Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Senin, 04 Desember 2023

Jaga Eksistensi, Media Cetak Harus Responsif Kebutuhan Pasar, Manfaatkan Media Sosial untuk Menyebarluaskan Konten

Oleh ADMIN

Berita
Ilustrasi

Berdikari.co, Bandar Lampung - Untuk menjaga eksistensinya di tengah era digitalisasi saat ini, media cetak atau koran harus mengadopsi strategi yang responsif terhadap perubahan tren dan kebutuhan pasar. Media cetak masih memiliki pangsa pasarnya sendiri, meskipun telah mengalami penurunan signifikan.

Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung, Dian Wahyu mengatakan, era digitalisasi memang telah menghadirkan tantangan besar bagi media cetak, tetapi bukan berarti koran tidak dapat bertahan atau berkembang.

"Media cetak bisa mengambil langkah taktis diantaranya harus melakukan transformasi digital dalam produksi, distribusi, dan penyajian konten. Investasi dalam teknologi modern seperti sistem manajemen konten, platform online, dan analisis data dapat membantu meningkatkan efisiensi dan relevansi," kata Wahyu, Minggu (3/12/2023).

Menurut Wahyu, salah satu kelemahan atau kekurangan media cetak untuk menjaga eksistensinya di era digitalisasi adalah keterlambatan dalam penyebaran informasi. Proses produksi dan distribusi media cetak memerlukan waktu lebih lama dibandingkan dengan media digital.

Hal inilah yang membuat media cetak terkadang kurang responsif terhadap berita atau peristiwa yang berkembang cepat.  Namun, media cetak bisa membuat tulisan yang lebih mendalam dibandingkan dengan media daring.

Selain itu, media cetak cenderung kurang interaktif dibandingkan dengan media digital. Pembaca tidak dapat berpartisipasi secara langsung atau memberikan umpan balik secara instan seperti yang dapat dilakukan pada platform digital.

Lalu, ruang untuk konten terbatas dan tidak fleksibel pada media cetak. Hal ini dapat membatasi kedalaman dan keragaman informasi yang dapat disampaikan kepada pembaca.

"Harus diakui, produksi dan distribusi media cetak membutuhkan biaya yang tinggi, terutama terkait dengan pencetakan, distribusi fisik, dan pengelolaan persediaan. Biaya ini bisa menjadi beban tambahan, terutama jika pendapatan iklan atau penjualan fisik menurun," ujarnya.

Wahyu menyarankan, media cetak harus fokus pada kualitas konten. Pembaca sering mencari informasi yang mendalam, akurat, dan berkualitas. Media cetak juga harus menjaga standar jurnalisme yang tinggi untuk membangun kepercayaan pembaca.

“Media cetak juga dapat memperkaya kontennya dengan menawarkan berbagai format termasuk video, podcast, dan infografis. Diversifikasi konten dapat membantu menjangkau audien yang lebih luas,” imbuhnya. 

Wahyu melanjutkan, media cetak juga harus dapat memanfaatkan keberadaan media sosial untuk mempromosikan kontennya. Aktif di platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan LinkedIn, dapat membantu meningkatkan visibilitas dan meningkatkan keterlibatan audien.

“Meskipun kini perkembangan media digital telah mempengaruhi industri media cetak, dan menyebabkan penurunan sirkulasi dan pendapatan. Namun tidak ada yang dapat memastikan bahwa media cetak akan sepenuhnya mati atau berakhir,” paparnya.

Untuk tetap memiliki pangsa pasar pembaca yang signifikan, media cetak perlu mengambil berbagai langkah strategis yang mencakup pengembangan, inovasi, dan respons terhadap kebutuhan pembaca.

Media cetak perlu melakukan transformasi digital dengan membangun keberadaan online yang kuat. Sediakan platform digital seperti situs web dan aplikasi seluler yang responsif, user-friendly, dan menawarkan pengalaman membaca yang baik.

“Kemudian yang tak kalah penting adalah bangun keterlibatan dengan pembaca melalui platform online dan media sosial. Tanggapi komentar, pertanyaan, dan umpan balik pembaca. Inisiatif seperti kuis, jajak pendapat, dan kontes dapat membangun komunitas pembaca yang aktif,” imbuhnya.

Solusi lainnya, tawarkan langganan digital yang memberikan akses eksklusif atau keuntungan tertentu kepada pelanggan. Pertimbangkan model bisnis yang fleksibel, seperti langganan bulanan atau tahunan.

“Sampai saat ini, media cetak masih mempertahankan pangsa pasarnya sendiri, meskipun telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Media cetak tetap memiliki sejumlah pembaca setia yang menyukai pengalaman membaca fisik dan mendalam, serta memiliki keakuratan dan keandalan berita yang disajikan,” ungkapnya.

Ia menambahkan, banyak media cetak yang terus berupaya beradaptasi dengan era digital dengan menawarkan edisi online, mengembangkan platform digital, dan memanfaatkan media sosial untuk menjaga dan menjangkau pembaca baru.

‘Memang, beberapa outlet media cetak mungkin memiliki pangsa pasar yang lebih kecil, tetapi masih relevan dan berharga bagi sebagian pembaca dan pengiklan," tandasnya.

Sementara, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Lampung, Wirahadikusuma mengatakan, saat ini media cetak tengah dihantam oleh badai bernama disrupsi digital. Dampaknya, tidak sedikit media cetak tutup, dan yang masih beroperasi mulai goyah.

"Untuk itu, pengelola media cetak harus cepat melakukan proses adaptasi. Perkembangan teknologi harus cepat dipelajari. Karena bukan yang kuat yang bertahan, tapi yang cepat beradaptasi itulah yang bertahan," kata Wira.

