Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Rabu, 16 Juli 2025

Pakar Transportasi: Sistem Keamanan Lalu Lintas Perlu Penanganan Serius dan Kolaboratif

Oleh ADMIN

Berita
Pakar transportasi Universitas Bandar Lampung (UBL), Aditya Mahatidanar. Foto: Ist

Berdikari.co, Bandar Lampung - Pakar transportasi Universitas Bandar Lampung (UBL), Aditya Mahatidanar, menyebut sistem keselamatan lalu lintas di daerah Lampung masih buruk dan harus ditangani secara lebih serius, sistematis, serta melibatkan banyak pihak.

“Angka 894 kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia 273 ini jelas tinggi dan menunjukkan bahwa keselamatan lalu lintas di Lampung masih jadi masalah besar. Ini harus menjadi perhatian serius semua pihak karena menyangkut nyawa manusia,” kata Aditya, Selasa (15/7/2025).

Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya angka kecelakaan di Provinsi Lampung. Di antaranya, rendahnya kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap aturan lalu lintas, seperti tidak mengenakan helm, melawan arus, berkendara dengan kecepatan berlebih, hingga menggunakan ponsel saat mengemudi.

Selain itu, kondisi infrastruktur jalan di Lampung dinilainya masih memprihatinkan di sejumlah titik, sehingga rawan terjadi kecelakaan.

Kemudian, masih minimnya rambu, penerangan, dan marka jalan membuat risiko kecelakaan semakin besar. “Penegakan hukum yang lemah dan tidak konsisten juga membuat pelanggar tidak jera,” ujarnya.

Aditya juga menyarankan pentingnya edukasi keselamatan sejak dini. “Budaya tertib berlalu lintas harus mulai dibangun dari keluarga, kemudian diperkuat di sekolah, dan digaungkan di komunitas. Tanpa itu, sulit untuk menanamkan kesadaran kolektif,” ungkapnya.

Ia mengimbau masyarakat untuk menjadikan keselamatan sebagai prioritas utama, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk melindungi pengguna jalan lain.

“Keselamatan itu investasi. Jangan dianggap remeh,” imbuhnya.

Terkait Operasi Patuh Krakatau 2025 yang sedang digelar kepolisian, Aditya menilai langkah tersebut tepat, namun harus diikuti dengan strategi jangka panjang.

Menurutnya, penggunaan teknologi seperti ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement), audit rutin jalan, peningkatan kapasitas personel lapangan, hingga perencanaan lalu lintas berbasis keselamatan perlu diintensifkan.

“Semua pihak harus bersinergi, baik kepolisian, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, perguruan tinggi, hingga masyarakat. Dengan cara itu, keselamatan berlalu lintas bisa kita wujudkan bersama,” paparnya. (*)

Editor Sigit Pamungkas