Berdikari.co, Metro - Kelangkaan beras yang terjadi belakangan ini, dimanfaatkan oleh para tengkulak (pedagang perantara) untuk langsung mencari dan membeli gabah basah ke sawah-sawah milik petani yang sedang panen di daerah-daerah di Provinsi Lampung.
Tengkulak tersebut mendatangi satu per satu sawah yang sedang panen dengan langsung membawa kendaraan truk bersama peralatan timbangan. Pola ini manjur menggoda para petani hingga mau menjual gabah yang baru dipanen kepada tengkulak. Karena petani tidak perlu lagi mengeluarkan biaya transportasi untuk mengangkut gabahnya disimpan ke rumah atau ke gudang.
Hal inilah yang terjadi di Kelurahan Metro, Kecamatan Metro Pusat dan Kelurahan Iringmulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. Petani yang sedang memanen padi didatangi tengkulak yang hendak membeli gabahnya. Petani pun bisa langsung mendapatkan uang dari hasil penjualan gabahnya.
“Setiap panen, kami tidak pernah lagi bawa gabah ke rumah, langsung terima duit dari penjualan gabah ke pedagang yang datang langsung ke sawah,” kata Yani (50), petani Kelurahan Metro, beberapa waktu lalu.
Yani mengatakan, pola seperti ini lebih menguntungkan petani, karena tidak keluar ongkos angkut lagi dari sawah ke rumah, dan tidak menjemur atau mengeringkan gabah setiap hari.
Namun, disisi lain petani dirugikan karena para tengkulak membeli gabah jauh di bawah harga pasaran dengan alasan masih basah atau baru saja dipanen.
“Iya sih memang harganya lebih murah jika jual gabah basah dibandingkan kalau jual gabah kering. Di pasaran harga gabah basah bisa Rp5.000 sampai dengan Rp6.000 per kilogram. Kalau jual langsung di sawah paling banter laku Rp3.000 sampai Rp3.500 per kilogram,” kata Yani.
Namun, lanjut Yani, jika jual gabah basah di sawah petani bisa terima bersih karena tidak ada biaya-biaya lainnya.
“Makanya banyak petani yang memilih jual bahan basah di sawah ke pedagang. Karena tidak capek dan keluar biaya lagi,” ungkapnya.
Penelusuran di sentra gabah di Lampung, setelah memborong gabah langsung dari petani, para tengkulak menjual lagi gabah tersebut kepada pengepul (penadah). Gabah itu lalu diolah lagi seperti dijemur atau dikeringkan, setelah itu dijual ke luar daerah Lampung (terutama daerah Banten dan Jabodetabek) dengan harga tinggi.
Dampak dari sistem perdagangan seperti ini, perusahaan penggilingan gabah mulai kesulitan mencari gabah petani, karena sudah banyak diborong tengkulak. Padahal, pihak penggilingan memberikan harga kepada petani dengan harga normal terkadang di atas Harga Penjualan Pemerintah (HPP).
“Kalau harga beras mahal di pasaran, karena di tingkat penggilingan pasti stok gabahnya menipis. Mereka sulit cari gabah petani,” kata Wahyu, pedagang beras partai besar di Kemiling, Bandar Lampung, belum lama ini.
Wahyu mengaku, mendapatkan informasi itu dari agen berasnya di Kabupaten Pringsewu. Ia mengatakan, harga beras sekarang selalu fluktuatif, di saat musim panen harga beras murah, tapi saat musim tanam harga beras naik.
“Karena stok gabah sudah habis atau menghilang, pihak penggilingan kesulitan mencari gabah lagi, terpaksa cari gabah luar tapi harga sudah naik,” ungkap Wahyu.
Pantauan di lapangan, harga gabah tertinggi di tingkat petani mencapai Rp6.750,00 per kilogram untuk gabah kualitas GKG (Gabah Kering Giling). Sedangkan harga gabah terendah mencapai Rp6.000,00 per kg pada gabah kualitas GKG.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung menyebut, harga gabah kering giling tingkat petani di Januari 2024 mengalami kenaikan sebesar 6,64 persen.
"Harga rata-rata gabah kering giling di tingkat petani mengalami kenaikan di Januari 2024 sebesar 6,64 persen, yaitu dari Rp7.437 per kilogram menjadi Rp7.931 per kilogram," ujar Kepala BPS Lampung Atas Parlindungan Lubis, dalam keterangannya secara daring di Bandar Lampung, baru-baru ini.
Sementara itu, untuk harga rata-rata gabah kering giling di tingkat penggilingan ada kenaikan sebesar 6,59 persen, yakni dari harga Rp7.564 per kilogram menjadi Rp8.062 per kilogram.
"Untuk harga gabah kering giling di tingkat petani yang memiliki harga tertinggi adalah Varietas Inpari 32 HDB yang ada di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Pringsewu dengan harga mencapai Rp8.700 per kilogram. Sedangkan harga tertinggi gabah kering giling di tingkat penggilingan dengan varietas dan di tempat yang sama harganya mencapai Rp8.800 per kilogram," katanya.
Ia melanjutkan, untuk harga gabah kering giling di tingkat petani yang terendah sebesar Rp7.500 per kilogram ada di Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur dengan Varietas Ciherang.
"Sedangkan di tingkat penggilingan harga terendah sebesar Rp6.200 per kilogram ada di kecamatan yang serupa yakni di Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur dan dengan varietas padi yang sama pula," ucapnya. (*)