Berdikari.co, Bandar
Lampung - Tingkat inflasi di Provinsi Lampung pada bulan Januari 2024 berada di
angka 3,28 persen. Angka inflasi ini masih berada di atas inflasi Nasional
sebesar 2,51 persen.
Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Tomsi Tohir menekankan kepada seluruh kepala daerah yang angka inflasinya masih berada di atas rata-rata nasional untuk lebih mendalami permasalahan dan berupaya mengatasi lebih maksimal.
Tomsi mengungkapkan
bahwa masih cukup banyak daerah yang inflasinya berada di atas rata-rata
nasional sehingga diperlukan perhatian dari seluruh kepala daerah.
"Masih cukup
banyak yang angka inflasinya di atas rata-rata nasional 2,51 persen, kemudian
juga cukup banyak di bawah angka tersebut. Kami ucapkan terima kasih kepada
seluruh kepala daerah yang bisa di bawah angka rata-rata nasional," kata
Tomsi saat memimpin rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah secara virtual
dan diikuti oleh Inspektur Provinsi Lampung, Fredy di Ruang Command Center
Dinas Kominfotik Provinsi Lampung, Senin (5/2/2024).
"Seluruh kepala
daerah yang masih di angka rata-rata nasional tolong lebih didalami lagi apa
permasalahan yang terjadi sehingga langkah-langkah untuk mengatasinya bisa
diupayakan secara maksimal," lanjut Tomsi.
Inspektur Provinsi
Lampung, Fredy mengatakan, pengawasan harga pangan akan terus dilakukan untuk
menjaga agar inflasi tetap terkendali.
"Di Lampung ini
sudah mulai hujan, berdasarkan prediksi dari BMKG sampai April hujan, yang
tertinggi di Maret. Jadi di periode itu masuk musim tanam, sebab Mei mulai agak
kering sampai Agustus, jadi penting sekali musim tanam ke depan bisa
diantisipasi sehingga pengendalian inflasi bisa lebih baik lagi," ujar
Fredy.
Ia mengatakan,
pengendalian serta pengawasan ketersediaan dan harga komoditas yang rawan
mengalami kenaikan itu akan terus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk
menjaga stabilitas ekonomi daerah.
"Memang harus dijaga agar stabil untuk komoditas yang rawan meningkat
seperti beras, bawang merah, bawang putih karena masih impor ini yang perlu
dikendalikan terus," katanya.
Provinsi Lampung
sendiri pada Januari 2024 mengalami inflasi year on year (y-on-y) 3,28 persen.
Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) sebesar 5,39
persen.
Kepala Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Lampung, Atas Parlindungan Lubis mengatakan, inflasi
y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks (inflasi) kelompok pengeluaran.
“Kenaikan harga itu
yakni pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami inflasi
sebesar 7,49 persen; kelompok pakaian dan alas kaki 3,84 persen; kelompok
perumahan, air, listrik, bahan bakar rumah tangga 0,83 persen,” kata Atas saat
memaparkan rilis melalui kanal YouTube BPS Lampung, Kamis (1/2/2024) lalu.
Selanjutnya, kelompok
perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga 0,92 persen;
kelompok kesehatan 0,88 persen; kelompok transportasi 0,78 persen; kelompok
pendidikan 2,73 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran 0,90
persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya 2,03 persen.
“Sementara kelompok
pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi,
komunikasi dan jasa keuangan 0,07 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga dan
budaya 0,22 persen,” terangnya.
Sementara secara month
to month (m-to-m) dan year to date (y-to-d), Atas mengatakan tingkat inflasi
Provinsi Lampung bulan Januari 2024 mengalami penurunan indeks (deflasi)
masing-masing sebesar 0,19 persen.
Sementara itu, Deputi
Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung, Irfan Farulian
mengatakan, dalam upaya terus menjaga tingkat inflasi maka pasokan dan harga
beberapa komoditas perlu diperhatikan secara berkala.
"Dari data
yang disampaikan saat rapat pengendalian inflasi beberapa waktu lalu, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Seperti beberapa komoditas harus diawasi
agar tidak mengalami kenaikan harga berlebih. Tapi secara keseluruhan untuk
Provinsi Lampung inflasi dan harga masih baik dan terkendali," ujar Irfan
Farulian, Senin (5/2/2024).
Ia mengatakan, pengawasan atas beberapa komoditas yang rawan mengalami kenaikan
itu dilakukan untuk menjaga tingkat inflasi daerah agar tetap terkendali.
"Di Januari kemarin yang penting sudah mulai masuk musim hujan dan dampak
fenomena iklim El Nino sudah tidak terlalu besar, sehingga petani sudah masuk
musim tanam jadi mulai ada pasokan pangan tambahan," ucapnya.
Ia menjelaskan, beberapa komoditas yang harus dijaga serta diawasi secara
berkala meliputi cabai, beras, telur, dan bawang. "Cuaca juga menjadi
faktor pendorong lancarnya distribusi pangan, jadi selain pengawasan harga di
pasaran sudah diberitahukan pula prakiraan cuaca untuk 3 bulan ke depan oleh
BMKG. Dan Lampung perkembangan harganya masih di urutan 13 masih bisa dikendalikan
inflasinya dengan baik, mudah-mudahan tetap terkendali," ujarnya.
Berdasarkan data pusat
informasi harga pangan strategis nasional di Provinsi Lampung, beberapa
komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah bawang merah dengan harga
rata-rata Rp28 ribu per kilogram naik Rp1.250 per kilogram, bawang putih
Rp37.150 per kilogram naik Rp1.650 per kilogram.
Lalu beras kualitas
bawah II Rp14.100 per kilogram naik Rp500 per kilogram, beras kualitas super I
Rp15.200 per kilogram naik Rp400 per kilogram, cabai merah besar Rp84.750 per
kilogram naik Rp14.500 per kilogram, cabai merah keriting Rp61.150 per kilogram
naik Rp8.500 per kilogram, cabai rawit hijau Rp41.250 naik Rp4.350 per
kilogram, dan cabai rawit merah Rp44.750 per kilogram naik Rp3.500 per
kilogram.
Lalu, gula kualitas premium Rp17.250 per kilogram naik Rp750 per kilogram,
minyak goreng curah Rp15.900 per liter naik Rp200 per liter, minyak goreng
kemasan bermerek Rp20.350 per liter naik Rp1.000 per liter, dan telur ayam
Rp26.500 per kilogram naik Rp100 per kilogram. (*)