Berdikari.co, Bandar Lampung - Pengamat ekonomi Universitas Lampung (Unila), Usep Syaifudin, mengapresiasi capaian produksi gabah di Provinsi Lampung yang mencapai 1,8 juta ton hingga 21 Juli 2025.
Namun, ia mengingatkan keberhasilan produksi bukan satu-satunya indikator penting. Ancaman serangan hama terutama saat musim kemarau, juga bakal menjadi ancaman serius.
Usep mengatakan, tantangan ke depan bukan hanya soal memenuhi target produksi, melainkan juga bagaimana hasil panen itu memberikan nilai tambah yang langsung dinikmati oleh petani dan masyarakat Lampung.
“Saya berharap target bisa tercapai. Tapi yang tidak kalah penting adalah nilai tambahnya, apakah dirasakan rakyat Lampung atau tidak. Misalnya, apakah hasil panen hanya dijual dalam bentuk gabah mentah, atau sudah dalam bentuk beras atau produk turunan lainnya,” kata Usep, Kamis (24/7/2025).
Menurutnya, agar sektor pertanian Lampung benar-benar memberi manfaat ekonomi jangka panjang, maka harus ada desain program komprehensif.
Program itu mencakup peningkatan produktivitas lahan, pencegahan alih fungsi lahan pertanian, serta pemberian insentif nyata bagi petani, seperti benih unggul, subsidi pupuk, dan penetapan harga jual minimum yang adil.
Pengamat pertanian Unila, Ahmad Suryanto mengingatkan bahwa musim kemarau membawa tantangan tersendiri bagi petani, salah satunya adalah meningkatnya ancaman serangan hama tikus.
Hal ini terjadi karena tikus berkembang biak pesat saat musim tanam pertama (rendeng) dan mulai menyerang tanaman saat memasuki musim tanam kedua (kemarau).
“Saat musim kemarau seperti sekarang, hama tikus rawan menyerang. Karena itu sebenarnya saat mulai tanam di musim kedua (MT II), seharusnya dilakukan gropyokan tikus secara massal,” sarannya. (*)
Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Jumat 25 Juli 2025 dengan judul "Pengamat Ingatkan Risiko Ledakan Hama”