Logo

berdikari BERITA LAMPUNG

Senin, 08 September 2025

Perbaikan Jalan Pattimura Metro Dimulai 2026, Semoga Bukan Sekedar Janji

Oleh Arby Pratama

Berita
Wakil Wali Kota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, mengapresiasi langkah Pemprov Lampung yang akhirnya mengalokasikan anggaran untuk rigid beton Jalan Pattimura. Foto: Berdikari.co

Berdikari.co, Metro – Setelah bertahun-tahun menjadi keluhan warga, perbaikan Jalan Pattimura di Kelurahan Banjarsari, Kecamatan Metro Utara, akhirnya masuk daftar prioritas pembangunan tahun 2026. Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi (BMBK) memastikan jalan penghubung vital antara Kota Metro dan Kabupaten Lampung Tengah ini akan dirigid beton.

Keputusan tersebut disambut positif, namun juga disertai rasa skeptis warga. Pasalnya, jalan ini sudah lama rusak parah, tapi tak kunjung diperbaiki secara serius. Lubang besar, jalan bergelombang, hingga debu tebal di musim kemarau menjadikan ruas ini sebagai momok berbahaya bagi pengendara.

Tak hanya warga Metro, pengguna dari Lampung Tengah pun merasakan dampaknya. Sebab jalan ini merupakan jalur utama mobilitas masyarakat, distribusi hasil pertanian, akses pendidikan, hingga layanan kesehatan.

Wakil Wali Kota Metro, Dr. M. Rafieq Adi Pradana, mengapresiasi langkah Pemprov Lampung yang akhirnya mengalokasikan anggaran untuk rigid beton Jalan Pattimura.

“Saya berterima kasih kepada Pemprov Lampung, khususnya Dinas Bina Marga. Perencanaannya akan dimulai pada Desember tahun ini, dan eksekusi diharapkan bisa berjalan pada Januari 2026,” kata Rafieq, Senin (8/9/2025).

Sementara itu, Kepala Dinas BMBK Lampung, M. Taufiqullah, menegaskan bahwa proyek ini sudah ditetapkan sebagai agenda prioritas. “Kami sudah cek langsung. Jalan ini rusaknya makin parah dan harus segera ditangani. Tahun depan akan kami rigid. Untuk sementara, UPTD hanya bisa melakukan penanganan darurat,” tegasnya.

Meski kabar perbaikan ini menggembirakan, publik menanggapi dengan hati-hati. Warga Metro sudah terlalu sering mendengar janji perbaikan infrastruktur yang tak kunjung terealisasi. Jalan Pattimura hanya salah satu contoh dari banyak ruas jalan yang kondisinya memprihatinkan.

Rigid beton memang dianggap solusi jangka panjang. Namun, proyek ini tidak bisa dilakukan asal-asalan. Pengerjaan membutuhkan anggaran besar, koordinasi lintas lembaga, serta manajemen proyek yang profesional. Jalur alternatif harus disiapkan matang agar tidak memicu kemacetan dan gangguan aktivitas warga selama proses konstruksi.

Selain waktu pelaksanaan, transparansi anggaran dan kualitas pekerjaan akan menjadi perhatian utama. Warga Metro tak ingin perbaikan jalan bernilai miliaran rupiah hanya bertahan sebentar karena mutu pengerjaannya rendah.

“Kalau akhirnya dikerjakan asal jadi, warga tetap jadi korban. Ini bukan cuma proyek fisik, tapi soal kepercayaan masyarakat pada pemerintah,” kata Rudi, warga Metro Utara.

Jalan Pattimura juga menyimpan nilai strategis tinggi bagi perekonomian lokal. Ini adalah jalur utama pengangkutan hasil pertanian dari Lampung Tengah ke pasar-pasar di Metro. Para pedagang kecil, pelajar, hingga pekerja harian menggantungkan akses mereka di jalur ini.

Jika proyek ini berhasil dikerjakan sesuai jadwal dan dengan kualitas baik, maka Januari 2026 bisa menjadi titik balik citra infrastruktur Kota Metro. Namun bila kembali tertunda atau bermasalah dalam pelaksanaan, maka akan menambah panjang daftar proyek infrastruktur yang gagal menjawab kebutuhan dasar masyarakat.

Warga Metro kini tak lagi butuh seremoni peletakan batu pertama, tetapi bukti nyata di lapangan: jalan yang layak, aman, dan bertahan lama. (*)

Editor Sigit Pamungkas