Berdikari.co, Lampung Timur - Sebanyak 20 pegawai di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sukadana, Lampung Timur, terkonfirmasi positif Covid-19. Pihak RSUD meminta tambahan pegawai ke Dinas Kesehatan agar pelayanan tidak terganggu.
Direktur RSUD Sukadana, dr. Wayan Widyana, mengatakan 20 pegawai yang terpapar Covid-19 sedang menjalani isolasi mandiri di rumah masing-masing.
"Total di bulan Februari ini sudah 20 pegawai yang positif Covid-19. Mereka menjalani isolasi mandiri karena masih bergejala ringan," kata Wayan, Senin (21/2).
Wayan menjelaskan, pihaknya telah melakukan tracing di lingkungan RSUD dan tempat tinggal pegawai yang terpapar Covid-19.
"Sudah dilakukan tracing. Jadi setiap pegawai di RSUD juga telah dilakukan tes swab antigen," ujarnya.
Wayan mengungkapkan, 20 pegawai yang terpapar Covid-19 tersebut berdampak pada pelayanan di RSUD Sukadana karena keterbatasan sumber daya manusia (SDM).
"Kami sudah lapor ke kepala Dinas Kesehatan terkait kendala dalam pelayanan ini, dikarenakan banyak pegawai yang isoman. Kami butuh penambahan pegawai untuk membantu pelayanan di RSUD ini,” ungkapnya.
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung mencatat, pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Lampung kembali bertambah 617 orang sehingga saat ini totalnya menjadi 58.528 kasus, pada Senin (21/2).
Kasus kematian pasien positif Covid-19 juga bertambah sebanyak 4 orang sehingga total mencapai 3.878 kasus. Berdasarkan data dirilis Bappeda Provinsi Lampung, penambahan 617 kasus positif Covid-19 tersebar di 15 kabupaten/kota di Lampung.
Diantaranya Bandar Lampung bertambah 242 kasus dan 1 kematian, Metro 16 kasus dan 1 kematian, Pringsewu 17 kasus, Pesawaran 26 kasus, dan Lampung Utara 35 kasus.
Selanjutnya Lampung Tengah 50 kasus dan 1 kasus kematian, Tulang Bawang 17 kasus, Tulangbawang Barat 12 kasus, Mesuji 11 kasus, Tanggamus 19 kasus, Lampung Timur 43 kasus, Lampung Barat 18 kasus dan kematian 1 kasus, Lampung Selatan 51 kasus, Way Kanan 15 kasus dan Pesisir Barat 54 kasus.
Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Lampung mulai memberikan suntikan vaksin dengan jenis yang berbeda kepada kelompok sasaran drop out atau masyarakat yang baru menerima suntikan vaksin dosis pertama saja namun belum melakukan vaksin dosis kedua hingga lebih dari 6 bulan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Reihana, mengatakan hal tersebut dilakukan menindaklanjuti Surat Edaran Kementrian Kesehatan Nomor: SR.02.06/II/921/2022 lantaran masih banyak ditemukan masyarakat yang terlambat untuk mendapatkan suntikan vaksin dosis kedua.
"Pemberian vaksin pertama dan kedua ini boleh diberikan dengan jenis yang berbeda. Di Lampung sendiri kami sudah mulai melakukan hal tersebut. Karena dari kementerian juga sudah memberikan izin," kata Reihana, pada Senin (21/2).
Ia melanjutkan, pemberian vaksin dengan jenis berbeda tersebut guna menghindari adanya masyarakat yang kesulitan untuk mencari jenis vaksin yang sama ketika ia mendapatkan suntikan dosis pertama.
"Kadang masyarakat kesulitan mau vaksin kedua karena mungkin stok di fasilitasi pelayanan kesehatan tidak ada yang sama dengan vaksin kedua. Sehingga dia memilih untuk tidak vaksin hingga akhirnya melebihi batas waktu yang ditentukan," terangnya.
Reihana menjelaskan, bagi sasaran yang mengalami drop out dalam rentang waktu kurang enam bulan dapat diberikan vaksin dosis kedua dengan platform atau jenis yang berbeda sesuai ketersediaan di masing-masing daerah.
"Apalagi saat ini vaksin jenis Sinovac diperuntukkan bagi anak-anak usia 6-11 tahun. Jadi untuk masyarakat yang lain bisa menggunakan vaksin dengan merek yang lain yang tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan," ungkapnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Bandar Lampung, dr. Khadafi Indrawan, mengatakan terdapat 9 jenis vaksin Covid-19 yang direkomendasikan untuk dapat digunakan oleh masyarakat.
Ia mengimbau, masyarakat tidak memilih jenis vaksin lantaran semua memiliki manfaat yang sama yakni meningkatkan kekebalan tubuh agar tidak terserang oleh virus.
"Semua jenis vaksin itu sama dan semua bagus karena sudah direkomendasikan oleh BPOM dan Kementerian Kesehatan. Serta sudah melalui tahapan penelitian," ujarnya. (*)