Berdikari.co, Bandar Lampung - Pembacaan putusan terhadap terdakwa kurir narkotika jenis sabu seberat 1 kilogram, Warnidatul, seorang ibu rumah tangga asal Provinsi Aceh ditunda.
Pengadilan Negeri Tanjung Karang menggelar sidang dengan agenda pembacaan putusan terhadap Warnidatul, yang terlibat dalam perkara tindak pidana narkotika seberat 1 kilogram, Senin (2/12/2024) sore.
Dalam persidangan, Ketua Majelis Hakim Samsumar Hidayat memutuskan untuk menunda pembacaan putusan lantaran hakim belum menyelesaikan musyawarah.
"Putusan belum siap. Hakim belum selesai melakukan musyawarah, sehingga persidangan dengan agenda yang sama ditunda hingga pekan depan, Senin 9 September 2024," kata Samsumar Hidayat, seperti dikutip dari kupastuntas.co.
Sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum Kandra Buana menuntut terdakwa Warnidatul dengan tuntutan hukuman 17 Tahun 6 Bulan penjara, serta denda sebesar Rp1 Miliar Subsidaer 6 Bulan penjara
Terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana permufakatan jahat, tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I dalam bentuk bukan tanaman dengan berat lebih dari 5 gram, sesuai isi Pasal 114 Ayat (2) jo Pasal 132 Ayat (1) UU RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam dakwaannya, kasus ini bermula pada Mei 2024, ketika terdakwa dihubungi seseorang bernama Amat (DPO) yang menawarkan upah Rp50 juta untuk membawa sabu dari Aceh ke Jakarta. Terdakwa menyetujui tawaran tersebut.
Dalam perjalanan, terdakwa bersama rekannya, Muhammad Fajri (diajukan dalam berkas terpisah), menerima satu bantal berisi 1 kilogram sabu dari Amat, serta uang Rp5 juta untuk biaya perjalanan. Sisanya, Rp45 juta, dijanjikan akan diberikan jika barang berhasil sampai di tujuan.
Namun, setibanya di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, kendaraan bus yang ditumpangi terdakwa terkena razia oleh petugas BNN. Saat pemeriksaan, petugas menemukan paket sabu besar dalam bantal yang digunakan terdakwa sebagai alas duduk.
Dalam persidangan, terungkap bahwa terdakwa nekat menjadi kurir sabu demi mendapat uang untuk bertemu suaminya yang bekerja sebagai TKI di Malaysia. (*)