Logo

berdikari TAJUK

Kamis, 17 Maret 2022

Minat Baca Terkikis, oleh Syafaruddin

Oleh Iwan Irawan

Berita
Syafaruddin, Plt. Kepala Dinas perpustakaan dan arsip Lampung Barat.

Berdikari.co, Opini - 'Selagi kamu masih melihat dengan matamu dan mendengar dengan telingamu, berarti kamu masih bisa dibodohi', kalimat yang disampaikan oleh KH. abdur rahman wahid presidan Republik Indonesia ke-4 ini mengena sekali di saat zaman digital sekarang ini.

Begitulah keadaan sekarang melihat dan mendengar itu harus dengan ilmu, ilmu didapat dari mana? Tentunya dari sekolah dan di sekolah pun didapat dari membaca.

Di beberapa titik jalan di Kabupaten Lampung Barat ada baleho besar bergambarkan Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus bertuliskan 'Membaca buku bagi saya agar kita bisa membaca dunia, jangan dunia yang akan membaca kita' betapa pentingnya membaca bagi seorang bupati Parosil Mabsus.

Maka di kepemimpinan Parosil Mabsus dibuatlah Lampung Barat menjadi kabupaten literasi, agar budaya membaca bagi masyarakat tumbuh berkembang pesat demi masyarakat yang berdaya saing seperti yang tertuang di visi misi Kabupaten Lampung Barat.

Di era kehidupan yang serba modern seperti saat ini informasi mengalir begitu derasnya, dimana arus informasi menjadi penting dalam kehidupan dan aktivitas manusia. Agar informasi tersebut dapat termakan oleh manusia maka dibutuhkan kemampuan dalam hal membaca.

Budaya baca masyarakat Indonesia masih relatif rendah, salah satunya disebabkan karakter masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan budaya lisan dibanding budaya tulis.

Selain itu juga kelangkaan akses untuk mendapatkan buku, kurangnya kultur membaca sejak dini. Sudiana (2004: 103) menyatakan bahwa orang yang memiliki minat baca yang tinggi akan sering melakukan kegiatan membaca.

Melalui seringnya membaca, maka akan terbina kebiasaan membaca, akhirnya dengan membaca dapat memenuhi kebutuhannya. Perumpamaan orang yang haus, maka kita akan spontanitas mencari air karena kita butuh air untuk minum agar rasa haus tersebut bisa terpenuhi.

Begitu juga halnya membaca, kita akan mau membaca apabila diri kita membutuhkan informasi, sains, dan berbagai pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan intelektualnya, jalan keluar dari permasalahan tersebut adalah dengan membaca.

Kurangnya minat baca yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia seharusnya mendorong pihak-pihak yang terkait untuk sesegera mungkin memfasilitasi dan menganalisis apa saja yang menjadi penyebab hal tersebut.

Dalam hal ini, tentu sangat diperlukan kerjasama antara penulis, penerbit, dan pemerintah dalam pengadaan sumber bacaan.

Pertama, penulis diperlukan karena merekalah para pengarang dan pencari sumber informasi yang mempu menuangkan ide-ide dan pengetahuan briliannya untuk disebarluaskan kepada masyarakat. Kedua, penerbit diperlukan untuk memfasilitasi para penulis dalam mempublikasikan karya-karya mereka.

Karena, amatlah sulit bila seorang penulis harus mencetak dan menerbitkan karyanya sendiri kecuali dengan dana yang sangat besar.

Ketiga, peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan subsidi buku, terutama buku-buku pelajaran yang sangat dibutuhkan oleh generasi muda bangsa.

Hal ini akan lebih baik jika pemerintah memberikan anggaran khusus bagi pemuliaan perpustakaan, karena perpustakaan dapat dijangkau oleh siapa saja dan tentunya lebih efisien bagi mereka yang memiliki dana minim untuk membeli buku.

Minimnya minat baca merupakan suatu hal yang komplek terjadi di Indonesia di jaman serba digital ini, tentunya komunitas gerakan literasi sangat diperlukan dalam menumbuhkan minat baca anak dan masyarakat pada umumnya.

Memang diperlukan gerakan yang luar biasa dikatakan gerakan karena harus semua lini bergerak untuk meningkatkan minat baca yang terpuruk saat ini. (*)


Video KUPAS TV : MENENGOK WISATA BUDAYA DI LAMPUNG TIMUR

Editor Didik Tri Putra Jaya