Berdikari.co, Bandar Lampung - Realisasi Kredit
Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Lampung masih minim. Dari alokasi KUR tahun 2023
sebesar Rp12,48 triliun, hingga bulan Juni lalu baru terserap Rp3,27 triliun
atau sekitar 25 persen.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi
Lampung, Bambang Hermanto mengatakan selama ini penyaluran KUR oleh perbankan
melebihi target atau kuota yang ditetapkan.
Bambang mengungkapkan, tahun 2020 target
penyaluran KUR di Lampung sebesar Rp5,33 triliun terealisasi Rp5,55 triliun
atau 104,20 persen. Tahun 2021 target KUR Rp7,11 triliun terealisasi
Rp8,53 triliun atau 119,97 persen. Dan tahun 2022 target KUR Rp10,9 triliun
terealisasi Rp11,46 triliun atau 105,11 persen.
“Kemudian tahun 2023 ini, target Rp12,48 triliun
realisasi sampai bulan Juni lalu sebesar Rp3,27 triliun,” kata Bambang, Kamis
(10/8).
Ia menerangkan, pihaknya terus berupaya untuk
meningkatkan jumlah penerima KUR di Lampung bekerjasama dengan pemerintah
provinsi dan kabupaten/kota melalui Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah
(TPAKD).
TPAKD yang menetapkan program optimalisasi KUR
di daerah melalui penguatan koordinasi dengan Kanwil Ditjen Perbendaharaan
Negara selaku Ketua Monitoring KUR, dan peningkatan penyaluran KUR klaster
sesuai komoditi unggulan yang ada di Provinsi Lampung.
"Kami juga mempermudah akses KUR melalui
program Kartu Petani Berjaya (KPB) yang merupakan program unggulan Pemprov
Lampung di sektor pertanian, dan pakemlampung.id atau
website pasar kredit murah Lampung serta memperluas jaringan agen laku pandai
sebagai referral KUR," jelasnya.
Ia menjelaskan, agen laku pandai merupakan
layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif yang saat ini
sudah berada di 2.598 desa dari total jumlah desa se-Lampung sebanyak 2.654
desa atau 97,9 persen termasuk didalamnya 1.023 agen laku pandai yang dimiliki
BUMDes.
"Masyarakat diharapkan dapat mengakses KUR
dengan mudah melalui berbagai program tersebut. OJK dan perbankan terus
melakukan edukasi dan sosialisasi mengenai KUR kepada masyarakat, dan
bersama-sama melakukan business matching pembiayaan klaster dengan ekosistem
inti plasma atau kemitraan antara petani atau UMKM dengan perusahaan-perusahaan
offtaker," paparnya.
Bambang mengatakan, pengaruh penyaluran KUR
terhadap peningkatan ekonomi di Lampung cukup signifikan. Mengingat penerima
KUR adalah sektor ekonomi produktif dan berbasis usaha kecil mikro dan
supermikro.
"Tentu ini dengan suku bunga yang rendah
sehingga membantu usaha-usaha kecil untuk dapat memperkuat permodalan dan
pengembangan usahanya," ujarnya.
Plh Kepala Diskominfotik Provinsi Lampung,
Achmad Saefulloh mengatakan, Pemprov Lampung terus mengoptimalkan pemanfaatan
dan penyaluran KUR dengan melakukan langkah-langkah proaktif dalam
memfasilitasi KUR bagi masyarakat.
Upaya tersebut seperti perluasan ruang lingkup
penerima manfaat KUR yang tidak hanya diperuntukkan bagi pelaku UMKM. Namun,
juga diarahkan untuk pelaku ekonomi di sektor-sektor produktif seperti petani,
peternak, pekebun, dan nelayan.
"Dengan upaya tersebut harapannya tidak ada
lagi kendala permodalan dalam pengembangan usaha yang dialami oleh masyarakat.
Apalagi saat ini pemerintah juga sudah menyiapkan KUR Rp5 miliar untuk
pengembangan alat dan mesin pertanian," katanya.
Ia menjelaskan, alat dan mesin pertanian
tersebut dapat dimanfaatkan oleh petani untuk mendorong peningkatan produksi,
sehingga Lampung bisa mempertahankan sebagai provinsi lumbung pangan yang
berkelanjutan.
"Dana KUR alsintan juga disalurkan guna
menghadapi dampak dari ancaman El Nino. Besaran bunga KUR dengan skema khusus
untuk alsintan yaitu 6 persen tanpa agunan tambahan. Skema khusus tersebut
menjadi bagian dari KUR klaster yang akan dimaksimalkan oleh Pemprov,"
imbuhnya. (*)
Berita ini telah terbit di Website
Kupastuntas.co, dengan judul “Realisasi
Penyaluran KUR di Lampung Tiap Tahun Selalu Lebihi Target, Segini Kuota 2023”