Berdikari.co, Bandar Lampung - PT Pertamina Patra Niaga mengaku menyalurkan sebanyak 770 kilo liter (KL) solar ke sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPBN) yang ada di wilayah Lampung. Solar ini untuk memenuhi kebutuhan para nelayan.
"Untuk wilayah Lampung terdapat 4 SPBN. Untuk stok di SPBN saat ini masih aman dengan kuota 770 kilo liter per bulan," kata Area Manager Communication, Relation & CSR Sumbagsel PT Pertamina Patra Niaga, Tjahyo Nikho Indrawan, Senin (20/11/2023).
Tjahyo mengatakan, di Lampung terdapat empat titik SPBN yang berlokasi di sentra nelayan. Diantaranya, berada di Bandar Lampung, Tanggamus, Lampung Selatan dan Lampung Timur.
"Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel terus berkomitmen dan memastikan ketersedian BBM bagi para nelayan dalam kategori aman,” ujarnya.
"Kami terus menyalurkan BBM ke SPBN yang ada di wilayah Lampung sesuai kuota yang sudah ditetapkan," sambungnya.
Ia menerangkan, nelayan juga dapat membeli solar bersubsidi di SPBU reguler. Namun, pelayanan di SPBU reguler menggunakan kemasan khusus harus melampirkan surat rekomendasi yang sudah diverifikasi oleh dinas terkait (Dinas Kelautan dan Perikanan).
Menurutnya, Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel terus berkomitmen untuk memastikan penyaluran BBM dapat tepat sasaran sesuai dengan alokasi dan regulasi yang berlaku.
Sayangnya meskipun PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel mengklaim pasokan solar nelayan aman, namun sejumlah nelayan di Provinsi Lampung masih mengeluh solar langka. Seperti yang dialami oleh nelayan di Bandar Lampung dan Kabupaten Tanggamus.
Bahkan, nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing, Bandar Lampung, mengurangi aktivitas melautnya karena sulit mendapatkan solar.
Wawan, seorang nelayan di TPI Lempasing mengungkapkan, saat ini ia mulai mengurangi aktivitas mencari ikan di laut karena solar mulai langka.
“Saya terkadang memilih tidak melaut karena sulitnya mendapatkan solar. Karena bahan bakar utama kapal untuk melaut adalah solar. Sementara saat ini solar mulai langka,” kata Wawan, Minggu (19/11/2023).
Ia mengatakan, saat ini untuk mendapat tangkapan ikan yang maksimal itu harus berlayar hingga ke tengah laut. Namun, lanjut dia, kalau solarnya susah didapat maka nelayan tidak berani mencari ikan hingga ke tengah laut.
"Karena ikan itu adanya di tengah laut. Kalau solar langka seperti ini kami tidak berani jauh-jauh untuk melautnya. Daripada bisa berangkat tapi nggak bisa pulang karena kehabisan solar,” ujarnya.
Wawan menerangkan, sulitnya mendapatkan solar sudah terjadi sejak satu bulan terakhir. Ia mengatakan, meskipun di TPI Lempasing memiliki Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) khusus, namun tetap saja solar sulit didapatkan.
Mawi, nelayan lain di TPI Lempasing menuturkan, saat ini solar bersubsidi sulit didapatkan baik di SPBN maupun SPBU. Ditambah, nelayan semakin dipersulit dengan berbagai syarat untuk dapat membeli solar subsidi.
Ia mengungkapkan, untuk mengurus perizinan itu bisa membutuhkan dana hingga Rp2 juta. Dampaknya, beberapa nelayan memilih cara membeli solar subsidi menggunakan jasa rekan seprofesinya yang telah mengantongi izin. Jika tidak bisa, maka terpaksa harus membeli solar non subsidi.
Kondisi yang sama juga dialami nelayan di Kota Agung, Kabupaten Tanggamus. Sukri, seorang nelayan di Kota Agung mengatakan, selama ini SPBN Kota Agung menerima pasokan solar dari depot Pertamina.
"Kalau pasokan solar tetap tersedia setiap bulan. Cuma kalau bisa kami minta penambahan kuota, sebab kadang tidak cukup," kata Sukri, Minggu (19/11/2023).
Ia menuturkan, kebutuhan solar tergantung jarak tempuh saat beraktivitas mencari ikan. Jika keberadaan ikan jauh dari Kota Agung, maka dibutuhkan lebih banyak bahan bakar solar untuk melaut.
"Karena itu terkadang pasokan kuota solar dari Pertamina tidak mencukupi setiap bulan. Sehingga nelayan kadang tidak dapat pasokan solar karena stoknya sudah habis,” ujarnya. (*)
Artikel ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas Edisi Selasa, 21 November 2023 dengan judul "Nelayan di Lampung Mengeluh Solar Langka"