Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Selasa, 15 Juli 2025

Proyek Drainase Senilai 5 Miliar di Lampung Barat Dikerjakan CV Bukit Pesagi Amblas

Oleh ADMIN

Berita
Proyek drainase rekonstruksi jalan ruas Liwa-BTS Sumatera Selatan di Pemangku Rantau Panjang, Pekon (Desa) Tanjung Raya, Kecamatan Sukau, Lampung Barat, yang dikerjakan CV Bukit Pesagi mengalami amblas atau longsor. Foto: Echa/Berdikari.co

Berdikari.co, Lampung Barat - Baru satu bulan selesai dibangun, proyek drainase rekonstruksi jalan ruas Liwa-BTS Sumatera Selatan di Pemangku Rantau Panjang, Pekon (Desa) Tanjung Raya, Kecamatan Sukau, Lampung Barat, mengalami amblas atau longsor.

Pantauan di lokasi pada Senin (14/7/2025), kondisi drainase mengalami amblas, pipa pecah, dan bak kontrol rusak parah hingga materialnya terbuang ke dasar jurang.

Proyek ini merupakan bagian dari kegiatan rekonstruksi jalan provinsi pada ruas Liwa-Batas Sumatera Selatan (Link 052) di Lampung Barat yang dikerjakan oleh CV Bukit Pesagi.

Berdasarkan dokumen kontrak Nomor: 01/KTR/PPK-K.13/JLN-052/V.03/V/2025 yang ditandatangani pada 25 Mei 2025, nilai proyek mencapai Rp5.017.324.000.

Pengawasan dilakukan oleh CV Den Bagoes Consultant, dengan waktu pelaksanaan selama 180 hari kalender. Proyek ini sepenuhnya didanai oleh APBD Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2025.

Proyek ini terdiri dari dua bagian besar, yakni penanganan badan jalan sepanjang 300 meter dengan konstruksi rigid beton, dan pembangunan sistem drainase tertutup permanen menggunakan material U-Ditch.

Drainase tersebut dilengkapi bak kontrol besar di ujung saluran yang berfungsi sebagai penampung air hujan sebelum dialirkan melalui pipa paralon berdiameter besar ke outlet akhir berupa aliran sungai yang berada di bawah badan jalan.

Sistem ini dirancang untuk menampung limpasan air hujan agar tidak menggenangi permukaan jalan, serta memperkuat struktur jalan di titik rawan genangan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan sistem yang baru diuji coba kurang dari seminggu ini justru gagal menjalankan fungsinya.

Bak kontrol dilaporkan amblas, pipa saluran utama pecah dan patah, serta material proyek ditemukan berserakan di dasar jurang. Struktur tanah di sekitar proyek juga mulai mengalami retakan, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya longsor serta kerusakan lahan pertanian milik warga.

Warga sekitar sejak awal telah memberikan masukan kepada pihak pelaksana proyek agar mempertimbangkan kondisi geografis wilayah setempat. Lokasi pembangunan drainase dinilai tidak strategis karena berada di lereng yang dikelilingi jurang curam di sisi kiri dan kanan.

Selain itu, karakteristik tanah di lokasi tersebut diketahui merupakan tanah labil yang mudah tergerus air.

“Tanah di sini gampang sekali longsor, dan sudah kami ingatkan sejak awal. Tapi masukan kami tidak dianggap penting. Sekarang drainasenya jebol, pipa hilang ke jurang, dan lahan kami ikut terancam rusak,” kata warga setempat, Senin (14/7/2025).

Warga ini mengungkapkan, proyek dikerjakan secara tergesa-gesa dan terkesan dipaksakan, tanpa perencanaan yang matang.

“Bukannya mengatasi banjir, malah bikin masalah baru. Ini proyek gagal dan kami yang merasakan dampaknya. Ini yang seharusnya menjadi catatan bagi pemangku kepentingan jika mengerjakan sebuah proyek. Harus memikirkan dampak jangka panjang terhadap masyarakat, jangan asal jadi,” ungkapnya.

Irul, seorang pengelola kebun yang lahannya bersinggungan dengan lokasi proyek, menuturkan bahwa tanah yang digunakan untuk pembangunan drainase merupakan hibah dari pemilik lahan yang diberikan secara sukarela dan tanpa kompensasi.

Irul berharap, proyek ini bisa menyelesaikan persoalan banjir musiman yang selama ini kerap mengganggu aktivitas masyarakat.

“Namun harapan itu pupus setelah drainase amblas saat hujan deras mengguyur wilayah tersebut pada malam hari, yang menimbulkan kerusakan terhadap proyek. Bak kontrol hilang ditelan tanah, dan pipa-pipanya pecah. Sekarang tanah sekitar kebun sudah mulai retak. Kalau terus dibiarkan, bisa longsor ke kebun-kebun yang lain,” ungkap Irul.

Ia berharap, pihak terkait segera melakukan perbaikan menyeluruh sebelum kerusakan meluas dan menyebabkan kerugian lebih besar bagi warga.

Menanggapi hal itu, Andika selaku pengawas lapangan proyek ini mengklaim seluruh tahapan pembangunan telah mengikuti rencana teknis yang ditetapkan.

Andika menyebut, pihaknya tidak menyangka sistem drainase yang dibangun akan mengalami kerusakan secepat itu.

“Pekerjaan sudah sesuai dengan perencanaan yang ada. Kami juga melakukan kajian awal sebelum pengerjaan. Tapi memang peristiwa ini tidak kami prediksi sebelumnya. Kami akan segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan langkah selanjutnya. Untuk sementara, kami belum bisa memberikan penjelasan detail terkait solusi jangka panjangnya,” jelasnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas