Berdikari.co, Bandar Lampung - Pemprov Lampung melalui Dinas Bina Marga dan
Bina Konstruksi (BMBK) mengalokasikan anggaran sebesar Rp450 miliar untuk
pembangunan dan perbaikan jalan provinsi tahun 2025.
Berdasarkan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) tahun
2025, Dinas BMBK Lampung menerima sekitar Rp450 miliar khusus untuk pembangunan
jalan yang terdiri dari 52 kegiatan.
Kabid Bina Program Dinas BMBK Provinsi Lampung, M. Abdillah, mengatakan
Dinas BMBK mengalami efisiensi anggaran pada APBD tahun 2025 sebesar Rp17 miliar.
Efisiensi anggaran dilakukan terhadap kegiatan bersifat seremonial.
"Hampir semua dinas memang terkena dampak dari efisiensi anggaran.
Dinas BMBK salah satu OPD yang terdampak. Ada kurang lebih sekitar Rp17 miliar
yang terdampak," kata Abdillah, Kamis (13/2/2025).
Ia mengungkapkan, program kegiatan yang paling berdampak adalah belanja
alat tulis kantor (ATK) mencapai 90 persen, perjalanan dinas, kegiatan makan
minum, rapat hingga pengadaan. “Ada lagi beberapa program yang akan disesuaikan
kembali dan akan kita koordinasi dengan Bappeda," jelasnya.
Namun lanjut Abdillah, efisiensi anggaran di Dinas BMBK tidak berdampak
terhadap kegiatan perbaikan jalan yang telah direncanakan.
"Alhamdulillah tidak ada pengurangan dari nilai paket kegiatan di
tahun 2025 ini. Jadi tidak kena dampak untuk pembangunan jalan, efisiensi itu
hanya terkait dengan kegiatan seremonial atau administrasi umum,"
ungkapnya.
Ia menjelaskan, tahun 2025 ini total pagu anggaran di Dinas BMBK senilai
Rp773 miliar, yang difokuskan untuk paket jalan dan jembatan sekitar Rp500
miliar.
"Sisanya untuk pendukung seperti jasa konsultasi, supervisi pengawasan
dan sebagian untuk tunda bayar yang sudah kita anggarkan di APBD murni,
kemudian pemeliharaan rutin UPTD," terangnya.
Abdillah menjelaskan, tahun ini terdapat 52 paket perbaikan jalan dengan
nilai Rp450 miliar, dan 21 paket jembatan dengan nilai Rp49 miliar.
"Ini tidak mengalami penurunan malah ada peningkatan sedikit dari
tahun lalu. Karena tahun lalu itu dengan APBD perubahan totalnya Rp550 miliar,
sementara sekarang di APBD murni Rp770 miliar," ujarnya.
Ia membeberkan, beberapa kegiatan pengerjaan jalan yang akan ditangani
tahun ini yaitu rigid, fleksibel dan beberapa ruas ditangani dengan base.
"Lubang yang masih parah akan kita base semua tahun ini. Jadi sebagian
pakai perkerasan rigid atau fleksibel dan sebagian pakai base. Sehingga untuk
akses masyarakat bisa lancar walaupun belum ditutup dengan perkerasan,"
ucapnya.
Abdillah mengatakan, beberapa ruas jalan yang akan ditangani tahun ini berada
di Lampung Tengah, Pringsewu, Kalirejo, Kalirejo -Bangun Rejo, dan Padang
Ratu-Kalirejo.
"Ada juga di Jabung-Simpang Pelabuhan Maringgai dan Bandar Abung.
Sehingga harapannya di ruas arus lalu lintas yang padat sudah tidak ada lubang
yang mengganggu," imbuhnya.
Ia mengungkapkan, beberapa paket pekerjaan akan dilaksanakan tender di
akhir Februari dan yang lainnya di bulan Maret.
"Ruas utama ini akan kita lakukan percepatan sehingga harapannya
sebelum lebaran sudah ditangani dan saat lebaran sudah tidak ada lubang jalan
lagi," katanya.
