Berdikari.co, Bandar
Lampung - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Lampung mencatat, produksi
sampah dari 15 kabupaten/kota se-Lampung pada tahun 2023 sebanyak 1.667.095 ton
sampah.
Kepala DLH Provinsi Lampung, Emilia Kusumawati mengatakan, timbulan sampah di Lampung pada tahun 2023 mengalami peningkatan sebanyak 19.036 ton jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Timbulan sampah
di Lampung pada tahun 2023 mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Timbulan sampah pada 2023 sebanyak 1.667.095 ton sedangkan tahun
sebelumnya 1.648.059 ton," kata Emilia, Jumat (2/2/2024).
Ia mengatakan,
timbulan sampah yang paling banyak berasal dari Bandar Lampung yakni Bandar
Lampung 288.990 ton. Disusul Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng) 290.730 ton.
Lalu, Lampung Selatan
230.726 ton sampah, Lampung Timur 197.689 ton, Lampung Utara 114.808 ton,
Tanggamus 93.917 ton, Tulang Bawang 69.251 ton, Way Kanan 68.442 ton, dan
Pesawaran 67.732 ton.
Selanjutnya, Pringsewu
memproduksi sampai 60.548 ton, Lampung Barat 47.654 ton, Tulangbawang Barat
41.217 ton, Metro 42.065 ton, Mesuji 29.939 ton dan Pesisir Barat 23.392 ton.
"Penambahan
timbulan sampah ini terjadi akibat jumlah penduduk yang juga semakin
banyak," imbuhnya.
Emilia mengingatkan
agar keberadaan bank sampah yang ada di setiap daerah dapat dimaksimalkan
sehingga penanganan sampah dapat dilakukan dengan optimal.
"Pada tahun 2022
kemarin sampah yang dihasilkan sebesar 33,65 persen itu dapat dibawa ke Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dan hanya 6.75 persen yang dimanfaatkan kembali dengan
cara didaur ulang," katanya.
Ia berharap bank
sampah yang telah terbentuk dapat diaktifkan semua. Karena saat ini semua
kabupaten/kota di Lampung sudah memiliki bank sampah yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat.
"Bank sampah kan
dibuat dengan tujuan untuk menciptakan pemukiman yang bersih dan nyaman. Selain
itu warga juga bisa mendapatkan tambahan pemasukan dari sampah-sampah yang
mereka kumpulkan dan kemudian dijual ke bank sampah," katanya.
Emilia menjelaskan,
pada tahun 2023 sebanyak 567 desa atau kampung di Provinsi Lampung diusulkan
untuk menjadi program kampung iklim (Proklim).
"Pada 2023
kemarin kampung yang diusulkan sebanyak 567 dan untuk penilaiannya akan
dilakukan pada Juni 2024 mendatang. Untuk di Lampung sudah ada 70 lebih desa
atau kampung yang masuk dalam Proklim," ujarnya.
Menurut Emilia, desa
atau kampung yang ingin masuk kedalam proklim harus melakukan beberapa hal dan
salah satunya adalah adanya pengelolaan sampah.
"Kemudian ada
juga peningkatan ruang terbuka hijau. Suatu daerah yang mau dapat kategori
adipura maka harus ada proklim," ucapnya.
Sebelumnya, Dinas
Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung akan mengajukan penambahan lahan
untuk tempat penampungan akhir (TPA) Bakung. Pasalnya, saat ini TPA Bakung
telah over kapasitas.
Kepala DLH Bandar
Lampung, Budiman P Mega mengatakan, pihaknya mengajukan penambahan lahan di TPA
Bakung di 2024 karena kondisi saat ini perlu ruang baru.
Ia mengatakan,
penambahan lahan dilakukan dengan membeli sebidang tanah yang letaknya tidak
jauh dari TPA Bakung. Sekitar 5 hektar lahan akan dibeli dengan nilai sekitar
Rp15 miliar untuk TPA.
“Ada 5 hektar yang
rencananya kita ajukan. Lokasinya masih sama di Bakung dan Keteguhan, sebelahan
atau perbatasan langsung,” ujarnya.
Sementara itu Direktur
Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Lampung, Irfan Tri Musri mengatakan
persoalan sampah, penyusutan ruang terbuka hijau (RTH) dan rendahnya kualitas
pengelolaan sungai menjadi persoalan serius di Provinsi Lampung,
"Buruknya
pengelolaan sampah, berkurangnya ruang terbuka hijau dan pencemaran aliran
sungai menjadi persoalan serius di Provinsi Lampung khususnya Kota Bandar
Lampung. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama dan pemerintah daerah,”
katanya. (*)