Berdikari.co, Bandar Lampung - Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa transisi dari musim hujan ke musim
kemarau akan mulai terjadi pada bulan Mei 2024 mendatang.
Sekretaris Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Provinsi Lampung, A Lianurzen mengatakan, jika pihaknya pun telah melakukan
pembahasan bersama dengan BMKG.
"Kita sudah melakukan pembahasan bersama dengan BMKG,
dan untuk tahun 2024 data dari BMKG sendiri Lampung diperkirakan akan kembali
kering atau kemarau pada Mei," katanya saat dimintai keterangan di Hotel
Horison, Senin (19/2/2024).
Ia mengatakan jika musim kemarau pada tahun 2024 ini
diprediksi tidak sama dengan tahun 2023 kemarin. Dimana pada tahun 2023
kemarin, seluruh wilayah di Indonesia termasuk Lampung menghadapi el nino.
"Pada musim kemarau tahun ini kita ada anomali tidak
akan terjadi el nino. Mungkin terparahnya kemarau terjadi pada September.
Artinya tetap ada kering, tapi curah hujannya yang berbeda," katanya.
Menurutnya, meskipun tidak terjadi kekeringan yang begitu parah
namun pihaknya tetap melakukan langkah antisipasi terutama untuk menjaga sektor
pertanian tidak mengalami kekeringan.
"Untuk pertanian tetap kita jaga agar tidak kering, kita
memiliki Bendungan Way Sekampung yang melintasi tujuh daerah mulai dari Tanggamus
sampai Lampung Timur. Kemudian ada juga Bendungan Way Rarem di Kabupaten
Lampung Utara," paparnya.
Ia menjelaskan jika Bendungan Way Sekampung mampu mengairi
lahan persawahan seluas 55 ribu hektar yang didominasi di Kabupaten Lampung
Tengah dan Lampung Timur.
"Selain itu kita juga bisa dibantu oleh Bendungan
Margatiga jika sudah selesai. Kalau bendungan nya sudah selesai semua, maka
dari 55 ribu hektar lahan sawah ini kita punya target tambahan lahan sawah 72
sampai 73 hektar," jelasnya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Mitra Bentala, Rizani
meminta kepada Pemprov Lampung untuk dapat melakukan antisipasi terhadap
kerentanan perubahan iklim terutama pada sektor pertanian.
Menurut Rizani hal tersebut penting dilakukan mengingat
Provinsi Lampung merupakan salah satu lumbung pangan nasional.
"Ada empat sektor yang paling terdampak pada perubahan
iklim seperti kemarau. Diantaranya ialah sektor pertanian, pesisir dan laut,
air, serta sektor kesehatan," jelasnya.
Pada kesempatan tersebut ia menjelaskan jika pada tahun 2023
kemarin, seluruh daerah di Indonesia termasuk Lampung mengalami kemarau panjang
yang tentunya berpengaruh pada sistem pertanian.
"Seperti misalnya di sawah, kalau tidak ada air maka
masyarakat tidak bisa melakukan kegiatan budidaya pertaniannya. Kemudian juga
berdampak terhadap waktu tanam yang mundur," jelasnya.
Ia memaparkan jika pada tahun 2024 ini akan tetap terjadi
kemarau. Sehingga pemerintah harus melakukan langkah antisipasi dan
mengeluarkan program dalam mengantisipasi kekeringan.
"Misalnya daerah yang tidak ada air bisa dibantu dengan
sumur bor. Kalau berdasarkan Bappenas, Lampung ini termasuk daerah super
prioritas terjadi kemarau itu seperti Pesawaran dan Lampung Timur,"
jelasnya. (*)