Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Jumat, 07 Maret 2025

Ada 900 Ton Sampah per Hari di Bandar Lampung, Proses Controlled Landfill TPA Bakung 65 Persen

Oleh Redaksi

Berita
Pelaksana Harian (Plh) Kepala DLH Bandar Lampung, Veni Devialesti. Foto: Ist.

Berdikari.co, Bandar Lampung - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung mencatat, timbulan sampah di Bandar Lampung setiap hari mencapai 800 hingga 900 ton.

Saat ini, Pemkot Bandar Lampung sedang membuat pemrosesan sampah dengan sistem controlled landfill di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung untuk pengelolaan sampah.

Langkah ini diambil setelah Pemkot Bandar Lampung mendapat teguran dari Kementerian Lingkungan Hidup karena masih menggunakan metode open dumping yang berisiko merusak lingkungan.

Kabid Pengelolaan Sampah DLH Bandar Lampung, Mahendra Jalyas, mengatakan volume sampah di Bandar Lampung per hari mencapai 800 hingga 900 ton, dan selama lebih 30 tahun sampah masih dikelola dengan sistem terbuka atau open dumping yang berdampak pada pencemaran lingkungan serta air lindi (leachate) yang merembes ke tanah.

"Selama ini kita masih menggunakan sistem terbuka yang tidak ramah lingkungan. Kedepan kita akan beralih ke metode controlled landfill yaitu sistem penimbunan sampah dengan lapisan tanah untuk mengurangi dampak pencemaran," kata Mahendra,  baru-baru ini.

Untuk diketahui, metode open dumping sendiri adalah sistem pembuangan sampah secara terbuka tanpa perlindungan terhadap pencemaran tanah, air, atau udara. Sampah hanya ditumpuk di suatu lokasi, sehingga menimbulkan bau, pencemaran lingkungan, serta munculnya air lindi (leachate), yaitu cairan beracun yang berasal dari sampah dan dapat mencemari air tanah.

Sementara metode controlled landfill yang akan diterapkan ke depan adalah sistem penimbunan sampah dalam cekungan tanah yang setiap hari ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi bau dan penyebaran sampah.

Jika sistem ini berhasil diterapkan, langkah berikutnya adalah menuju metode sanitary landfill, yang lebih ramah lingkungan karena menggunakan lapisan geomembran untuk mencegah pencemaran tanah akibat air lindi.

Mahendra menjelaskan bahwa pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (waste to energy) dapat menjadi solusi utama dalam mengatasi volume sampah yang tinggi. Dengan sistem ini, sampah dapat diolah menjadi energi listrik atau bahan bakar alternatif melalui proses pembakaran atau konversi kimia.

Namun, lanjut dia, rencana ini masih terkendala karena keterbatasan anggaran daerah serta belum adanya investor yang bersedia menanamkan modal.

"Kami sudah mencoba menarik investor, bahkan Kementerian ESDM sempat melakukan studi kelayakan di TPA Bakung. Sayangnya, hingga kini belum ada hasil positif," ungkapnya.

Selain itu, Pemkot juga terus berupaya meningkatkan pengangkutan sampah dari jalan-jalan protokol dan tempat pembuangan sementara (TPS).

Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan sampah di Bandar Lampung adalah rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

"Masih banyak warga yang membuang sampah sembarangan. Tim pengangkut sampah baru saja membersihkan, tak lama kemudian sampah muncul lagi. Tanpa kesadaran dari masyarakat, upaya kami akan sulit berhasil," kata Mahendra.

Saat ini, Pemkot Bandar Lampung telah memiliki bank sampah di Kemiling yang berfungsi untuk mengelola sampah organik menjadi kompos. Namun, karena volume sampah yang sangat besar, fasilitas ini belum mampu memberikan dampak signifikan dalam mengurangi timbunan sampah.

Pelaksana Harian (Plh) Kepala DLH Bandar Lampung, Veni Devialesti, menambahkan DLH terus berupaya meningkatkan pengelolaan sampah di TPA Bakung dengan menerapkan metode controlled landfill.

“Saat ini proses penerapan controlled landfill di TPA Bakung telah mencapai 65 persen. Pelapisan tanah masih dalam proses dan belum sepenuhnya selesai dikarenakan kondisi cuaca,” kata Veni, Rabu (5/3/2025).

Setelah tahap ini selesai, lanjut dia, DLH akan melanjutkan dengan pemasangan geomembran, yaitu lapisan kedap air yang berfungsi mencegah air lindi meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air bawah tanah.

“Fungsi geomembran sangat penting dalam sistem pengelolaan TPA modern, karena dapat mengurangi risiko pencemaran lingkungan yang lebih luas,” jelasnya.

Selain menerapkan metode controlled landfill, Pemkot Bandar Lampung juga melakukan penghijauan di area TPA Bakung dengan menanam 6.623 pohon dan tanaman hias. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan estetika, mengurangi polusi udara, serta memperbaiki ekosistem di sekitar area pembuangan sampah. (*)

Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Jumat 07 Maret 2025, dengan judul "Ada 900 Ton Sampah per Hari di Bandar Lampung"

Editor Didik Tri Putra Jaya