Berdikari.co, Bandar Lampung – Sampah yang
menumpuk di kawasan Pusat Kegiatan Olahraga (PKOR) Way Halim semakin
memprihatinkan. Pengurangan jumlah armada pengangkut sampah serta bantuan
tenaga kerja yang tidak konsisten membuat lingkungan di sekitar area tersebut
tampak kumuh dan berantakan. Selasa (18/2/2025).
Menurut Bang Sam, seorang Satuan Operasi
Kebersihan Lingkungan (Sokli) yang bertugas di wilayah tersebut, pengangkutan
sampah sebelumnya dilakukan dua ritase per hari, tetapi kini jumlahnya
dikurangi menjadi satu kali sehari. Bahkan, bantuan tenaga kerja yang
sebelumnya rutin kini hanya hadir satu hingga dua kali seminggu.
"Sekarang mobil pengangkut cuma satu
ritase, sementara sampah terus bertambah setiap hari. Bantuan tenaga kerja yang
seharusnya rutin juga tidak selalu ada. Akibatnya, sampah jadi menumpuk dan
sulit terangkut semuanya," jelasnya.
Pengurangan ritase ini berdampak signifikan
pada kebersihan lingkungan. Sampah yang tidak terangkut tepat waktu mulai
menimbulkan bau menyengat, menciptakan pemandangan yang tidak sedap, serta
berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya lalat dan sumber penyakit.
Area PKOR Way Halim yang seharusnya menjadi
tempat olahraga dan rekreasi kini terlihat kotor dan kurang terawat. Tumpukan
sampah di beberapa titik mengurangi kenyamanan bagi pengunjung yang ingin beraktivitas
di kawasan tersebut.
Bang Sam menjelaskan bahwa sebelumnya, dengan
dua ritase per hari, kondisi kebersihan masih bisa terjaga meskipun belum
sempurna. Namun, setelah pengurangan ini, sampah lebih sering dibiarkan
menumpuk karena tidak bisa terangkut sepenuhnya dalam satu kali pengangkutan.
"Kalau memang sebelumnya sudah dua
ritase, harusnya jangan diubah-ubah. Dengan hanya satu ritase, jelas tidak
cukup. Sampah yang tertinggal makin lama makin banyak, akhirnya sulit
dikendalikan," ujarnya.
Selain jumlah armada yang dikurangi,
kurangnya tenaga tambahan juga memperburuk situasi. Menurutnya, tenaga kerja
tambahan seharusnya hadir setiap hari untuk membantu mengatasi volume sampah
yang terus bertambah, bukan hanya datang sekali atau dua kali dalam seminggu.
"Kalau bantuan hanya datang sesekali,
jelas tidak cukup. Sampah ini ada setiap hari, jadi yang membersihkannya juga
harus ada setiap hari," tambahnya.
Bang Sam berharap pemerintah segera mengambil
langkah konkret untuk mengatasi masalah ini. Ia meminta agar jumlah ritase yang
sebelumnya dua kali sehari dikembalikan, serta memastikan bantuan tenaga kerja
tetap berjalan sesuai kebutuhan agar kondisi kebersihan tetap terjaga.
Menurutnya, pengelolaan sampah yang tidak
optimal seperti ini tidak hanya merugikan lingkungan tetapi juga berpotensi
mengganggu kesehatan masyarakat. Ia menekankan bahwa konsistensi dalam
pengangkutan sampah sangat diperlukan agar kondisi tidak semakin memburuk. (*)