Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Minggu, 21 April 2024

Sepekan Setelah Lebaran, Harga Bawang Merah di Lampung Tembus Rp57.170 per Kg

Oleh Erik Handoko

Berita
Foto: Ist.

Berdikari.co, Bandar Lampung - Harga jual bawang merah di Provinsi Lampung terus merangkak naik dalam sepekan pasca lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah.

Berdasarkan pantauan data panel harga pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga jual bawang merah di pedagang eceran Provinsi Lampung tembus di angka Rp57.170 per kilogram (kg) pada Minggu (21/4/2024).

Harga tersebut terus meningkat sejak 15 April 2024 yang sebesar Rp44.680 per kg, menjadi Rp44.720 per kg pada 16 April 2024. 

Tak sampai di situ, harga mulai jauh meroket menjadi Rp48.290 per kg di tanggal 17 April 2024, berlanjut tanggal 18 April 2024 naik di harga Rp52.420 per kg, tanggal 19 April 2024 di harga Rp56.400 per kg, tanggal 20 April 2024 di harga 56.610 per kg. 

Kenaikan harga jual bawang merah juga dialami secara nasional. Harga rata-rata bawang merah sebesar Rp51.680 per kg atau naik Rp180 dibandingkan hari sebelumnya yakni Sabtu (20/4/2024) yang sebesar Rp51.500 per kg.

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, harga bawang merah menjadi mahal karena memang belum semua pedagang membuka lapaknya di pasar. Sebagian pedagang menurutnya belum kembali mudik dari daerah asalnya.

Hal ini yang membuat stok bawang merah di pasar menjadi sedikit. Sedangkan permintaan setelah Lebaran kembali meningkat.

"Khusus lebaran, memang sebagian pedagang libur untuk kembali ke daerah asal bersilaturahmi," kata Arief, Minggu (21/4/2024).

Ketika ditanya apakah ada masalah pada panen bawang merah di tingkat petani pada daerah-daerah penghasil, Arief tak menjawab. Namun menurutnya di tengah pedagang pasar yang masih belum kembali sebelumnya, para petani sedikit menahan panennya.

Pasalnya di tingkat petani bila stok dibiarkan melimpah, sementara pedagang pasar yang menjadi pembeli belum banyak dapat membuat harga bawang turun di tingkat hulu.

"Bila panen tetap dikerjakan harusnya harga malah jatuh. Karena tidak ada pembeli. Khusus produk hortikultura akan sangat volatile karena serapannya harian," ujarnya. (*)

Editor Yugo Dwi Prasetyo