Wira mengingatkan, dalam beradaptasi terhadap kemajuan teknologi tersebut, media cetak harus tetap memegang teguh ruh jurnalistik. Seperti konten tulisan, foto, video dan semua  produk jurnalistik, harus bisa dipertanggungjawabkan.

"Harus ada proses cepat bagi perusahaan media dan wartawannya bertransformasi mengikuti apa yang sudah terjadi dalam perubahan media massa saat ini," katanya.

Menurut Wira, media cetak tidak boleh menganggap media sosial sebagai kompetitor atau lawan. Justru, keberadaan media sosial bisa dimanfaatkan sebagai wahana distribusi pemasaran. Ia mengimbau kepada perusahaan media cetak untuk mulai membentuk divisi media sosial.

Ia menjelaskan, divisi media sosial bisa menjadi pengganti dari divisi pemasaran yang bertugas menyebarluaskan berita kepada pembaca. Karena, saat ini pembaca dalam mengkonsumsi berita sudah melakukannya secara online lewat handphone.

“Kita tidak boleh kalah dengan kemajuan zaman. Kita harus beradaptasi dengan kemajuan itu, dengan tidak merubah ruh jurnalistik. Serta harus taat terhadap kode etik, UU Pers dan peraturan Dewan Pers lainnya. Ini bukan kelemahan dari media cetak, tapi kemajuan teknologi yang harus diikuti guna melakukan perubahan dalam penyampaian informasi. Kalau informasinya hanya dari koran, maka orang tidak akan punya waktu lagi. Karena kemajuan teknologi juga mempengaruhi perilaku  pembaca," paparnya.

Wira mengungkapkan, saat ini oplah media cetak di Lampung tidak ada lagi yang mencapai angka 5.000 eksemplar, dan akan terus mengalami penurunan seiring dengan adanya perkembangan teknologi.

Ia menerangkan, bisa saja media cetak akan mengalami gulung tikar. Namun, koran hanyalah sebuah media tempat menyampaikan informasi, sementara informasinya tidak akan pernah mati. “Saya sering mengatakan koran boleh mati, tapi jurnalistik tidak boleh mati," ujarnya.

Wira menjelaskan, salah satu yang menyebabkan koran masih bertahan hingga kini karena pemda menyiapkan iklan sehingga masih bisa bertahan. “Saya yakin kalau sudah tidak ada iklannya dan krannya ditutup oleh pemda, semua akan tutup seperti di kota besar lainnya," tegas Wira.

Plh Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Provinsi Lampung, Achmad Saefulloh mengatakan, media cetak memiliki banyak tantangan di tengah maraknya media online yang terus bergerak maju.

Namun, lanjut Saefulloh, keberadaan media cetak masih dibutuhkan oleh sebagian orang yang memang tidak merasa puas jika hanya membaca berita media online.

"Ada beberapa masyarakat yang memang masih membutuhkan informasi secara fisik. Karena orang-orang itu merasa kurang puas jika hanya membaca di media online,” katanya.

Saefulloh berharap,  pemilik perusahaan media massa tetap mempertahankan media cetak, namun harus melakukan inovasi baik dari segi tampilan maupun isi atau konten berita yang disajikan.

"Tampilkan informasi yang menarik dan informasikan hasil-hasil  pembangunan. Tetap memberikan kritik, namun harus membangun. Sajikan berita yang aktual dan berimbang, baik pembangunan, ekonomi, sosial, hingga politik," sarannya.

Menurutnya, kelebihan media cetak yang disukai oleh pembaca adalah dari segi tampilan yang terstruktur sehingga dapat memudahkan para pembaca menelaah isi beritanya.

Ia menerangkan, kelemahan media cetak adalah penyebarannya yang kurang maksimal sehingga tidak menjangkau masyarakat secara luas. "Kalau di kota besar banyak ruang untuk penyebaran koran karena banyak kios kecil dan penjual koran di lampu merah. Sedangkan di kabupaten atau daerah sangat sulit mendapatkan koran yang dijual bebas,” ujarnya.

Saefulloh mengatakan, media cetak masih memiliki pangsa pasarnya sendiri, sehingga masih tetap eksis ditengah perkembangan media online yang sangat pesat.

"Pangsa pasar masih ada, karena saya sendiri walaupun baca media online tapi masih senang baca secara fisik. Tentu semua ada kelebihan dan kekurangannya, tapi saya yakin media cetak masih punya kelebihan," imbuhnya.

Pengamat Komunikasi Universitas Lampung, Andy Corry Wardhani mengatakan, untuk mempertahankan media cetak agar tetap eksis diperlukan adanya sesuatu yang berbeda dibandingkan media online.

"Kalau media cetak masih mau dipertahankan, maka harus ada sesuatu yang unik disitu, yang tidak dipunyai oleh media online. Salah satunya dalam pemberitaannya mengangkat indepth reporting atau laporan mendalam dibandingkan media online,” katanya.

Lalu, beritanya harus update atau terbaru. Sehingga bisa bersaing dengan media online karena di media cetak lebih lengkap. “Kadang-kadang banyak berita di media online tidak bisa dipercaya. Oleh karena itu orang lalu beralih mencari informasi ke media cetak,” ungkapnya.

Menurutnya, saat ini banyak diskonfirmasi dan hoax yang berseliweran di media online. Terutama, media online yang tidak ada dasar hukumnya atau asal dibuat saja. “Karena banyak hoax tersebut, maka pembaca beralih ke media cetak yang bisa lebih dipercaya. Karena media cetak inikan jelas dasar hukumnya," tandasnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas