Berdikari.co, Bandar Lampung – Sejumlah daerah di Lampung
menolak menjual gabah ke Perum Bulog karena harga beli yang ditawarkan dianggap
terlalu rendah. Bulog sendiri masih bertahan dengan harga pembelian Rp6.500 per
kilogram, meskipun harga di tingkat petani kini telah melampaui Harga Pembelian
Pemerintah (HPP).
Pemimpin Perum Bulog Kanwil Lampung, Nurman
Susilo, mengatakan bahwa meski ada penolakan di beberapa daerah, pihaknya tetap
melanjutkan penyerapan gabah dan optimis target tahun ini bisa tercapai.
"Serapan gabah masih berjalan dan belum
ditutup. Target kita 143 ribu ton setara beras, dan saat ini sudah mencapai
139.900 ton atau sekitar 97 persen," ujar Nurman saat dikonfirmasi, Jumat
(18/7/2025).
Nurman menjelaskan, Bulog masih mendapatkan
suplai gabah dari petani di Kabupaten Tanggamus, meskipun terbatas. Setiap
harinya, sekitar 100 hingga 150 ton gabah masuk ke gudang Bulog dengan harga
pembelian Rp6.500 per kilogram.
"Kita masih bisa dapat gabah dari
Tanggamus, sekitar 100 sampai 150 ton per hari dengan harga Rp6.500. Tapi di
daerah lain seperti Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan, dan
Pringsewu, petani tidak mau menjual dengan harga itu," ungkapnya.
Bulog mengakui bahwa saat ini harga gabah di
pasaran telah melampaui HPP, sehingga penolakan dari petani tidak bisa
dihindari. Namun pihaknya tetap berharap bisa melanjutkan penyerapan seiring
dengan masuknya masa panen di beberapa wilayah lain.
"Beberapa daerah seperti Mesuji, Tulang
Bawang, Tulang Bawang Barat, Metro, dan terakhir Lampung Selatan akan segera
panen. Kita masih siap menyerap dengan harga yang sama, Rp6.500 per
kilogram," jelas Nurman.
Sementara itu, Bulog Kanwil Lampung mencatat
saat ini mereka memiliki stok beras sebanyak 151.857 ton di gudang. Jumlah ini
menjadi yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir.
Stok tersebut disiapkan untuk memenuhi
kebutuhan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) serta bantuan
pangan dari bulan Juli hingga Desember 2025. (*)