Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 19 Maret 2025

Antre Tiga Hari, Sopir Truk Muatan Singkong Meninggal di Pabrik

Oleh Redaksi

Berita
Antre Tiga Hari, Sopir Truk Muatan Singkong Meninggal di Pabrik. Foto: Ist.

Berdikari.co, Lampung Timur - Seorang sopir truk singkong bernama Jajang Sutikno (43) meninggal dunia saat sedang antre di pabrik PT Sinar Pematang Mulia (SPM) 2 Lampung Tengah. Diduga Jajang mengalami kelelahan karena sudah mengantre selama tiga hari.

Warga Desa Labuhanratu IV, Kecamatan Labuhanratu, Lampung Timur ini meninggal di lokasi pabrik PT SPM2 pada Senin (17/3/2025) dini hari. Korban sudah antre di lokasi selama tiga hari.

Menurut Kepala Desa Labuhanratu IV, Johardi, sebelum meninggal dunia, Jajang Sutikno sudah mengantre di pabrik sejak hari Sabtu (15/3/2025). Korban memaksakan diri terus menunggu karena ingin muatan singkongnya bisa dibeli oleh pabrik.

"Saya mendapat informasi bahwa almarhum (Jajang Sutikno) sudah hampir tiga hari di sana sebelum akhirnya meninggal dunia. Kami menduga ia kelelahan sampai akhirnya meninggal,” kata Johardi, Senin (17/3/2025).

Selanjutnya, jenazah Jajang Sutikno dibawa pulang ke rumahnya dan tiba sekitar pukul 10.00 WIB. Pihak keluarga dibantu warga sekitar langsung melakukan pemakaman hari itu juga.

“Proses pemakaman selesai dilaksanakan pukul 12.00 WIB dihadiri oleh keluarga, tetangga, dan sejumlah perangkat desa,” ungkap Johardi.

Johardi mengungkapkan, selama ini Jajang Sutikno dikenal sebagai sopir truk yang biasa mengangkut hasil bumi termasuk singkong.

“Saat meninggal, almarhum mendapatkan orderan untuk mengangkut singkong ke pabrik PT SPM 2. Almarhum bekerja sebagai sopir truk. Kemungkinan besar saat kejadian almarhum terlalu lama menunggu antrian hingga menyebabkan tubuhnya kelelahan," kata Johardi.

Johardi mengatakan, perwakilan perusahaan PT SPM 2 juga ikut turut mengantarkan jenazah pulang hingga ke rumah duka.

“Masyarakat berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan pihak berwenang dapat mencari solusi terkait sistem antrean yang lebih manusiawi untuk para sopir truk singkong ini,” ujarnya.

"Kalau bisa segera ada solusi agar mereka yang akan jual singkong ke pabrik tidak harus antre hingga berhari-hari. Pemerintah dan pengusaha harus segera mencarikan solusi supaya tidak ada korban lagi," sambung Johardi.

Sebelumnya diberitakan, sejumlah sopir truk muatan singkong harus mengantre hingga berhari-hari untuk bisa masuk ke pabrik milik PT Budi Starch & Sweetener di Labuhanratu, Lampung Timur.

Pantauan di pabrik singkong ini pada Selasa (11/3/2025), tampak puluhan kendaraan truk muat singkong mengantre panjang.

Beberapa sopir mengaku, harus menunggu hingga dua hari sampai singkong bisa masuk ke pabrik. Antrean ini terjadi akibat banyaknya petani yang sedang panen singkong.

“Saat ini petani sedang musim panen singkong dan mau lebaran, maka banyak truk memuat singkong menuju pabrik.  Namun perusahaan hanya membatasi pembelian maksimal 600 ton per hari. Sementara singkong yang datang setiap hari lebih dari 1.000 ton," kata Heri, seorang sopir truk membawa muatan singkong saat ditemui di pabrik PT Budi Starch & Sweetener di Labuhanratu, Selasa (11/3/2024).

"Kami khawatir kalau sudah lama antre, kadar aci singkong bisa turun, dan akhirnya tidak diterima oleh perusahaan," lanjut Heri.

Anwar, karyawan pabrik PT Budi Starch & Sweetener di Labuhanratu, mengatakan, antrean panjang truk singkong terjadi karena banyaknya petani yang baru saja memanen singkong, sementara kapasitas pabrik terbatas.

Selain itu, kata dia, sempat terjadi kerusakan mesin yang mengakibatkan pabrik tutup beberapa hari sebelum akhirnya kembali beroperasi pada Senin (10/3/2025).

Anwar mengatakan, perusahaan sudah memasang daftar harga disesuaikan dengan kadar pati atau aci singkong. Singkong dengan kadar pati 10 hingga 16 persen dihargai antara Rp563 hingga Rp900 per kilogram.

Sementara singkong dengan kadar pati 17 hingga 22 persen dihargai antara Rp956 hingga Rp1.238 per kilogram.

“Untuk kadar pati 23 hingga 30 persen, harga yang ditawarkan mencapai Rp1.294 hingga Rp1.588 per kilogram,” katanya.

Antrean truk memuat singkong juga terjadi di pabrik tapioka milik PT Muara Jaya di Kecamatan Way Bungur, Lampung Timur.

Sementara itu, Hendro, seorang petani di Labuhanratu mengatakan, perusahaan sering menolak singkong yang memiliki kadar aci di bawah 15 persen.

"Kondisi kadar aci singkong saat ini cukup buruk, rata-rata maksimal hanya 20 persen. Singkong kami hanya dibeli pabrik dengan harga Rp1.190 per kilogram," kata Hendro.

Ardi, petani singkong di Way Bungur menuturkan, saat ini sedang musim musim panen singkong sehingga produksinya melimpah.

“Singkong yang saya jual sudah mencapai usia lebih dari 9 bulan. Banyak pula petani yang terpaksa menjual singkong karena akan segera mengganti tanaman singkong dengan tanaman lain seperti jagung,” kata Ardi.

Ardi mengungkapkan, singkong dibeli pabrik cukup murah, bahkan ada yang hanya laku Rp800 per kilogram. “Itu karena kadar pati singkongnya tidak lebih dari 16 persen, jadi harga juga tidak bisa tinggi," ungkap Ardi. (*)

Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Rabu 19 Maret 2025, dengan judul "Antre Tiga Hari, Sopir Truk Muatan Singkong Meninggal di Pabrik"

Editor Didik Tri Putra Jaya