Berdikari.co, Bandar Lampung - Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor
Wilayah (Kanwil) Lampung sampai saat ini baru menyerap gabah basah dari petani
sebanyak 28.153 ton atau 27 persen dari target yang ditetapkan 160 ribu ton.
Kepala Perum Bulog Kanwil Lampung, Nurman Susilo, mengatakan saat ini
sebagian petani di Lampung telah memulai panen padi seperti di Kabupaten
Tanggamus, Pesawaran dan Pringsewu.
"Penyerapan gabah saat ini 28.153 ton kemudian berasnya 7.300 ton.
Untuk gabah masih 27 persen dan ini trennya hampir sama dengan capaian Bulog
nasional kisaran 16,84 persen," kata Susilo, Senin (24/3/2025).
Ia mengungkapkan, Bulog Lampung mampu menyerap 2.500 ton gabah per hari
dengan menggandeng 73 mitra maklon atau yang juga disebut Mitra Kerja Pengadaan
(MKP).
"Jadi kita per hari ini bisa beli 2.500 ton gabah basah, ini kita
sudah menggandeng mitra maklon yang punya pengeringan dan penggilingan.
Sebanyak 73 mitra maklon sudah kerjasama kurang lebih kapasitasnya 4.000 ton
per hari," jelasnya.
Nurman mengatakan, pihaknya masih membutuhkan banyak mitra maklon untuk
menghadapi masa panen raya yang akan terjadi pada awal bulan April mendatang.
"Kita masih butuh banyak mitra pengeringan dan mitra penggilingan.
InshaAllah panen raya nanti awal atau pertengahan April itu bisa sampai 6.000 sampai
7.000 ton per hari," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya juga meningkatkan kapasitas gudang dari sebelumnya 103
ribu ton ditambah 60 ribu ton. Sehingga saat ini kapasitas gudang Bulog
sebanyak 163 ribu ton.
Ia berharap, penambahan kapasitas gudang ini bisa menambah stok dan bisa
cukup nanti sampai Desember.
Nurman mengungkapkan, Lampung dan beberapa daerah lainnya merupakan kantong
produksi gabah untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
"Kantong produksi itu ada di Palembang, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Kalau target tercapai maka
bisa 80 sampai 90 persen ini untuk mendukung pengadaan nasional," katanya.
"Panen raya itu biasanya di minggu pertama dan kedua April. Gabah yang
mau dibeli oleh Bulog lumayan banyak dan kita masih terus mencari mitra
maklon," katanya.
Sebelumnya diberitakan, hingga 31 Januari 2025, lahan sawah terdampak
banjir di Provinsi Lampung seluas 21.307,44 hektar, dan yang mengalami puso
seluas 14.943,48 hektar.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan di Dinas Ketahanan Pangan Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Ida
Rachmawati mengatakan, untuk tanaman padi mengalami puso yang sudah
mendapat bantuan benih dari pemerintah pusat sampai saat ini ada 12.349 hektar,
dan sisanya masih dalam proses.
“Hingga 31 Januari 2025, lahan sawah terdampak banjir di Provinsi
Lampung seluas 21.307,44 hektar, dan yang mengalami puso seluas 14.943,48
hektar,” kata Ida melalui keterangan tertulisnya, Jumat (7/2/2025).
Ida mengklaim, lahan padi yang puso tidak akan mempengaruhi produksi padi
dalam setahun. Hanya jadwal tanamnya menjadi mundur.
Ida mengatakan, untuk target produksi Gabah Kering Giling (GKG)
Provinsi Lampung tahun 2025 sebesar 3.508.325 ton dan target beras sebesar
2.175.162 ton.
“Sasaran produksi GKG tahun 2025 sebesar 3.508.325 ton atau naik sebesar
3,71% dari target tahun 2024 sebesar 3.382.912 ton GKG. Target beras tahun 2025
sebesar 2.175.162 ton juga naik dibandingkan tahun 2024 sebesar 2.097.405
ton,” terangnya.
Ida mengungkapkan, sentra daerah produksi gabah di Provinsi Lampung ada di
Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Tulang Bawang dan
Mesuji.
“Produksi gabah berdasarkan amatan KSA pada bulan Januari sebesar 31.558
ton GKG (angka sementara),” ujarnya.
Ida menerangkan, untuk mencapai target tersebut, dilakukan peningkatan
areal tanam melalui peningkatan indeks pertanaman dengan menyediakan air yang
cukup melalui perbaikan irigasi dan pengerukan sedimentasi di saluran irigasi,
optimalisasi lahan rawa, dan pompanisasi.
Selain itu, juga dilakukan peningkatan penanaman padi gogo/tusip melalui
penggunaan benih unggul, pembinaan dan penggunaan teknologi, penggunaan pupuk
organic.
Ida juga mengatakan, beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya banjir, kekurangan air karena pintu air irigasi sebagian rusak, sedimentasi di saluran irigasi, saluran irigasi baik yang primer, sekunder maupun tersier sebagian rusak. (*)