Berdikari.co, Bandar Lampung - Produksi gabah di Provinsi Lampung hingga
bulan Maret 2025 baru mencapai 1,64 juta ton, dari total target yang ditetapkan
sebanyak 3,5 juta ton.
Hal tersebut disampaikan Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Pamuji Lestari,
usai gelar pertemuan di Kantor Pemprov Lampung, Senin (24/3/2025).
Pamuji Lestari mengatakan, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah terus
berupaya mewujudkan swasembada pangan dengan target peningkatan produksi gabah
yang lebih tinggi.
"Kita akan segera mewujudkan perintah Presiden Prabowo untuk
mewujudkan swasembada pangan secepat-cepatnya dan ini harus dilakukan
sekarang," kata Pamuji, Senin (24/3/2025).
Ia mejelaskan, produksi pangan di Indonesia mengalami peningkatan pada
bulan Januari dan Februari 2025, dengan luas tanam yang juga mengalami
peningkatan.
Namun, lanjut dia, pada bulan Maret, luas tanam mulai mengalami penurunan
yang dikhawatirkan dapat berimbas pada penurunan hasil produksi.
"Kami keliling ke beberapa lokasi tetapi memang petani ini masih agak
loyo karena sedang puasa dan akan Lebaran. Sehingga kebanyakan petani menunda panen
dan menunda tanam," katanya.
Selain itu, petani juga menghadapi berbagai tantangan, diantaranya
kesulitan mendapatkan air yang cukup untuk lahan pertanian baik karena
kekeringan atau pembatasan penggunaan air oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
"Di saat petani mau tanam, air tidak siap karena memang air tidak ada
karena kering atau air ada tapi tidak bisa di sedot. Ini terkait dengan
aturan-aturan di Kementerian PU karena ada pembatasan pemakaian air,"
jelasnya.
Ia mengungkapkan, pemerintah telah mencanangkan lima wilayah utama di
Indonesia menjadi target swasembada pangan, yakni Lampung, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan.
"Kalau di Lampung ini ada Komisi Air, ini akan selalu disesuaikan
dengan masa tanam atau kebutuhan petani. Saat ini target di Lampung masih jauh,
sehingga kita harus dorong. Tapi kalau target kabupaten ada yang sudah
surplus," ungkapnya.
Ia mengatakan, petani di beberapa kabupaten di Provinsi Lampung
seperti Lampung Tengah, diperkirakan akan melakukan panen raya pada bulan
April 2025 mendatang.
"Ketika sudah panen maka Bulog harus segera melakukan penyerapan
dengan harga Rp6.500 per kilogram. Namun, kendalanya adalah gudangnya tidak
cukup. Tadi sudah diarahkan untuk mencari lokasi gudang, karena Maret sudah tidak
cukup apalagi nanti April panen raya," paparnya.
Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan alat mesin pertanian
(alsintan) yang lebih modern, seperti combine harvester, traktor, dan dryer,
guna membantu memperlancar proses panen dan penyerapan gabah.
"Dryer ini untuk memudahkan Bulog melakukan penyerapan di segala
kondisi. Sehingga tidak ada standar kadar air dan ini harus dibantu dengan
dryer," jelasnya.
Pamuji juga mengatakan, setiap tahun Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) merilis data luas baku sawah untuk
memastikan ketersediaan lahan pertanian di Indonesia, termasuk di Lampung.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, luas lahan pertanian di Lampung
mengalami penurunan. Sehingga peningkatan Indeks Pertanaman (IP) menjadi
prioritas utama, mengingat saat ini IP di Lampung baru mencapai angka 1,8 jauh
dari target yang diinginkan Menteri di angka 3.
"Sehingga kita harus mengoptimalkan masa tanam yang tepat waktu.
Program peningkatan indeks pertanaman ini bertujuan untuk memastikan bahwa
setiap hektar lahan digunakan secara maksimal dan dengan pola tanam yang
terencana," tuturnya.
Kementerian Pertanian juga akan melibatkan generasi milenial dalam
pengelolaan pertanian. Brigade ini akan diberdayakan untuk mengelola lahan
seluas 200 hektar, dengan melibatkan 15 petani per kawasan.
"Waktu tanam ketiga akan turun brigade pangan yang dibentuk oleh
Kementerian Pertanian. Akan mengelola 200 hektar hamparan. Akan ada 15 petani
dan orang milenial yang mengolah ketika petani tidak mau tanam," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, hingga 31 Januari 2025, lahan sawah terdampak
banjir di Provinsi Lampung seluas 21.307,44 hektar, dan yang mengalami puso
seluas 14.943,48 hektar.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan di Dinas Ketahanan Pangan Tanaman
Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Ida
Rachmawati mengatakan, untuk tanaman padi mengalami puso yang sudah
mendapat bantuan benih dari pemerintah pusat sampai saat ini ada 12.349 hektar,
dan sisanya masih dalam proses.
“Hingga 31 Januari 2025, lahan sawah terdampak banjir di Provinsi
Lampung seluas 21.307,44 hektar, dan yang mengalami puso seluas 14.943,48
hektar,” kata Ida melalui keterangan tertulisnya, Jumat (7/2/2025).
Ida mengklaim, lahan padi yang puso tidak akan mempengaruhi produksi padi
dalam setahun. Hanya jadwal tanamnya menjadi mundur.
Ida mengatakan, untuk target produksi Gabah Kering Giling (GKG)
Provinsi Lampung tahun 2025 sebesar 3.508.325 ton dan target beras sebesar
2.175.162 ton.
“Sasaran produksi GKG tahun 2025 sebesar 3.508.325 ton atau naik sebesar
3,71% dari target tahun 2024 sebesar 3.382.912 ton GKG. Target beras tahun 2025
sebesar 2.175.162 ton juga naik dibandingkan tahun 2024 sebesar 2.097.405
ton,” terangnya.
Ida mengungkapkan, sentra daerah produksi gabah di Provinsi Lampung ada di
Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Tulang Bawang dan
Mesuji.
“Produksi gabah berdasarkan amatan KSA pada bulan Januari sebesar 31.558
ton GKG (angka sementara),” ujarnya.
Ida menerangkan, untuk mencapai target tersebut, dilakukan peningkatan
areal tanam melalui peningkatan indeks pertanaman dengan menyediakan air yang
cukup melalui perbaikan irigasi dan pengerukan sedimentasi di saluran irigasi,
optimalisasi lahan rawa, dan pompanisasi.
Selain itu, juga dilakukan peningkatan penanaman padi gogo/tusip melalui
penggunaan benih unggul, pembinaan dan penggunaan teknologi, penggunaan pupuk
organic.
Ida juga mengatakan, beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya banjir, kekurangan air karena pintu air irigasi sebagian rusak, sedimentasi di saluran irigasi, saluran irigasi baik yang primer, sekunder maupun tersier sebagian rusak. (*)