Berdikari.co,
Tanggamus – Suasana
duka menyelimuti rumah sederhana di Pekon Wonosobo, Kecamatan Wonosobo,
Kabupaten Tanggamus, pada Rabu malam (9/10/24). Saidi (70), kakek dari
Elipiyasari, tampak duduk di sudut ruang tamu dengan wajah tertunduk. Tangannya
bergetar menahan kesedihan yang mendalam, sementara air mata tak henti-hentinya
mengalir.
Nama
cucunya, Elipiyasari, sering terucap lirih dari bibirnya, disertai dengan
lantunan istighfar. Kepergian mendadak ibu muda berusia 26 tahun ini
meninggalkan luka yang sulit terobati. Di tengah kesedihan, harapan akan
keadilan untuk Elipiyasari terus berkobar.
Elipiyasari
ditemukan tak bernyawa di rumahnya di Pemangku Sidomulyo, Pekon Sukanegara,
Kecamatan Ngambur, Kabupaten Pesisir Barat, pada Selasa, 8 Oktober 2024.
Penemuan tersebut pertama kali dilakukan oleh suaminya, Andi Saputra, yang baru
pulang bekerja sebagai sopir.
Setibanya di
rumah, Andi disambut tangisan anak kecil yang mengatakan bahwa ibunya tidak
bangun. Dengan panik, Andi memeriksa dan mendapati Elipiyasari telah tergeletak
tak bernyawa.
Peristiwa
ini mengejutkan masyarakat setempat dan memunculkan berbagai spekulasi. Tim
kepolisian segera datang ke lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara
(TKP). Mereka menemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban serta bercak
darah di sekitar lokasi.
Kapolres
Pesisir Barat, AKBP Alsyahendra, mengonfirmasi bahwa hasil pemeriksaan awal
menunjukkan indikasi kuat bahwa Elipiyasari adalah korban pembunuhan. “Kami
menemukan bukti kekerasan fisik pada tubuh korban,” tegasnya.
Di tengah
suasana duka yang pekat, Saidi berharap pelaku dapat segera ditangkap dan
diadili. “Kami ingin keadilan. Jika benar cucu saya dibunuh, kami berharap
polisi bisa menemukan pelakunya secepat mungkin. Jangan biarkan dia bebas
berkeliaran. Kami sangat sedih dan hanya ingin kebenaran terungkap,” ungkapnya
sambil menahan air mata.
Pemakaman
Elipiyasari dilaksanakan pada Rabu malam, 9 Oktober 2024, di TPU Pekon
Wonosobo, meskipun dilakukan menjelang tengah malam. Keluarga, kerabat, dan
masyarakat setempat hadir untuk memberikan penghormatan terakhir.
Suasana haru
menyelimuti prosesi pemakaman, di mana tangisan duka pecah saat jasad
Elipiyasari diturunkan ke liang lahat. Kepergian ini terasa begitu mendalam
bagi keluarganya, terutama bagi sang kakek.
Aipda Riyan
Rozi dari Polsek Wonosobo juga hadir di pemakaman untuk memberikan dukungan
moral kepada keluarga yang berduka. “Kami di sini untuk memberikan rasa aman
dan turut berbelasungkawa atas tragedi ini. Kasus ini akan kami tangani dengan
serius agar kebenaran segera terungkap,” ujarnya.
Kini,
masyarakat di Pemangku Sidomulyo, Pekon Sukanegara, dan Pekon Wonosobo hanya
bisa menunggu dengan penuh harap agar pihak kepolisian segera mengungkap pelaku
di balik tragedi ini. Saksi-saksi dari lingkungan sekitar telah diperiksa untuk
memberikan petunjuk lebih lanjut. Bagi keluarga, terutama Saidi, hanya satu
yang mereka harapkan: kebenaran yang terungkap dan keadilan untuk cucu tercinta.
Kematian
Elipiyasari tidak hanya menyisakan duka bagi keluarga, tetapi juga bagi
masyarakat yang mengenalnya sebagai sosok yang baik dan ramah. Di tengah
kesedihan yang mendalam, harapan akan keadilan tetap menyala, sehingga keluarga
yang ditinggalkan dapat menemukan sedikit pelipur lara di tengah kehilangan
yang begitu menyakitkan. (*)