Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Selasa, 05 Agustus 2025

Kemiskinan di Lampung Masih Tinggi, Arif Sugiono: Tidak Ada Pergerakan Signifikan

Oleh Redaksi

Berita
Pengamat sosial Universitas Lampung (Unila), Arif Sugiono. Foto: Ist.

Berdikari.co, Bandar Lampung - Pengamat sosial Universitas Lampung (Unila), Arif Sugiono, mengatakan persoalan kemiskinan di Provinsi Lampung sebenarnya bukan hal baru.

Menurutnya, kondisi ini telah berlangsung lama dan tidak menunjukkan perbaikan yang berarti dalam lima tahun terakhir.

“Kita mendapatkan bahwa tingkat kemiskinan di Lampung itu masih tinggi. Itu sebenarnya memang sudah data lama, tidak ada pergerakan yang signifikan selama tiga sampai lima tahun ke belakang,” ujar Arif, Senin (4/8/2025).

Ia menjelaskan, salah satu penyebab utama stagnasi tersebut adalah tidak berimbangnya antara ketersediaan lapangan pekerjaan dengan jumlah pencari kerja. Banyak masyarakat masih kesulitan mendapatkan pekerjaan karena daya tampung sektor formal yang terbatas.

Selain itu, Arif menyoroti ketidaksesuaian antara jenis lapangan kerja yang tersedia dengan potensi unggulan daerah.

Ia mencontohkan, meskipun Lampung dikenal sebagai provinsi agraris, namun sumber daya manusianya belum sepenuhnya mendukung sektor pertanian. Akibatnya, sektor unggulan ini tidak berkembang optimal dalam menyerap tenaga kerja lokal.

Faktor lain yang turut memperburuk situasi adalah rendahnya upah minimum kabupaten dan kota yang belum sejalan dengan kebutuhan hidup layak masyarakat.

Ia menilai, pendapatan masyarakat di banyak wilayah di Lampung masih jauh di bawah batas yang memungkinkan untuk hidup sejahtera.

“Artinya, jika hal-hal itu bisa diakselerasi dan dicarikan solusi, Insya Allah akan berdampak positif terhadap angka kemiskinan di Lampung,” katanya.

Namun, Arif juga mengapresiasi upaya pemerintah yang cukup kreatif dalam menyalurkan program bantuan sosial. Ia mengingatkan bahwa efektivitas bantuan harus terus dievaluasi.

Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan bantuan tidak hanya berhenti pada aspek konsumtif, tetapi benar-benar berdampak pada pengentasan kemiskinan.

“Apakah bantuan itu tepat sasaran? Jangan-jangan hanya habis untuk hal-hal yang tidak produktif. Maka dari itu, perbaikan data secara nasional menjadi penting dan memerlukan sinergi antara pemerintah desa sampai pusat agar data benar-benar valid,” tegasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya pelatihan kerja yang selaras dengan kebutuhan pasar tenaga kerja lokal. Menurutnya, banyak pelatihan yang dilakukan tidak relevan dengan kondisi dan kebutuhan di Lampung, sehingga hasilnya tidak dapat diserap secara maksimal oleh industri atau sektor ekonomi yang ada.

Lebih jauh, Arif mendorong pemerintah untuk mulai mempertimbangkan strategi penyiapan tenaga kerja migran ke luar negeri.

Ia melihat peluang besar di beberapa negara yang mengalami fenomena penurunan jumlah penduduk usia produktif dan membutuhkan tenaga kerja asing.

“Di satu sisi, mungkin di Indonesia kelebihan tenaga kerja, tetapi lapangan kerja terbatas. Sementara di luar negeri, terutama negara-negara dengan aging population, justru kekurangan tenaga kerja. Ini bisa menjadi peluang jika pemerintah mampu menyiapkan skema dan pelatihan yang tepat,” pungkasnya. (*)

Berita ini telah terbit di Surat Kabar Harian Kupas Tuntas, edisi Selasa 05 Agustus 2025 dengan judul "Arif Sugiono: Tidak Ada Pergerakan Signifikan”

Editor Didik Tri Putra Jaya