Berdikari.co, Bandar Lampung - Komisi V DPRD Provinsi Lampung akan menggelar rapat dengar pendapat (RSD) dengan manajemen Rumah Sakit (RS) Urip Sumoharjo, pada Senin (13/5/2024).
Pertemuan tersebut untuk membahas adanya dugaan perbedaan pelayanan yang diberikan kepada pasien umum dan pasien BPJS Kesehatan.
Ketua Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Yanuar Irawan mengatakan, pihaknya melakukan RDP guna melakukan evaluasi agar Rumah Sakit Urip Sumoharjo dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
"Akan membahas sekaligus evaluasi tentang pelayanan di RS Urip Sumoharjo agar lebih baik lagi dan masyarakat merasa nyaman dengan pelayanan dan serta yang diberikan oleh pihak rumah sakit,” kata Yanuar, pada Kamis (9/5/2024) lalu.
Sekretaris Komisi V DPRD Provinsi Lampung, Mikdar Ilyas menambahkan, RDP dijadwalkan akan berlangsung pada pukul 10.00 WIB.
"Kita akan RDP dengan Rumah Sakit Urip Sumoharjo jadwalnya di undangan hari Senin jam 10 pagi," kata Mikdar.
Ia mengatakan, dalam RDP tersebut pihaknya akan mempelajari semua yang berkaitan dengan pelayanan di Rumah Sakit Urip Sumoharjo.
"Kita akan pelajari semua yang terkait dengan pelayanan yang memang informasinya kita dapat dari masyarakat, dan ini tujuannya untuk kebaikan," katanya.
Ia mengungkapkan, salah satu isu yang akan dibahas adalah rumah sakit tidak boleh membedakan pelayanan kepada pasien baik itu pasien umum maupun BPJS Kesehatan.
"Kalau pelayanan bagus maka banyak masyarakat yang akan datang ke RS Urip. Yang penting jangan merugikan masyarakat, apalagi yang BPJS karena mereka kan sudah bayar," tegasnya.
Ia berharap manajemen Rumah Sakit Urip Sumoharjo dapat datang memenuhi panggilan DPRD Lampung.
"Kalau misal tidak hadir akan kita panggil ulang. Kalau masih tidak hadir lagi kita punya cara-cara untuk menghadirkan. Kalau tetap tidak diindahkan maka kita minta pihak terkait untuk mengevaluasi perizinannya, tapi saya rasa mereka pasti akan hadir," ungkapnya.
Bukan kali ini saya Rumah Sakit Urip Sumoharjo mendapatkan sorotan. Sebelumnya, rumah sakit ini juga pernah diterpa masalah dugaan pembuangan limbah medis ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Bakung, Bandar Lampung, pada tahun 2021 lalu.
Masalah itu terungkap berdasarkan pantauan wartawan Kupas Tuntas di TPA Bakung, pada Rabu (10/2/2021) lalu, dimana ditemukan banyak limbah medis bercampur dengan limbah plastik dan sampah rumah tangga.
Limbah medis yang ditemukan, diantaranya bekas botol infus, selang infus, masker, bekas jarum suntik, baju alat pelindung diri (APD) dan sarung tangan medis.
Pemulung setempat menuturkan, sudah sering menemukan kantong plastik berwarna kuning bertuliskan “Infeksius” yang di dalamnya berisi limbah medis. Bahkan, dalam kantong plastik medis itu juga kerap ditemukan surat atau nota bertuliskan nama rumah sakit yang ada di Kota Bandar Lampung.
Di lokasi ditemukan bekas botol infus, masker, bekas jarum suntik dan baju APD atau hazmat serta limbah medis lainnya bercampur dengan sampah plastik dan sampah rumah tangga lainnya.
Temuan di lokasi, dalam kantong plastik medis berwarna kuning bertuliskan “Infeksius” berisi limbah medis bercampur dengan surat atau nota yang kopnya bertuliskan “Rumah Sakit Urip Sumoharjo”.
