Berdikari.co, Bandar Lampung - Kuasa hukum/pengacara Muhammad Kadafi,
Sopian Sitepu, menyebut pengurus Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung yang
telah mengangkat rektor baru dinilai cacat hukum.
Menurut Sopian Sitepu, hal itu dibuktikan dengan adanya laporan polisi di
Polresta Bandar Lampung yang sudah pada tingkat penyidikan.
"Akta pengurus yayasan yang mengangkat rektor baru Universitas
Malahayati tersebut adalah cacat hukum. Dibuktikan dengan laporan polisi di
Polresta Bandar Lampung sudah pada tingkat penyidikan," kata Sopian
Sitepu, Senin (7/4/2025).
Sopian mengungkapkan, adapun tujuan dari penggantian rektor tersebut guna
mengganti semua pengurus Yayasan Alih Teknologi Bandar Lampung.
"Jadi untuk mengganti semua pengurus Yayasan Alih Teknologi Bandar
Lampung dari anak-anak istri pertama Rosnati Syech dan pejabat Universitas
Malahayati dari Rektor Kadafi yang sesungguhnya adalah anak kandungnya dari ibu
Rosnati Syech dengan bapak Rusli Bintang kepada pihak-pihak lain," jelas
Sopian.
Kuasa hukum Kadafi lainnya, Japriyanto Manalu, mengatakan pihaknya ingin
mendamaikan keluarga agar bisa ketemu jalan terbaik demi kepentingan mahasiswa
hingga semua pihak berjalan dengan baik.
"Dari pihak keluarga minta semua persoalan intinya bisa diselesaikan
dengan baik. Polisi hadir melindungi semua pihak sebagai pelindung,"
ucapnya.
“Terkait surat Dirjen Dikti, kami sudah melakukan permintaan peninjauan
kembali,” lanjut Juprianto Manalu.
Sementara itu, Presiden Mahasiswa Universitas Malahayati, Kamal, sempat
bertemu langsung dengan Kapolresta Bandar Lampung Kombes Pol Alfred Jacob
Tilukay di lingkungan kampus Universitas Malahayati, pada Senin (7/4/2025).
Pertemuan itu membahas konflik internal di tubuh yayasan yang mengelola kampus
tersebut.
Kamal menyampaikan, konflik keluarga yang terjadi di internal yayasan telah
menimbulkan keresahan di kalangan sivitas akademika, terutama mahasiswa.
Ia berharap, ketegangan di lingkup yayasan tidak boleh sampai merembet ke
ranah akademik dan mengganggu kenyamanan perkuliahan.
“Mahasiswa mulai merasa tidak nyaman. Kami sebagai perwakilan mahasiswa
ingin memastikan bahwa kampus harus tetap menjadi ruang yang aman, netral, dan
bebas dari konflik internal keluarga,” ujar Kamal.
Kamal mengungkapkan, terdapat kekhawatiran terkait potensi intimidasi atau
tekanan terhadap mahasiswa maupun dosen yang dianggap berpihak pada salah satu
kubu dalam konflik yayasan tersebut.
Menurutnya, hal semacam itu bisa merusak iklim demokrasi dan kebebasan
akademik di kampus.
Kamal mengungkapkan, posisi mahasiswa bersifat netral dan lebih
mengedepankan kestabilan kampus. “Kami tidak ingin terlibat dalam konflik
internal. Fokus kami adalah menjaga kepentingan mahasiswa dan keberlangsungan
kegiatan akademik,” katanya.
Ia mengungkapkan, BEM Universitas Malahayati akan terus melakukan
koordinasi dengan pihak kepolisian maupun pengelola kampus agar konflik
internal tidak sampai menimbulkan keresahan lebih luas.
Ia juga meminta pihak yayasan untuk menyelesaikan persoalan secara dewasa
tanpa melibatkan lingkungan kampus.
Menanggapi keluhan tersebut, Kapolresta Bandar Lampung, Kombes Pol Alfred
Jacob Tilukay, mengatakan pihaknya berkomitmen untuk menjaga situasi di
Universitas Malahayati tetap kondusif.
Ia menegaskan, aparat kepolisian akan bertindak profesional dan netral,
tanpa memihak kepada siapapun dalam konflik tersebut.
“Kami hanya sebagai pengaman. Kalau ada permintaan pengamanan, kami
laksanakan. Tapi jangan libatkan polisi dalam konflik internal, karena kami
netral,” tegas Kapolresta.
Kapolresta juga meminta mahasiswa tidak ragu menyampaikan laporan jika terjadi hal-hal yang mengarah pada ancaman atau pelanggaran hukum. “Kalau ada intimidasi, ancaman, atau pelanggaran, tolong sampaikan ke kami. Kami akan tangani sesuai prosedur,” ungkapnya.
Sejarah Universitas Malahayati
Universitas Malahayati adalah sebuah perguruan tinggi swasta yang didirikan
di bawah Yayasan Alih Teknologi pada 27 Agustus 1993 dan disahkan berdasarkan
SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.02/D/0/1994 pada tanggal 28 Januari
1994.
Universitas Malahayati berlokasi di Jalan Pramuka Bandar Lampung, Provinsi
Lampung. Perguruan tinggi ini didirikan oleh Rusli Bintang sebagai wujud
kepedulian dan peran aktifnya di dunia pendidikan mulai dari jenjang pendidikan
dasar sampai dengan pendidikan tinggi.
