Berdikari.co, Bandar Lampung - Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Lampung mencatat, daerah dengan penduduk miskin paling
banyak di Provinsi Lampung ada di Kabupaten Lampung Timur sebanyak 149.120
jiwa.
Hingga bulan Maret 2023, BPS Provinsi Lampung
mencatat jumlah penduduk miskin di Provinsi Lampung ada sebanyak 970.067 jiwa.
Jumlah penduduk miskin tersebut menurun dibandingkan data bulan Maret tahun
2022 lalu sebanyak 1.002.041 jiwa atau turun 31,74 persen.
Angka penduduk miskin bulan Maret 2023 terdiri
dari penduduk miskin perkotaan sebesar 8,02 persen, dan penduduk miskin
perdesaan 12,65 persen.
Untuk tahun 2022 lalu, BPS Lampung mencatat
Kabupaten Lampung Timur memiliki penduduk miskin paling banyak yakni 149.120
jiwa. Disusul Kabupaten Lampung Tengah ada 143.340 jiwa, dan Lampung Selatan
ada sebanyak 136.210 jiwa.
Kepala BPS Provinsi Lampung,
Atas Parlindungan Lubis mengatakan beberapa faktor yang berpengaruh terhadap
tingkat kemiskinan antara lain pertumbuhan ekonomi, pengeluaran konsumsi rumah
tangga, angka inflasi dan jumlah angka pengangguran.
“Beberapa faktor itulah yang berdampak
langsung terhadap angka kemiskinan di sebuah daerah. Jika faktor-faktor itu
membaik maka bisa berpengaruh terhadap penurunan angka kemiskinan,” kata Lubis,
baru-baru ini.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Provinsi Lampung, Mulyadi Irsan mengatakan saat ini
Pemprov Lampung tengah fokus mengentaskan kemiskinan
terutama di pedesaan.
"Mohon doanya. Pak Gubernur dan Ibu Wakil
Gubernur terus berupaya untuk menurunkan angka kemiskinan, dan ini keterkaitan
juga dengan angka stunting kita yang juga mengalami penurunan," kata
Mulyadi, Minggu (13/8) lalu.
Mulyadi menjelaskan, beberapa upaya yang
dilakukan dalam menurunkan angka kemiskinan adalah meningkatkan pengeluaran
masyarakat yang diharapkan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.
"Upaya kita adalah meningkatkan daya
pengeluaran masyarakat. Jadi kemampuan belanja masyarakat kita tingkatkan.
Karena sumber kemiskinan ada dari makanan mulai dari telur, beras, sampai
ke rokok," katanya.
Selain itu lanjut Mulyadi,
Pemprov Lampung juga memiliki program Kartu Petani Berjaya (KPB) yang
ikut serta memberi penguat kepada petani sehingga memiliki kemampuan dalam
pengeluaran sehari-hari.
"Selain KPB, ada smart village,
smart school, pendidikan, ekonomi petani, UMKM dan ekonomi kerakyatan. Jadi
saling kolaborasi, tidak bisa hanya satu sektor saja," terangnya.
Pengamat Ekonomi Universitas Lampung (Unila),
Asrian Hendi Caya menyatakan angka kemiskinan masih perlu terus diturunkan agar
kemiskinan di Lampung segera terentaskan.
Ia menjelaskan, jumlah angka pekerja saat
ini mengalami peningkatan. Namun, peningkatan tersebut banyak berasal dari
pekerja keluarga dan pekerja bebas.
"Pekerja keluarga itu tidak dibayar,
sedangkan pekerja bebas sifatnya serabutan yang pendapatannya tidak pasti. Ini
sumber kemiskinan," katanya.
Menurutnya, pemerintah daerah dan stakeholder
terkait harus lebih konsen pada peningkatan jumlah lapangan kerja dan
upaya-upaya yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara
kontinyu.
"Bidang ekonomi itu harusnya diperkuat,
penciptaan lapangan kerja mandiri atau pekerja tetap maupun harian,"
jelasnya. Ia menerangkan, untuk mendukung penurunan angka kemiskinan, angka
inflasi daerah perlu terjaga. Karena, inflasi memiliki keterkaitan dengan garis
kemiskinan.
"Kalau harga naik, garis kemiskinan naik.
Semakin tinggi garis kemiskinan membuat banyak orang yang masuk dalam
klasifikasi miskin. Apalagi kalau kenaikan pendapatannya lebih rendah dari kenaikan
harga-harga," ujarnya. (*)