"Baju alat pelindung diri (APD) atau hazmat juga pernah kita temukan, tapi gak sering. Sama bekas jarum suntik, bekas botol infus dan masker itu yang paling banyak ditemukan,” kata Adifan (35), seorang pemulung yang ditemui di TPA Bakung.
Ia membeberkan, limbah medis yang ditemukan di TPA Bakung salah satunya berasal dari RS Urip Sumoharjo. Adifan mengaku, keterangan itu didapatnya dari sopir truk pengangkut sampah milik Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung yang biasa membuang sampah di TPA Bakung.
"Limbah medis seminggu sekali datangnya. Kita hanya ambil bekas botol infusnya saja. Saya tahu limbah medis itu dari RS Urip sesuai keterangan sopir truk yang biasa membuang sampah di sini dan kertas surat bertuliskan rumah sakit tersebut,” ujar Adifan, Rabu (10/2/2021).
Temuan limbah medis itu langsung ditindaklanjuti oleh Polda Lampung melalui Direktorat Reserse Kriminal Khusus dengan turun langsung ke TPA Bakung. Mereka mencari dan mengumpulkan limbah medis yang diduga dibuang oleh RS Urip Sumoharjo.
Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda Lampung saat itu, Kombes Mestron Siboro memimpin langsung anak buahnya turun ke TPA Bakung pada Senin (15/2/201) pagi.
Beberapa personel dengan memakai baju hazmat mencari dan mengumpulkan limbah medis yang sudah bercampur dengan tumpukan sampah rumah tangga.
Sejumlah limbah medis yang ditemukan lalu diambil dan dikumpulkan dalam sebuah keranjang untuk diteliti lebih lanjut. "Ada sejumlah benda yang kita ambil, untuk kita teliti lebih lanjut," kata Kombes Siboro saat dihubungi Kupas Tuntas pada Senin (15/2/2021) sore.
Ia membeberkan, beberapa sampel limbah medis yang diambil seperti plastik pembungkus infeksius, selang transfusi, jarum suntik, botol obat-obatan, plastik transparan tempat obat, kantong berlogo rumah sakit, kotak bertuliskan Covifor (obat Covid), bekas masker, baju APD, sarung tangan medis dan surat atau nota bertuliskan salah satu nama rumah sakit.
"Secepatnya kita panggil semua pihak terkait, seperti rumah sakit, instansi dari Pemkot hingga pengelola TPA Bakung," tegasnya.
Kombes Siboro menjelaskan, ia juga telah mengeluarkan surat perintah tugas dan surat perintah penyelidikan untuk mengusut dugaan pembuangan limbah medis oleh RS Urip Sumoharjo tersebut.
"Yang jelas secepatnya kita panggil (periksa) pihak-pihak terkait, untuk mengetahui apakah ada indikasi pelanggaran oleh pihak rumah sakit, dinas terkait atau pihak ketiga," paparnya.
Selain itu, Rumah Sakit Urip Sumoharjo juga pernah disorot terkait kejadian adanya sejumlah kendaraan roda empat dan roda dua yang terparkir di parkiran rumah sakirt setempat terendam banjir dengan ketinggian hampir mencapai satu meter.
Banjir di parkiran RS Urip Sumoharjo tersebut akibat hujan deras yang terjadi sejak Sabtu (24/2/2024) sore. "Iya banjir di parkiran saja dan ada beberapa mobil terendam. Ini lagi kita bantu evakuasi," kata Wakil Direktur (Wadir) RS Urip Sumoharjo Saiful Haris saat itu.
Menurutnya ketinggian air hampir mencapai satu meteran. "Sekitar 70 an cm lah. Tapi yang lebih parah yaitu tetangga sebelah (rumah sakit) yang airnya lebih tinggi," ungkapnya.
Saiful Haris menegaskan, banjir dengan ketinggian hampir mencapai satu meter tersebut baru pertama kali terjadi. "Pertama kali kalau setinggi ini. Dan kita juga sudah antisipasi dengan peninggian lahan parkir," ungkapnya.
Meski telah ditinggikan, setiap hujan datang dengan intensitas air tinggi maka parkiran rumah sakit tergenang air. "Karena kita di RS Urip selalu kena kiriman air,” tandasnya. (*)