Berdikari.co, Bandar Lampung - Wakil Ketua III DPRD Kota Bandar Lampung
Wiyadi menegaskan pelaksanaan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tahun ajaran
2025/2026 harus berjalan objektif, adil, dan tidak diskriminatif.
Hal tersebut disampaikan saat acara Pembinaan Ideologi Pancasila dan
Wawasan Kebangsaan di Lengkung Langit, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung, pada
Kamis (19/6/2025).
Dalam kegiatan yang dihadiri ratusan warga ini juga hadir Wakil Ketua DPD
PDI Perjuangan Provinsi Lampung dan dosen Magister Manajemen Universitas
Saburai Bandar Lampung Dr. Donald Harris Sihotang, serta pengurus DPC PDI
Perjuangan Bandar Lampung dan mantan Anggota DPRD Bandar Lampung periode
2014-2019 Suheli.
Wiyadi mengatakan, pentingnya keadilan dalam pelaksanaan sistem pendidikan
khususnya dalam proses SPMB.
Ia mengaku, menerima sejumlah aspirasi masyarakat yang merasa belum
mendapatkan perlakuan yang adil, terutama pada jalur prestasi hafiz Al Qur’an.
“Saya menerima laporan dari masyarakat bahwa ada anak yang mendaftar
melalui jalur prestasi hafiz Al Qur’an, tetapi dipanggil mendadak pukul 21.00
WIB untuk mengikuti tes tanpa persiapan yang memadai. Ketika hasil diumumkan,
anak tersebut dinyatakan tidak lulus. Ini tentu menimbulkan pertanyaan terkait
keadilan dan transparansi dalam proses seleksi,” tegas Wiyadi.
Wiyadi juga menegaskan komitmennya untuk mengawal isu tersebut bersama
dinas dan instansi terkait agar proses SPMB berjalan objektif, adil, dan tidak
diskriminatif.
“Kita tidak ingin ada kesan di masyarakat bahwa ada ‘rakyat kandung’ dan
‘rakyat tiri’. Semua anak bangsa berhak mendapat kesempatan yang setara,” kata
Wiyadi.
Sementara Dr. Donald Harris Sihotang dalam pemaparannya menyampaikan
sejarah lahirnya Pancasila sebagai dasar negara yang digali dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia.
Ia menjelaskan, bagaimana Bung Karno pada 1 Juni 1945 merumuskan lima sila
yang kemudian menjadi pondasi utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Pancasila bukan hanya hasil pemikiran elit, tapi cerminan jiwa bangsa
Indonesia yang majemuk. Setiap sila mengandung nilai moral, spiritual, dan
sosial yang harus dihayati dan diamalkan,” jelasnya.
Ia juga memaparkan secara rinci nilai-nilai utama Pancasila, antara lain
ketuhanan yang menjunjung toleransi beragama, kemanusiaan yang menjunjung
keadilan, persatuan yang mengikat perbedaan, musyawarah sebagai cara mengambil
keputusan bersama, dan keadilan sosial sebagai tujuan utama pembangunan.
Selain itu, Donald juga menjabarkan terkait empat pilar kebangsaan yaitu
Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka
Tunggal Ika.
“Keempat pilar ini adalah kekuatan utama dalam menjaga keutuhan Indonesia.
Tanpa pemahaman yang kuat terhadap pilar-pilar ini, bangsa kita rentan terhadap
perpecahan, radikalisme, dan pengaruh luar,” tegasnya.
Ia menambahkan, pentingnya wawasan kebangsaan, yang meliputi kesadaran
sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban yang setara, menjunjung
semangat gotong royong, serta menjaga keutuhan bangsa dalam bingkai toleransi
dan keberagaman.
“Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, 1.300 suku, 743 bahasa daerah,
dan 6 agama. Jika tidak dikelola dengan wawasan kebangsaan yang kuat, perbedaan
ini bisa menjadi celah perpecahan, seperti yang terjadi di Uni Soviet,”
ujarnya.
Donald juga menyampaikan dukungan atas langkah Wiyadi dalam memperjuangkan
keadilan pendidikan, khususnya bagi generasi muda yang merupakan penerus masa
depan bangsa.
Sementara Suheli mengajak masyarakat untuk terus mengamalkan Sila Ketiga
Pancasila yakni Persatuan Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.
Ia menekankan bahwa perbedaan tidak boleh menjadi penghalang, melainkan
harus menjadi kekuatan bersama.
“Perbedaan adalah rahmat. Kita harus saling menghargai dan menjaga
kerukunan agar persatuan tetap terpelihara,” kata Suheli.
Pada acara juga berlangsung diskusi yang hangat dan interaktif. Tingginya
antusiasme warga tercermin dari keaktifan dalam berdialog serta keseriusan
menyimak materi yang disampaikan.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ruang edukasi, tetapi juga penguatan
komitmen bersama dalam menjaga nilai-nilai Pancasila dan keutuhan bangsa
Indonesia. (*)