Berdikari.co, Lampung Timur -
Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir
Karding, menyebut Kabupaten Lampung Timur setiap tahun mengirim 4.000 hingga
5.000 Pekerja Migran Indonesia (PMI). Daerah ini masuk dalam 8 besar nasional
sebagai penyalur pekerja migran.
Hal
ini disampaikan Abdul Kadir Karding saat acara peluncuran Desa Migran Emas sebagai
upaya meningkatkan tata kelola penempatan dan perlindungan PMI di Lampung Timur,
Kamis (31/7/2025).
Abdul
Kadir Karding mengatakan, pembentukan Kementerian P2MI merupakan langkah besar
dari Presiden Prabowo untuk memberikan perlindungan khusus bagi jutaan pekerja
migran Indonesia.
"Jumlah
PMI resmi mencapai 5,2 juta, tapi yang non-prosedural juga jutaan. Karena itu,
perlu sistem yang rapi agar semua anak bangsa terlindungi," tegas Karding.
Ia
menyebut, 90 persen masalah yang dihadapi PMI berasal dari jalur
non-prosedural. "Kalau berangkat secara resmi, kami bisa awasi dan tangani
bila ada masalah," ungkapnya.
Karding
mengatakan, Lampung Timur menjadi daerah sorotan karena tingginya angka migrasi
kerja, termasuk yang melalui jalur ilegal.
"Kunci
ada di desa. Perekrutan mulai dari desa. Maka harus ada Perdes (Peraturan Desa)
yang mengatur perlindungan PMI," katanya.
Karding
juga mengkritik praktik pemberian 'fee' hingga Rp5 juta kepada calo perekrut di
desa sebagai pemicu migrasi ilegal. "Jangan karena tergiur uang langsung
berangkat tanpa kesiapan," pesan Karding.
Ia
mengingatkan calon PMI untuk menyiapkan mental, kemampuan bahasa, dan keahlian
kerja, terutama bagi yang akan dikirim ke negara seperti Jepang.
Ia
mencontohkan, PMI ke Jepang harus siap dengan budaya kerja disiplin dan
komunikasi dalam bahasa Jepang. “Ini bukan hanya kerja, tapi menjadi duta
bangsa,” ucapnya.
Karding
pun menyoroti kontribusi besar PMI terhadap negara. "Devisa yang masuk
tahun 2024 dari PMI mencapai Rp253 triliun. Mereka adalah pahlawan devisa yang
harus kita lindungi maksimal," paparnya.
Menurutnya,
wajar jika masyarakat bercita-cita bekerja di luar negeri. Gaji rata-rata
mencapai Rp12 juta per bulan, jauh di atas UMR di daerah.
Namun,
ia mengingatkan agar keluarga PMI juga cerdas dalam mengelola hasil kerja agar
tidak habis tanpa manfaat jangka panjang.
Untuk
mempersiapkan calon PMI, Karding mengusulkan pembentukan Kelas Migran di
tingkat SMA. "Kita siapkan sejak dini. Bahasa, skil, dan budaya kerja
sesuai negara tujuan," tuturnya.
Ia
juga menyinggung program rumah subsidi bagi calon PMI sebagai bentuk perhatian
pemerintah terhadap kebutuhan dasar mereka.
Sementara
itu, Bupati Lampung Timur, Ela Siti Nuryamah, berharap peluncuran Desa Migran Emas bisa
menjadi pemicu kemakmuran keluarga pekerja migran dan peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap migrasi yang aman.
"Kami
percaya, desa bisa menjadi garda terdepan dalam menekan praktik migrasi
non-prosedural dan membangun sistem perlindungan PMI yang lebih baik,"
kata Bupati Ela.
Ia
menekankan pentingnya edukasi dan advokasi kepada calon PMI agar memahami proses
legal, risiko kerja, dan hak-hak mereka selama bekerja di luar negeri.
Bupati
juga menyebut bahwa Lampung Timur memiliki potensi besar dalam pengiriman
tenaga kerja ke luar negeri. "Satu desa bisa memberangkatkan hingga 600
orang. Ini adalah potensi ekonomi yang luar biasa jika dikelola dengan
benar," jelasnya. (*)