Berdikari.co, Bandar
Lampung - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi
Lampung, Elvira Umihani menyebut angka kemiskinan ekstrem Provinsi Lampung
berada di atas nasional.
Kementerian
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mencatat
kemiskinan ekstrem di Indonesia per Maret 2023 berada di angka 1,12 persen.
Sementara Elvira mengatakan angka kemiskinan ekstrem Provinsi Lampung pada
Maret 2023 berada di angka 11,11 persen.
"Angka kemiskinan
di Lampung memang masih di atas nasional, tapi kecepatan penurunan angka
kemiskinan di Lampung lebih tinggi daripada laju penurunan kemiskinan
nasional," kata Elvira, Rabu (20/3/2024).
Ia menargetkan, dalam
waktu dua hingga tiga tahun kedepan angka kemiskinan ekstrem di Lampung bisa
terus turun hingga bisa berada di bawah angka nasional.
"Dua atau tiga
tahun lagi angka kemiskinan kita targetnya bisa sama atau bisa lebih rendah
dari nasional. Lampung ini semakin baik, mulai dari programnya hingga capaian
indikator makronya," jelasnya.
Menurut Elvira,
kemiskinan merupakan masalah yang kompleks sehingga dalam penanganannya juga
harus melibatkan banyak sektor.
"Termasuk
membangun jalan yang menghubungkan antar pusat produksi dengan pasar itu juga
jadi program penanggulangan kemiskinan. Ini salah satu program yang sifatnya
makro," katanya.
Ia mengungkapkan,
program elektronik Kartu Petani Berjaya (e-KPB) juga merupakan bagian dari
upaya penanggulangan kemiskinan pada sektor pertanian dalam artian luas.
"Kita memberikan
bantuan bibit, memudahkan petani mendapatkan pupuk dan obat-obatan. Sehingga
ini akan membuat usaha taninya lebih maju dan berkembang serta bisa
meningkatkan pendapatan petani," paparnya.
Elvira mengungkapkan,
kemiskinan ekstrem di Lampung masih didominasi oleh masyarakat yang berada di
pedesaan dibandingkan masyarakat yang ada di perkotaan.
"Kemiskinan di
pedesaan masih tinggi daripada kemiskinan di perkotaan. Sehingga kita ada
program pemberdayaan BUMDes. Itu sebagai lembaga ekonomi di tingkat desa yang
juga bisa mempercepat upaya penanggulangan kemiskinan," imbuhnya.
Elvira memaparkan
bahwa kemiskinan memiliki jenisnya sendiri sehingga harus ada tahap
identifikasi untuk kemudian mencarikan program kerja sebagai solusi.
"Misal miskin
karena tingkat pendidikan rendah berarti bagaimana membuka akses pendidikan
lebih luas. Dia miskin karena sakit berarti akses kesehatannya juga harus
sampai. Apalagi UHC di Lampung sudah 98,9 persen," ujarnya.
Data Badan Pusat
Statistik (BPS) Provinsi Lampung juga menyebut persentase penduduk miskin pada
Maret 2023 sebesar 11,11 persen, menurun 0,33 persen poin terhadap September
2022 dan menurun 0,46 persen poin terhadap Maret 2022.
BPS mencatat, jumlah
penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita di bawah garis
kemiskinan) pada Maret 2023 sebesar 970,67 ribu orang, kondisi ini lebih baik
dibandingkan kondisi pada bulan September 2022 yang mencapai 995,59 ribu atau
turun 24,92 ribu orang.
Dimintai tanggapannya,
Sekretaris Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Mikdar Ilyas berharap Pemprov
Lampung dapat fokus melakukan penurunan angka kemiskinan ekstrem di daerah
setempat.
"Tentunya
kemiskinan ekstrem ini harus jadi perhatian pemerintah daerah. Harus segera
dituntaskan," kata Mikdar, Selasa (5/3/2024).
Ia mengatakan,
salah satu langkah yang bisa dilakukan Pemprov untuk menurunkan
kemiskinan ekstrem adalah dengan memberikan program bantuan kepada masyarakat
yang masuk kedalam kategori miskin ekstrem.
"Misalnya kalau
ada bantuan yang dialokasikan oleh Pemprov Lampung maka sasarannya bisa
masyarakat miskin ekstrem. Atau kegiatan lain seperti pelatihan kerja, jadi
bisa meningkatkan skil mereka dan kedepannya bisa membuka usaha sendiri,"
ujarnya.
Sebelumnya
diberitakan, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan (Kemenko PMK) mencatat, terdapat 13 provinsi di Indonesia yang
memiliki tingkat kemiskinan ekstrem tinggi, salah satunya Provinsi
Lampung.
Deputi Bidang
Koordinasi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Kemenko PMK, Nunung Nuryartono
menyebut angka kemiskinan ekstrem di Indonesia mencapai 1,12 persen per Maret
2023. Angka itu turun sebesar 0,92 persen poin apabila dibandingkan data Maret
2022.
Sementara tingkat
kemiskinan ekstrem di 13 provinsi itu berada di atas level 1,12 persen. Nunung
mengatakan, berdasarkan data tersebut, Papua menjadi provinsi dengan tingkat
kemiskinan ekstrem paling tinggi di Indonesia.
"Tingkat kemiskinan ekstrem tertinggi di Provinsi Papua 7,67 persen dan
terendah di Kalimantan Timur 0,10 persen," kata Nunung di Kantor Kemenko
PMK, Jakarta Pusat, , Senin (4/3/2024).
Nunung mengungkapkan, adapun 13 provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat
kemiskinan ekstrem berada di atas 1,12 persen, yakni Papua, Papua Barat, Nusa
Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat ( NTB), Maluku, Gorontalo, Bengkulu,
Aceh, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Lampung, Sumatera Selatan, dan
Yogyakarta.
Nunung menuturkan, pihaknya sudah diberikan tugas untuk menurunkan angka
kemiskinan ekstrem hingga 0 persen pada tahun ini. Menurutnya, berbagai cara
sudah dilakukan untuk mengatasi masalah itu.
Sementara terkait
target penurunan angka kemiskinan di Indonesia, Menteri Koordinator Bidang
Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy baru-baru ini
mengungkapkan kemungkinan besar target yang ditetapkan sebesar 7,5 persen tak
akan tercapai di akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pemerintah sendiri menargetkan angka kemiskinan dapat ditekan turun ke angka
6,5 persen-7,5 persen pada 2024.
Muhadjir mengatakan,
angka kemiskinan di Indonesia saat ini masih berada di angka 9,36 persen. Maka,
masih butuh 1,85 persen untuk bisa mencapai target yang ditetapkan pemerintah
dalam RPJMN sebesar 7,5 persen.
Ia pesimistis penurunan angka kemiskinan dapat menyentuh 7,5 persen di akhir
periode Jokowi lantaran selama ini hanya alami penurunan sekitar 0,3 persen.
(*)