Niat baik inilah yang mendorong Rusli Bintang mendirikan Yayasan Alih
Teknologi (Altek) dan Universitas Malahayati di Bandar Lampung.
Nama Universitas Malahayati diambil dari nama seorang panglima perang
wanita berasal dari Aceh, yaitu Laksamana Malahayati.
Malahayati merupakan figur seorang wanita Aceh yang cerdas, memiliki
semangat juang tinggi, berani, tegas, ulet, tangguh, dan bertanggung jawab,
yang senantiasa dilandasi oleh sinar keimanan dan ketaqwaan sesuai dengan
ajaran Islam. Atas keperwiraannya itu Laksamana Malahayati dianugerahi gelar
sebagai Pahlawan Nasional.
Untuk menghormati dan melanjutkan semangat juang Malahayati tersebut,
perguruan tinggi ini diberi nama Universitas Malahayati yang bertekad untuk
ikut serta secara nyata dalam pembangunan pendidikan nasional sejalan dengan
perguruan tinggi lain yang lebih awal hadir di Provinsi Lampung.
Di Universitas Malahayati kini ada 4 fakultas terdiri dari Diploma DIII,
Diploma DIV, Sarjana S1 dan program Pascasarjana S2. Fakultas-fakultas tersebut
adalah Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Teknik, dan
Fakultas Ekonomi.
Saat awal berkiprah Universitas Malahayati pada tahun ajaran 1994/1995,
dibuka tiga fakultas pelopor dan satu akademi. Ketiga fakultas tersebut adalah
Fakultas Kedokteran, Fakultas Teknik dengan empat jurusan yakni Teknik Mesin,
Teknik Sipil, Teknik Manajemen Industri, dan Teknik Lingkungan serta Fakultas
Ekonomi dengan dua jurusan yakni Akuntansi dan Manajemen.
Sedangkan akademi dibuka pada tahun 2002 diawali dengan Akademi
Keperawatan. Pada tahun 2004 didirikan Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Malahayati juga telah membuka Program Studi Keperawatan Strata Satu
(S1) yang ditempatkan di bawah Fakultas Kedokteran.
Rusli Bintang sendiri lahir di Gampong Lam Asan, Kecamatan Kuta Baro,
Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, pada 28 April 1950, merupakan Putra sulung
pasangan Bintang Amin dan Halimah.
Dalam perjalan hidupnya, Rusli Bintang
pernah menjadi pengusaha warung kopi, buruh harian, buruh angkat pasir, penjaga
gudang, dan mandor. Hingga pada 1976, Rusli Bintang memutuskan menjadi
wiraswastawan sebagai pemborong (kontraktor kecil-kecilan) di Banda Aceh.
Pada tahun 1980, ia bertemu dengan
Profesor Ali Hasjmy, Gubernur Aceh periode 1957-1964 yang kala itu menjabat
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Aceh pada tahun 1983. Hasil pertemuan
itulah, Rusli Bintang mendirikan Yayasan Abulyatama yang berarti ‘bapak anak
yatim’.
Sebagai badan pendiri dan komisaris umum
Yayasan Abulyatama yang disahkan dalam bentuk akta notaris pada 31 Mei 1983 dan
disempurnakan 18 Juli 1983. Rusli Bintang mempercayakan Profesor Ali Hasjmy
menjadi ketua yayasan dan Joni Makmur sebagai sekretaris yayasan.
Yayasan inilah yang menjadi cikal bakal
berdirinya sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, dan
perguruan tinggi yang bernama Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) Abulyatama yang saat ini telah ditingkatkan statusnya menjadi Universitas
Abulyatama.
STKIP Abulyatama pada saat itu menjadi
perguruan tinggi swasta pertama di Aceh mendampingi dua perguruan tinggi
negeri, yakni Universitas Syiah Kuala dan IAIN Ar-Raniry.
Untuk terus mengembangkan mimpinya, pada
1993, Rusli Bintang Hijrah ke Lampung dan mendirikan Yayasan Alih Teknologi
(Altek) Bandar Lampung.
Dari Yayasan Altek inilah lahir
Universitas Malahayati Bandar Lampung pada Jumat, 27 Agustus 1993. Tanggal
inilah yang menjadi hari jadi berdirinya (Dies Natalis) Universitas Malahayati
yang diperingati setiap tahunnya.
Rusli Bintang terus mengembangkan
kiprahnya di dunia pendidikan, dengan mendirikan Universitas Batam pada tahun
2000 berdasarkan akta notaris 4 Mei 2000 melalui badan hukum Yayasan Griya
Husada.
Pada 2014, Rusli melanjutkan mendirikan Institut Kesehatan Indonesia (IKI)
Jakarta pada 12 Agustus 2014 melalui Yayasan Nusa Bhakti Husada. Berkat
Kiprahnya tersebut, tahun 2014 ia mendapat penghargaan sebagai tokoh pendidikan
dari Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau.
Tak sampai di situ, Rusli Bintang lalu mendirikan Universitas Kartamulia, di bawah naungan Yayasan Griya Gemintang Husada Sejahtera yang disahkan berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 1041/KPT/I/2019 pada 18 Oktober 2019. (*)