Berdikari.co, Bandar Lampung - Pengamat Pendidikan Universitas Lampung, Undang Rosidin, menyarankan pembelajaran di tingkat SD yang bersifat sangat mendasar harus mendapatkan perhatian lebih dari para guru. Karena sebagian besar siswa yang mengulang kelas berasal dari jenjang sekolah dasar (SD).
"Persoalan yang muncul di SD itu karena pembelajarannya sangat mendasar. Seharusnya guru dalam pembelajaran harus lebih intens, baik dalam metode maupun pendekatannya," kata Undang Rosidin, pada Senin (28/4/2025).
Menurutnya, saat ini Kemendikbud telah meluncurkan pendekatan baru dalam pembelajaran yakni deep learning atau pembelajaran mendalam, yang sangat tepat untuk diterapkan di tingkat dasar.
"Sekarang sangat bagus sekali adanya pembelajaran deep learning. Ini agar pembelajaran lebih mendalam sehingga benar-benar dipahami oleh siswa dengan baik. Karena SD itu pondasi bagi jenjang selanjutnya seperti SMP dan SMA," kata Undang.
Undang mengatakan, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar karena tidak mendapatkan dasar pendidikan yang kuat sejak di Taman Kanak-Kanak (TK) atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
"Tampaknya ada siswa SD yang tidak melalui proses di TK dan PAUD, sehingga keterampilan dasarnya belum optimal. Ini menjadi kendala saat memberikan bekal keterampilan di sekolah," ucapnya.
Ia menekankan, pentingnya pemberian bekal literasi dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung di SD. Jika siswa belum menguasai keterampilan dasar tersebut, maka seharusnya tidak dinaikkan ke jenjang berikutnya.
"Kalau anak tidak lancar membaca, menulis, dan berhitung lalu dinaikkan, itu akan menjadi persoalan saat masuk SMP atau SMA. Maka jika belum memenuhi kompetensi, sebaiknya jangan dinaikkan," tegasnya.
Namun demikian, Undang juga mengingatkan bahwa tingginya jumlah siswa yang mengulang kelas harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya menyalahkan siswa atau guru semata.
"Ini harus menjadi pemikiran kita bersama. Kenapa Kemendikbud meluncurkan deep learning? Karena persoalan pembelajaran saat ini belum mendalam dan belum sepenuhnya dipahami siswa," imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Negeri Lampung, Hendra Putra, menyampaikan bahwa fenomena siswa mengulang kelas perlu disikapi secara bijak. Menurutnya, dengan jumlah satuan pendidikan yang sangat banyak di Provinsi Lampung, angka tersebut tidak dapat dikatakan mengejutkan.
"Kalau kita melihat jumlah SMA dan SMK negeri maupun swasta di Provinsi Lampung saja ada sekitar 1.000 sekolah. Kalau satu sekolah saja ada satu siswa yang tidak naik kelas, itu sudah seribu siswa. Ini belum termasuk SD dan SMP, yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan SMA dan SMK," kata Hendra, Senin (28/4/2025).
Lebih lanjut, Hendra menilai angka tersebut menjadi pengingat penting bagi semua pihak terkait, baik orang tua, guru, maupun masyarakat, untuk semakin memperhatikan perkembangan belajar anak-anak.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam mengawal proses pendidikan.
"Ini menjadi refleksi bersama. Anak-anak tidak bisa dibiarkan berjuang sendiri. Kita semua mulai dari orang tua di rumah, guru di sekolah hingga lingkungan sekitar, harus ikut mendukung dan mengawasi agar anak-anak lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti pembelajaran," kata dia.
Ia mengungkapkan, banyak faktor yang dapat menyebabkan siswa tidak naik kelas, seperti kurangnya motivasi belajar, ketidakstabilan emosi, hingga faktor ekonomi keluarga. Untuk itu, perhatian terhadap kebutuhan akademik dan non-akademik siswa perlu ditingkatkan.
"Kadang masalahnya bukan hanya kemampuan akademik. Ada juga faktor psikologis dan sosial yang berpengaruh. Maka pendekatan yang lebih manusiawi dan menyeluruh sangat diperlukan," ungkapnya. (*)
Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Selasa 29 April 2025, dengan judul “Pengamat: Guru SD Harus Terapkan Pembelajaran Mendalam”