Berdikari.co, Bandar Lampung - Pakar transportasi Universitas Bandar
Lampung (UBL), Aditya Mahatidanar, menyebut sistem keselamatan lalu lintas di
daerah Lampung masih buruk dan harus ditangani secara lebih serius, sistematis,
serta melibatkan banyak pihak.
“Angka 894 kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal dunia 273 ini
jelas tinggi dan menunjukkan bahwa keselamatan lalu lintas di Lampung masih
jadi masalah besar. Ini harus menjadi perhatian serius semua pihak karena
menyangkut nyawa manusia,” kata Aditya, Selasa (15/7/2025).
Ia mengungkapkan, ada beberapa faktor utama yang menyebabkan tingginya
angka kecelakaan di Provinsi Lampung. Di antaranya, rendahnya kesadaran dan
kepatuhan masyarakat terhadap aturan lalu lintas, seperti tidak mengenakan
helm, melawan arus, berkendara dengan kecepatan berlebih, hingga menggunakan
ponsel saat mengemudi.
Selain itu, kondisi infrastruktur jalan di Lampung dinilainya masih
memprihatinkan di sejumlah titik, sehingga rawan terjadi kecelakaan.
Kemudian, masih minimnya rambu, penerangan, dan marka jalan membuat risiko
kecelakaan semakin besar. “Penegakan hukum yang lemah dan tidak konsisten juga
membuat pelanggar tidak jera,” ujarnya.
Aditya juga menyarankan pentingnya edukasi keselamatan sejak dini. “Budaya
tertib berlalu lintas harus mulai dibangun dari keluarga, kemudian diperkuat di
sekolah, dan digaungkan di komunitas. Tanpa itu, sulit untuk menanamkan
kesadaran kolektif,” ungkapnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk menjadikan keselamatan sebagai prioritas
utama, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk melindungi pengguna
jalan lain.
“Keselamatan itu investasi. Jangan dianggap remeh,” imbuhnya.
Terkait Operasi Patuh Krakatau 2025 yang sedang digelar kepolisian, Aditya
menilai langkah tersebut tepat, namun harus diikuti dengan strategi jangka
panjang.
Menurutnya, penggunaan teknologi seperti ETLE (Electronic Traffic Law
Enforcement), audit rutin jalan, peningkatan kapasitas personel lapangan,
hingga perencanaan lalu lintas berbasis keselamatan perlu diintensifkan.
“Semua pihak harus bersinergi, baik kepolisian, Dinas Perhubungan, Dinas Bina Marga, perguruan tinggi, hingga masyarakat. Dengan cara itu, keselamatan berlalu lintas bisa kita wujudkan bersama,” paparnya. (*)