Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 04 Desember 2024

Lewati Sungai dan Ombak, Perjuangan Warga Pesisir Barat Bantu Seorang Ibu Pasca Melahirkan

Oleh Echa wahyudi

Berita
Tampak beberapa warga memandi Amsiyah untuk mendapatkan pertolongan medis usai melahirkan. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Pesisir Barat – Kisah heroik kembali terungkap dari daerah terisolasi. Amsiyah (32), warga Pekon (Desa) Way Tyas, Kecamatan Bengkunat, Pesisir Barat, harus ditandu sejauh beberapa kilometer untuk mendapatkan pertolongan medis usai melahirkan.

Dalam video berdurasi 1 menit 14 detik, terlihat masyarakat bergotong royong menggotong Amsiyah menggunakan tandu sederhana dari bambu dan sarung. Warga harus melewati jalan tanah licin, menyebrangi sungai, hingga menghadapi ombak deras di perairan pantai Pesisir Barat demi membawa Amsiyah ke fasilitas kesehatan.

Dengan penuh kehati-hatian, warga memanggul tandu sambil sesekali melafalkan takbir. "Awas, angkat!" terdengar salah satu warga memberi aba-aba agar tandu terhindar dari hempasan ombak sungai yang cukup deras.

Peratin (Kepala Desa) Pekon Way Haru, Dian Setiawan, membenarkan kejadian tersebut. Menurutnya, Amsiyah harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan karena masih ada bagian ari-ari yang belum keluar setelah proses persalinan.

"Iya, benar. Amsiyah adalah warga Pekon Way Tyas. Dia ditandu menuju Puskesmas Bengkunat untuk mendapatkan penanganan medis," ujar Dian saat dikonfirmasi.

Setelah mendapatkan perawatan awal di Puskesmas Bengkunat, kondisi Amsiyah dinilai memerlukan penanganan lebih lanjut. Ia kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Mitra Husada, Pringsewu.

"Sekarang Amsiyah sudah berada di Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu untuk mendapatkan perawatan intensif," tambah Dian.

Kejadian ini kembali menjadi potret nyata perjuangan masyarakat di daerah terpencil yang minim akses infrastruktur. Warga Pesisir Barat, terutama di daerah seperti Pekon Way Tyas, masih harus menghadapi tantangan berat saat membutuhkan pelayanan kesehatan. Jalan yang sulit, jembatan yang tidak memadai, serta minimnya transportasi darurat membuat akses layanan kesehatan menjadi perjuangan hidup dan mati.

Semangat gotong royong dan solidaritas warga dalam membantu sesama tetap menjadi kekuatan di tengah keterbatasan. Namun, kisah Amsiyah menjadi pengingat bagi pemerintah dan pihak terkait untuk segera memperbaiki akses infrastruktur demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah terisolasi. (*)

Editor Sigit Pamungkas