Berdikari.co, Lampung Barat - Baru satu bulan
selesai dibangun, proyek drainase rekonstruksi jalan ruas Liwa-BTS Sumatera
Selatan di Pemangku Rantau Panjang, Pekon (Desa) Tanjung Raya, Kecamatan Sukau,
Lampung Barat, mengalami amblas atau longsor.
Pantauan di lokasi pada Senin (14/7/2025), kondisi drainase mengalami
amblas, pipa pecah, dan bak kontrol rusak parah hingga materialnya terbuang ke
dasar jurang.
Proyek ini merupakan bagian dari kegiatan rekonstruksi jalan provinsi pada
ruas Liwa-Batas Sumatera Selatan (Link 052) di Lampung Barat yang dikerjakan
oleh CV Bukit Pesagi.
Berdasarkan dokumen kontrak Nomor: 01/KTR/PPK-K.13/JLN-052/V.03/V/2025 yang
ditandatangani pada 25 Mei 2025, nilai proyek mencapai Rp5.017.324.000.
Pengawasan dilakukan oleh CV Den Bagoes Consultant, dengan waktu pelaksanaan
selama 180 hari kalender. Proyek ini sepenuhnya didanai oleh APBD Provinsi
Lampung Tahun Anggaran 2025.
Proyek ini terdiri dari dua bagian besar, yakni penanganan badan jalan
sepanjang 300 meter dengan konstruksi rigid beton, dan pembangunan sistem
drainase tertutup permanen menggunakan material U-Ditch.
Drainase tersebut dilengkapi bak kontrol besar di ujung saluran yang
berfungsi sebagai penampung air hujan sebelum dialirkan melalui pipa paralon
berdiameter besar ke outlet akhir berupa aliran sungai yang berada di bawah
badan jalan.
Sistem ini dirancang untuk menampung limpasan air hujan agar tidak
menggenangi permukaan jalan, serta memperkuat struktur jalan di titik rawan
genangan. Namun, fakta di lapangan menunjukkan sistem yang baru diuji coba
kurang dari seminggu ini justru gagal menjalankan fungsinya.
Bak kontrol dilaporkan amblas, pipa saluran utama pecah dan patah, serta
material proyek ditemukan berserakan di dasar jurang. Struktur tanah di sekitar
proyek juga mulai mengalami retakan, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan
terjadinya longsor serta kerusakan lahan pertanian milik warga.
Warga sekitar sejak awal telah memberikan masukan kepada pihak pelaksana
proyek agar mempertimbangkan kondisi geografis wilayah setempat. Lokasi
pembangunan drainase dinilai tidak strategis karena berada di lereng yang
dikelilingi jurang curam di sisi kiri dan kanan.
Selain itu, karakteristik tanah di lokasi tersebut diketahui merupakan
tanah labil yang mudah tergerus air.
“Tanah di sini gampang sekali longsor, dan sudah kami ingatkan sejak awal.
Tapi masukan kami tidak dianggap penting. Sekarang drainasenya jebol, pipa
hilang ke jurang, dan lahan kami ikut terancam rusak,” kata warga setempat,
Senin (14/7/2025).
Warga ini mengungkapkan, proyek dikerjakan secara tergesa-gesa dan terkesan
dipaksakan, tanpa perencanaan yang matang.
“Bukannya mengatasi banjir, malah bikin masalah baru. Ini proyek gagal dan
kami yang merasakan dampaknya. Ini yang seharusnya menjadi catatan bagi
pemangku kepentingan jika mengerjakan sebuah proyek. Harus memikirkan dampak
jangka panjang terhadap masyarakat, jangan asal jadi,” ungkapnya.
Irul, seorang pengelola kebun yang lahannya bersinggungan dengan lokasi
proyek, menuturkan bahwa tanah yang digunakan untuk pembangunan drainase merupakan
hibah dari pemilik lahan yang diberikan secara sukarela dan tanpa kompensasi.
Irul berharap, proyek ini bisa menyelesaikan persoalan banjir musiman yang
selama ini kerap mengganggu aktivitas masyarakat.
“Namun harapan itu pupus setelah drainase amblas saat hujan deras mengguyur
wilayah tersebut pada malam hari, yang menimbulkan kerusakan terhadap proyek.
Bak kontrol hilang ditelan tanah, dan pipa-pipanya pecah. Sekarang tanah
sekitar kebun sudah mulai retak. Kalau terus dibiarkan, bisa longsor ke kebun-kebun
yang lain,” ungkap Irul.
Ia berharap, pihak terkait segera melakukan perbaikan menyeluruh sebelum
kerusakan meluas dan menyebabkan kerugian lebih besar bagi warga.
Menanggapi hal itu, Andika selaku pengawas lapangan proyek ini mengklaim
seluruh tahapan pembangunan telah mengikuti rencana teknis yang ditetapkan.
Andika menyebut, pihaknya tidak menyangka sistem drainase yang dibangun
akan mengalami kerusakan secepat itu.
“Pekerjaan sudah sesuai dengan perencanaan yang ada. Kami juga melakukan kajian awal sebelum pengerjaan. Tapi memang peristiwa ini tidak kami prediksi sebelumnya. Kami akan segera melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk menentukan langkah selanjutnya. Untuk sementara, kami belum bisa memberikan penjelasan detail terkait solusi jangka panjangnya,” jelasnya. (*)