Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 03 April 2024

Nelayan Kuala Penet Lamtim Sulit Dapatkan Solar Subsidi, Asep: Sejak 2004 Minta SPBN Belum Ada Realisasi

Oleh Redaksi

Berita
Seorang tukang ojek becak motor sedang mengantarkan pesanan solar yang baru saja dibeli dari SPBU ke sejumlah nelayan di Kuala Penet, Selasa (2/4/2024). Foto: Agus/berdikari.co

Berdikari.co, Lampung Timur - Ratusan nelayan di pesisir Kuala Penet, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur (Lamtim), hingga kini sulit untuk mendapatkan solar subsidi. Akibatnya, mereka harus membeli solar kepada pengecer dengan harga non subsidi agar bisa tetap melaut.

Seorang nelayan Kuala Penet, Asep mengatakan di wilayah Kuala Penet saat ini ada sebanyak 420 kapal milik nelayan untuk melaut.

“Dan bisa dipastikan 100 persen para nelayan membeli solar dengan harga non subsidi. Nelayan di sini sangat sulit untuk mendapatkan solar subsidi,” kata Asep, Selasa (2/4/2024).

Ia mengungkapkan, solar merupakan bahan bakar utama kapal milik nelayan untuk melaut. Jika tidak ada solar maka nelayan tidak bisa melaut dan dampaknya tidak punya penghasilan.

“Untuk kapal ukuran 20 GT, solar yang dibutuhkan untuk sekali melaut rata-rata 1.000 liter. Jika mereka membeli dengan harga non subsidi Rp10.000 per liter maka nelayan harus mengeluarkan uang sebesar Rp10 juta,” ungkapnya.

Padahal, lanjut dia, jika nelayan bisa membeli solar subsidi dengan harga Rp6.800 per liter, maka untuk 1.000 liter solar yang dibutuhkan hanya mengeluarkan uang Rp6.800.000.

"Sejak tahun 2004 kami berharap pemerintah bisa mendirikan SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan) di Kuala Penet, tapi sampai sekarang tidak pernah direalisasikan," tegas Asep.

“Sementara kalau mau beli di SPBU banyak persyaratannya dan harus antri lama. Sehingga nelayan tidak pernah bisa mendapatkan solar subsidi untuk melaut,” lanjutnya.

Asep berharap pemerintah bisa segera membangun SPBN di wilayah Kuala Penet untuk menyuplai solar subsidi kepada para nelayan.

Seorang pedagang solar eceran di Kuala Penet, Solikin mengaku menjual solar kepada nelayan dengan harga Rp10 ribu per liter. Sementara ia mendapatkan solar dari SPBU dengan harga Rp6.800 per liter.

"Kalau bawa jerigen beli solar di SPBU tidak boleh. Jadi saya bawa mobil untuk beli solar di SPBU, setelah sampai rumah kami kuras. Kami beli solar di SPBU wilayah Bandar Sribhawono, Mataram Baru dan Labuhan Maringgai secara bergantian,” katanya.

Solikin mengatakan, solar yang dibeli nelayan dalam satu hari cukup banyak. “Ada nelayan yang beli solar sebanyak 500 liter hingga 1.000 liter. Kadang kami sampai tidak mampu melayani permintaan solar dari nelayan karena keterbatasan barang,” ujarnya.

Selain itu, ada pula pengecer yang memesan solar dari tukang becak atau tukang ojek yang sudah menjadi langganan untuk memasok ke mereka. “Sekali datang satu sepeda motor bisa bawa 5 jerigen ukuran 35 liter solar,” imbuh Solikin. (*)

Editor Yugo Dwi Prasetyo