Sayangnya, lanjut Abdillah, Dana Alokasi Khusus (DAK) senilai Rp32 miliar
yang seharusnya diterima Dinas BMBK Provinsi Lampung dipangkas imbas dari
efisiensi anggaran. DAK tersebut rencananya akan digunakan untuk mendanai
perbaikan dua ruas jalan di Lampung.
"Ada di kita DAK infrastruktur, ada dua paket senilai Rp32 miliar
lebih. Itu ternyata dibatalkan oleh Kementerian PU lewat APBN karena
efisiensi," katanya.
Ia menerangkan, awalnya DAK tersebut akan digunakan untuk memperbaiki jalan
ruas Padang Cermin-Simpang Teluk Kiluan senilai Rp10 miliar dan ruas Negara
Ratu-Simpang Soponyono senilai Rp22 miliar.
"Jadi nanti kita akan bahas bersama dengan Tim Anggaran Pemerintah
Daerah (TAPD) untuk diusulkan dengan APBD, karena ruas itu sangat strategis dan
penting makanya kita usulkan lewat DAK," tuturnya.
Ia berharap, paket pekerjaan jalan tersebut tetap bisa dijalankan guna
mendukung mobilitas masyarakat terutama menuju ke obyek wisata di daerah
setempat.
Sebelumnya, Kepala Dinas BMBK Lampung, M. Taufiqullah, mengungkapkan
hingga kini kemantapan jalan milik provinsi mencapai 78,81 persen atau
sepanjang 1.400 kilometer dari total jalan sepanjang 1.700 kilometer.
Ia mengatakan, jika dipresentasikan dari total jalan provinsi sepanjang
1.700 kilometer, baru 1.400 kilometer jalan dalam kondisi mantap.
"Sisanya jalan dalam kondisi tidak mantap dengan kategori rusak ringan
dan rusak berat. Bahkan, saat ini ada jalan sepanjang 92 kilometer yang belum
pernah diaspal," ujarnya.
Kendati demikian, dia memastikan secara bertahap pihaknya akan melakukan
perbaikan agar jalan tersambung dan tidak ada lagi jalan tanah. "Untuk
kemantapan jalan provinsi tahun ini kami targetkan 79 persen," katanya.
Pengamat Ekonomi dari Lampung Central Urban and Regional Studies (CURS),
Erwin Oktavianto, mengatakan efisiensi anggaran oleh pemerintah pusat akan
berdampak besar pada pelaksanaan proyek infrastruktur di Lampung.
Menurutnya, pemerintah daerah harus dapat menyusun prioritas yang jelas,
khususnya untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi serta memberikan dampak langsung bagi masyarakat.
"Prioritas harus diberikan pada jalan-jalan yang menunjang sektor
ekonomi utama, seperti pertanian dan transportasi barang. Dengan adanya
efisiensi anggaran ini, lingkup proyek memang menjadi lebih kecil. Namun,
pemerintah harus tetap fokus pada jalan yang benar-benar memberikan manfaat
besar," kata Erwin, Kamis (13/2/2025).
Ia juga menekankan bahwa pemerintah daerah tidak seharusnya hanya melihat
situasi ini sebagai dampak negatif. Sebaliknya, ini harus menjadi tantangan
bagi untuk lebih cermat dalam menganggarkan dana pembangunan.
Menurutnya, perhitungan yang matang sangat diperlukan agar anggaran yang
terbatas dapat dialokasikan pada proyek yang benar-benar penting dan sesuai
kebutuhan masyarakat.
Erwin menjelaskan bahwa Pemprov Lampung masih memiliki target untuk
meningkatkan tingkat kemantapan jalan di provinsi ini. Dengan anggaran yang
terbatas, strategi efisiensi perlu diterapkan agar target tersebut tetap
tercapai.
Ia menyarankan, pemerintah harus fokus pada perbaikan jalan yang terakses
langsung dengan sentra pertanian dan kawasan ekonomi produktif.
"Jangan sampai efisiensi anggaran ini justru mengorbankan pembangunan infrastruktur yang mendukung perekonomian. Pemerintah daerah harus memilah dan memilih pos anggaran mana yang bisa dikurangi, seperti biaya operasional yang kurang penting, bukan proyek fisik seperti perbaikan jalan," saran Erwin. (*)

berdikari









