ikut terdorong, dan IPM Lampung bisa naik dari posisi paling bawah,” pungkasnya. (*)