Berdikari.co, Bandar Lampung – Konflik antara manusia dan satwa liar, khususnya harimau, kembali memunculkan keprihatinan di Provinsi Lampung. Terbaru, seorang warga, Karim Yulianto (48), ditemukan tewas mengenaskan pada Sabtu malam (21/9/2024) akibat serangan harimau di Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Insiden ini memperburuk kekhawatiran mengenai meningkatnya frekuensi konflik antara manusia dan satwa di wilayah tersebut.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa konflik ini bukan hanya disebabkan oleh perilaku harimau, melainkan lebih pada rusaknya habitat alami mereka akibat aktivitas manusia. Hal ini mempersempit ruang hidup satwa, memaksa mereka keluar dari kawasan lindung untuk mencari makanan, yang pada gilirannya meningkatkan risiko kontak dengan manusia.
Untuk itu, calon gubernur dan calon wakil gubernur Lampung, Arinal Djunaidi-Sutono (Ardjuno), menyampaikan solusi jangka panjang guna meredam konflik ini. Solusi tersebut mereka sampaikan pada debat cagub-cawagub di Hotel Novotel, Kota Bandar Lampung, pada Selasa malam (19/11/2024).
Arinal Djunaidi menegaskan bahwa pentingnya menjaga keseimbangan antara keberadaan manusia dan satwa harus menjadi prioritas. Menurutnya, taman nasional dan kawasan konservasi memiliki peranan vital dalam menjaga keberlangsungan hidup harimau dan satwa lainnya. Namun, keberadaan manusia yang semakin mendekat ke kawasan tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
"Daerah satwa itu subur dan ideal untuk kehidupan mereka. Tapi sayangnya, keberadaan manusia sering merusak keseimbangan tersebut. Oleh karena itu, kita tidak boleh saling menyalahkan, melainkan bersama-sama menjaga lingkungan dan memperbaiki kualitas taman nasional agar satwa-satwa seperti harimau bisa memperoleh pangan secara cukup," ungkap Arinal.
Arinal juga menambahkan bahwa masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan taman nasional perlu diberikan akses yang lebih baik terhadap kebutuhan pertanian, seperti pupuk, tanpa harus merambah kawasan hutan yang merupakan habitat alami satwa. Dengan demikian, diharapkan mereka tidak perlu mencari lahan pertanian di dalam kawasan konservasi yang dapat mengganggu kelestarian satwa.
Sutono, calon wakil gubernur yang mendampingi Arinal, menegaskan komitmen Ardjuno untuk menyelesaikan konflik ini melalui pendekatan berbasis konservasi. Sutono menjelaskan bahwa daerah penyangga (buffer zone) harus menjadi fokus utama dalam upaya konservasi, untuk memastikan keberlanjutan ekosistem dan mengurangi interaksi negatif antara manusia dan harimau.
"Salah satu penyebab harimau keluar dari habitatnya adalah kekurangan pangan. Oleh karena itu, kita harus memaksimalkan daerah penyangga. Daerah ini berfungsi sebagai penyangga keseimbangan ekosistem, serta sebagai barometer konservasi di Lampung," jelas Sutono, yang juga mantan Sekda Provinsi Lampung.
Selain itu, Sutono menekankan pentingnya upaya preventif untuk mengurangi perburuan satwa liar. Ia mengajak masyarakat untuk tidak memburu atau membunuh satwa, karena hal tersebut hanya akan merusak ekosistem dan memperburuk konflik.
Ardjuno berharap, dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya, solusi ini dapat diterapkan secara menyeluruh untuk menjaga kelestarian satwa dan mencegah terjadinya korban jiwa akibat konflik tersebut. Dengan memperbaiki kualitas daerah penyangga, mengoptimalkan pemanfaatan taman nasional, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, diharapkan dapat tercipta hubungan yang lebih harmonis antara manusia dan satwa di Provinsi Lampung.
"Konflik ini harus segera dihentikan. Kita harus bersama-sama menjaga alam, menjaga satwa, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Inilah solusi yang harus diupayakan," tutup Sutono. (*)