Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 26 Maret 2025

Produksi Gabah Lampung Baru 1,64 Juta Ton dari Target 3,5 Juta Ton

Oleh ADMIN

Berita
Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Pamuji Lestari. Foto: Ist

Berdikari.co, Bandar Lampung - Produksi gabah di Provinsi Lampung hingga bulan Maret 2025 baru mencapai 1,64 juta ton, dari total target yang ditetapkan sebanyak 3,5 juta ton.

Hal tersebut disampaikan Tenaga Ahli Menteri Pertanian, Pamuji Lestari, usai gelar pertemuan di Kantor Pemprov Lampung, Senin (24/3/2025).

Pamuji Lestari mengatakan, pemerintah pusat bersama pemerintah daerah terus berupaya mewujudkan swasembada pangan dengan target peningkatan produksi gabah yang lebih tinggi.

"Kita akan segera mewujudkan perintah Presiden Prabowo untuk mewujudkan swasembada pangan secepat-cepatnya dan ini harus dilakukan sekarang," kata Pamuji, Senin (24/3/2025).

Ia mejelaskan, produksi pangan di Indonesia mengalami peningkatan pada bulan Januari dan Februari 2025, dengan luas tanam yang juga mengalami peningkatan.

Namun, lanjut dia, pada bulan Maret, luas tanam mulai mengalami penurunan yang dikhawatirkan dapat berimbas pada penurunan hasil produksi.

"Kami keliling ke beberapa lokasi tetapi memang petani ini masih agak loyo karena sedang puasa dan akan Lebaran. Sehingga kebanyakan petani menunda panen dan menunda tanam," katanya.

Selain itu, petani juga menghadapi berbagai tantangan, diantaranya kesulitan mendapatkan air yang cukup untuk lahan pertanian baik karena kekeringan atau pembatasan penggunaan air oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

"Di saat petani mau tanam, air tidak siap karena memang air tidak ada karena kering atau air ada tapi tidak bisa di sedot. Ini terkait dengan aturan-aturan di Kementerian PU karena ada pembatasan pemakaian air," jelasnya.

Ia mengungkapkan, pemerintah telah mencanangkan lima wilayah utama di Indonesia menjadi target swasembada pangan, yakni Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera Selatan.

"Kalau di Lampung ini ada Komisi Air, ini akan selalu disesuaikan dengan masa tanam atau kebutuhan petani. Saat ini target di Lampung masih jauh, sehingga kita harus dorong. Tapi kalau target kabupaten ada yang sudah surplus," ungkapnya.

Ia mengatakan, petani di beberapa kabupaten di Provinsi Lampung  seperti Lampung Tengah, diperkirakan akan melakukan panen raya pada bulan April 2025 mendatang. 

"Ketika sudah panen maka Bulog harus segera melakukan penyerapan dengan harga Rp6.500 per kilogram. Namun, kendalanya adalah gudangnya tidak cukup. Tadi sudah diarahkan untuk mencari lokasi gudang, karena Maret sudah tidak cukup apalagi nanti April panen raya," paparnya.

Selain itu, pemerintah juga mendorong penggunaan alat mesin pertanian (alsintan) yang lebih modern, seperti combine harvester, traktor, dan dryer, guna membantu memperlancar proses panen dan penyerapan gabah.

"Dryer ini untuk memudahkan Bulog melakukan penyerapan di segala kondisi. Sehingga tidak ada standar kadar air dan ini harus dibantu dengan dryer," jelasnya.

Pamuji juga mengatakan, setiap tahun Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) merilis data luas baku sawah untuk memastikan ketersediaan lahan pertanian di Indonesia, termasuk di Lampung.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, luas lahan pertanian di Lampung mengalami penurunan. Sehingga peningkatan Indeks Pertanaman (IP) menjadi prioritas utama, mengingat saat ini IP di Lampung baru mencapai angka 1,8 jauh dari target yang diinginkan Menteri di angka 3.

"Sehingga kita harus mengoptimalkan masa tanam yang tepat waktu. Program peningkatan indeks pertanaman ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap hektar lahan digunakan secara maksimal dan dengan pola tanam yang terencana," tuturnya.

Kementerian Pertanian juga akan melibatkan generasi milenial dalam pengelolaan pertanian. Brigade ini akan diberdayakan untuk mengelola lahan seluas 200 hektar, dengan melibatkan 15 petani per kawasan.

"Waktu tanam ketiga akan turun brigade pangan yang dibentuk oleh Kementerian Pertanian. Akan mengelola 200 hektar hamparan. Akan ada 15 petani dan orang milenial yang mengolah ketika petani tidak mau tanam," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, hingga 31 Januari 2025, lahan sawah terdampak banjir di Provinsi Lampung seluas 21.307,44 hektar, dan yang mengalami puso seluas 14.943,48 hektar.

Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan di Dinas Ketahanan Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Ida Rachmawati mengatakan, untuk tanaman padi mengalami puso yang sudah mendapat bantuan benih dari pemerintah pusat sampai saat ini ada 12.349 hektar, dan sisanya masih dalam proses.

“Hingga 31 Januari 2025, lahan sawah terdampak banjir di Provinsi Lampung seluas 21.307,44 hektar, dan yang mengalami puso seluas 14.943,48 hektar,” kata Ida melalui keterangan tertulisnya, Jumat (7/2/2025).

Ida mengklaim, lahan padi yang puso tidak akan mempengaruhi produksi padi dalam setahun. Hanya jadwal tanamnya menjadi mundur.

Ida mengatakan, untuk target produksi Gabah Kering Giling (GKG) Provinsi Lampung tahun 2025 sebesar 3.508.325 ton dan target beras sebesar 2.175.162 ton.

“Sasaran produksi GKG tahun 2025 sebesar 3.508.325 ton atau naik sebesar 3,71% dari target tahun 2024 sebesar 3.382.912 ton GKG. Target beras tahun 2025 sebesar 2.175.162  ton juga naik dibandingkan tahun 2024 sebesar 2.097.405 ton,” terangnya.

Ida mengungkapkan, sentra daerah produksi gabah di Provinsi Lampung ada di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, Tulang Bawang dan Mesuji.

“Produksi gabah berdasarkan amatan KSA pada bulan Januari sebesar 31.558 ton GKG (angka sementara),” ujarnya.

Ida menerangkan, untuk mencapai target tersebut, dilakukan peningkatan areal tanam melalui peningkatan indeks pertanaman dengan menyediakan air yang cukup melalui perbaikan irigasi dan pengerukan sedimentasi di saluran irigasi, optimalisasi lahan rawa, dan pompanisasi.

Selain itu, juga dilakukan peningkatan penanaman padi gogo/tusip melalui penggunaan benih unggul, pembinaan dan penggunaan teknologi, penggunaan pupuk organic.

Ida juga mengatakan, beberapa kendala yang dihadapi, diantaranya banjir, kekurangan air karena pintu air irigasi sebagian rusak, sedimentasi di saluran irigasi, saluran irigasi baik yang primer, sekunder maupun tersier sebagian  rusak. (*)

Editor Sigit Pamungkas